“Besok pulang sekolah anter Om kesana.”
Yosa dan Jaevan saling bertukar pandangan dan tersenyum satu sama lain,
Dengan senyum yang....... aneh?
“Siap om! Nanti Yosa pulang sekolah langsung kesini,” ujar Yosa dengan semangat.
Hendra hanya mengangguk lalu berlalu meninggalkan dua pasang sahabat itu.
“Lu harus pastiin, kalo besok rumahnya emang bisa narik perhatian orang tua gw,” ucap Jaevan yang diangguki oleh Yosa.
“Santai aja serahin semuanya ke gw.”
***
Pagi ini terjadi keributan dikediaman Sanendra yang disebabkan oleh si bungsu yang rusuh karena telat bangun.
“Bunda kenapa ga bangunin Jeje sih!” kesal Jenan dengan tangan yang sibuk mengikat tali sepatu, bibir pria manis itu sudah mencebik kesal.
“Kan udah bunda bilang, kamu ga usah sekolah dulu. Udah telat loh ini? Ayah kamu juga udah berangkat,” ujar sang bunda meyakinkan anaknya untuk tidak berangkat sekolah, dia masih khawatir dengan kondisi Jenan setelah kejadian semalam.
“Gapapa telat deh, Jeje baru masuk sekolah masa udah izin aja.”
Jenan berdiri dari duduknya setelah selesai dengan acara mengikat tali sepatu, “Jeje berangkat dulu, udah pesen gokej," menyalami tangan bundanya dengan terburu buru lalu langsung berlari keluar rumah.
"Dadaah bundaa!”
Risa menggelengkan kepalanya pelan melihat kelakuan anak bungsunya satu itu.
***
Saat sudah sampai di depan gerbang sekolah terlihat beberapa siswa yang datang telat sama sepertinya, mereka sedang di data oleh anggota osis. Jenan berjalan mendekati kerumunan itu, dia berjalan menghampiri kakaknya.
Karena posisi Jaevan yang membelakangi, mengharuskan Jenan menarik pelan kaos Jaevan dari arah belakang supaya abangnya menoleh, dia cukup malu hanya untuk sekedar memanggil nama.
Jaevan yang merasa bajunya tertarik langsung menoleh kebelakang dan mendapati Jenan yang sedang menatapnya polos. Jaevan cukup kaget melihat adiknya ada disini.
“Kok disini? Tadi kata bunda lu ga berangkat sekolah,” ujar Jaevan yang membuat beberapa siswa mengalihkan perhatiannya untuk menatap kedua adik kakak itu, termasuk Yosa yang memang ada disana sedari tadi.
“Kan Jeje mau sekolah.”
“Emang ga sakit?”
“Ishh orang cuma lutut Jeje kepentok meja doang kok,” ucap Jenan dengan mata yang beralih menatap Yosa yang sedang menatapnya juga.
Jaevan hanya mengiyakan saja, dirinya langsung menulis nama Jenan di buku bersampul hitam yang sedang dipegangnya.
“Sana ikut kumpul sama yang lain, kamu ga berharap bakal abang biarin gitu aja cuma karena abang mu ini wakil ketua osis kan?”
“Ngga. Jeje tau gimana abang,” setelah mengatakan itu Jenan langsung ikut berbaris dengan beberapa siswa yang telat juga.
Jam menunjukkan pukul 07:15 itu artinya gerbang harus sudah di tutup total, tidak ada yang bisa masuk lagi.
“Bersihkan lapangan utama, lari 3 keliling,” ucap Yosa lantang yang langsung dituruti tanpa ada bantahan sedikit pun, mereka tidak ada yang berani jika langsung dihadapkan oleh ketua.
Sama hal nya dengan Jenan, dia menjalankan hukuman tanpa harus merengek ke kakanya selaku wakil ketua untuk dibebaskan begitu saja dari hukumannya, bisa saja Jenan melakukan itu walau persentase berhasilnya hanya 3% tapi dia tau kesalahannya dan tetap harus bertanggung jawab.

CZYTASZ
Kak pacar! ; Yohwan <3
RomansKisah seorang ketua osis yang menyukai murid baru di sekolahnya. Menghadapi bayi satu yang menangis karena donat kedatangannya terjatuh di hari pertama sekolah yang ternyata first impression yosa saat bertemu jenan. "udah ya nangisnya? nanti kaka ya...