Black

856 51 2
                                    


Int. Restoran cepat saji - Lampung - Indonesia
(BackSound_Lady Blue by Oisin lawry)

Ruangan itu terlihat sunyi, hanya tampak tatanan meja yang berjejer rapi, dengan bangku - bangku yang masih terletak terbalik di atasnya.

Dita Berjalan dengan setelan lengkap seorang pelayan. Mendorong troli tempat alat - alat kebersihan.

Dita menghela nafas. Mengusap pelipis dengan punggung tangannya. Tetap mendorong trolli.

Dita :" ah, lelahnya."

Dita tampak seorang diri dalam restoran yang belum buka jam pelayanan itu.
Dita berhenti tepat di depan pintu gudang. Membuka pintunya, dan memasukan trolli alat - alat kebersihan ke dalam.

Dita kembali berjalan melewati meja - meja, dan berhenti di sudut restoran. Ia menatap keluar dari jendela kaca yang mengahadap ke jalan. Di jalan itu terlihat masih tampak lengang.

Dita melipat kedua tangannya di depan dada. Tatapan matanya kosong memandang ke seberang jalan raya.

Dita : "Haruskah aku pergi?... atau aku tetap tinggal?"

Dita kembali membongkar ingatannya atas kejadian sebulan yang lalu.

Backs sound End

Flash Back Satu Bulan lalu
Out. Jalanan di gang sempit - Sore hari - Bali - Indonesia

Dita belari dengan sangat terburu - buru, tanpa memperhatikan arah tujuannya. Sesekali ia melihat ke belakang, untuk memastikan sesuatu. Sekilas kemeja putihnya tampak kotor dan lusu.
Ia terengah - engah, memandang ke segala arah, lalu berhenti di balik tong bundar besar di tempat pembuangan sampah. Terduduk.

Dita : (Mengatur nafas. Voice over) "Apa yang terjadi sebenarnya? Bagaimana bisa aku? Aku bahkan tidak pernah melakukan apapun selama bersama mereka."

Cut to

Mahan : (Terengah - engah) "Kemana dia pergi? Kenapa cepat sekali? Aish!!!! "

Mahan tampak frustasi, lalu melanjutkan perjalanannya, setengah berlari. Dia terus berjalan di jalanan sempit itu.

Di belakang Mahan, tiga orang dengan stelan hitam - hitam berjas, turut menyusuri langkahnya, meliarkan pandangan, membuntuti tindakan Mahan.

Cut back to

Nafas Dita mulai teratur, ia melihat ke arah kanan dan kiri.

Dita : (Voice over) "Aku harus bisa mengecoh mereka. Mereka pasti sudah menyebar di kawasan ini."

Dita memandang liar ke segala arah. Ke depan, samping, jauh ke kanan, ke atas, ke jajaran tembok - tembok tinggi yang mengapit tempatnya saat itu. Wajahnya tampak serius dan berfikir.

Dita : (Berbisik pada diri sendiri) "Aku harus cepat. Aku harus bisa. Aku tidak boleh mati. Demi janji ku."

Dita berdiri, kaki kirinya menginjak beberapa tumpukan balok usang, yang merapat ke dinding. Tangan kanannya mencoba meraih kerangka kanopi jendela yang sudah tak utuh. Perlahan, Dita memanjat di salah satu dinding tua di sana.

Cut back to

Randra : "Di sini tidak ada. Mungkin dia sudah pergi ke jalan utama."

Mahan : (Berfikir) "Itu mungkin, bagaimanapun dia pernah menjadi keluarga kita. Keahliannya tak bisa diremehkan"

Randra : "Apakah kita harus ke jalan utama? Tidak. Di sana sudah ada tuan muda Lee dan yang lain."

Black FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang