31-Autoimun-

213 80 738
                                    

hai, apa kabar cinlov?

sowwy peeps aku baru update lg, ud sebulanan aku g update kyk bulan kmrn huhuhu :(

sumpil, i'm trash d draft ud tamat gais, cuma aku ngatur mood utk updateny susah... udah capek krn skul, msk jm 6.45 plng jm 3 sore cjamsmmaka 😫🤧

aku usahain secepatny update yaw!

yuk tinggalin vote sebelum lupa!
sebagai apresiasi kalian ke aku ^^

oh iya, buat yg blm follow aku yuk
d follow dulu, karena chapter menuju ending akan ada yang aku private

CintaBumiPertiwi

•••

Sepulang sekolah, Jingga langsung bergegas menuju rumah makan Pak Yahya, ia berjalan kaki untuk sampai kesana.

Terik matahari amat menyengat ke kulitnya, Jingga merasa kulitnya seperti terbakar dan ia merasa sangat letih.

Tiba di rumah makan Pak Yahya, Jingga disambut hangat olehnya. "Nak Jingga, apa kabar??"

"Baik Pak! Pak Yahya sendiri gimana?"

"Bapak baik kok," sahut Pak Yahya lalu tersenyum.

Pak Yahya sedikit gagal fokus dengan wajah Jingga yang memerah parah, "Kamu beneran gapapa? Wajah kamu memerah, nak..."

"Sebenarnya Jingga gak tau Pak," lirihnya menunduk. Pak Yahya merasa ada yang tidak beres dengan kondisi kesehatan Jingga.

"Masuk ke dalam dulu yuk, cerita sama Bapak," cicitnya.

Akhirnya mereka berdua berbincang di dalam rumah makan Pak Yahya, Jingga ingin bercerita mengenai hal-hal yang dialaminya.

"Udah lumayan lama Jingga ngerasa ada yang aneh di dalam tubuh Jingga, Pak,"

"Jingga suka mimisan, gampang capek, jari-jari Jingga suka pucat, terkadang dada Jingga suka sesak, dan pipi Jingga suka muncul bercak atau ruam merah kalo kena matahari," jelas Jingga lesu.

"Jingga sakit ya, Pak? Ini penyakit apa Pak?" ucap Jingga murung.

"Jingga takut... Jingga bingung mau cerita ke siapa..."

Pria paruh baya yang sudah berumur 65 tahun itu mengusap pucuk kepala Jingga lembut, "Kenapa kamu gak bilang ke Papahmu?"

"Jingga takut Papah khawatir sama keadaan Jingga..." sahutnya.

"Apa kamu sudah pernah periksa ke Dokter?" Jingga menggeleng.

"Pak Yahya tutup warung dulu ya,"

"Kenapa Pak?"

"Kita ke rumah sakit," tukas Pak Yahya kemudian tersenyum.

"Jingga gak ada uang, Pak... Uang Jingga udah kepake untuk makan di kantin tadi, sisanya Amor ambil pas pulang sekolah," lirih Jingga sedih.

"Kan ada Pak Yahya, Jingga gak perlu khawatir," tukas Pak Yahya sumringah.

"Saya akan bantu Jingga selagi saya bisa. Jingga sudah seperti anak saya sendiri, saya juga berhutang budi dengan Pak Alex. Istri saya pernah diselamatkan oleh Pak Alex dengan cara memberi saya uang untuk biaya operasi istri saya,"

"Tapi, saya dipecat oleh Bu Amel, akibat saya ingin membocorkan soal Bu Amel yang selalu memperlakukan Jingga seperti pembantu ketika Pak Alex lembur." batin Pak Yahya, yang dulu pernah menjadi supir pribadi Jingga. Ia dipecat Amel karena takut semua ini terbongkar, dan Amel mengancam Pak Yahya untuk tutup mulut. Jika tidak, keluarganya akan mendapatkan teror darinya.

***

Sampainya di rumah sakit, Jingga dan Pak Yahya menemui Dokter spesialis alergi dan imunologi. Fikiran Jingga sudah kemana-mana, ia takut dengan penyakitnya ini.

Pak Yahya beranggapan bahwa Jingga hanya alergi terhadap paparan matahari. Maka dari itu ia membawa Jingga ke Dokter spesialis alergi.

"Silahkan duduk Pak, Dek," tukas Dokter tersebut.

"Terimakasih Dok," jawab Pak Yahya, kemudian duduk diikuti oleh Jingga.

"Sebelumnya perkenalkan saya Dokter Rio spesialis Alergi dan Imunologi. Jadi, ada keluhan apa, Pak?" tanya Dokter Rio.

"Jingga Dok yang punya keluhan," tutur Pak Yahya, Dokter Rio menoleh kearah Jingga.

"Ohh begitu... Maaf Pak. Jadi, kamu ada keluhan apa?" tanya Dokter Rio sambil tersenyum.

"Sebentar, apa kamu habis terpapar sinar matahari? Di area pipi dan hidung terdapat butterfly rash," cicit Dokter Rio yang cepat tanggap.

"Iya Dok. Saya sering mengalami ini," sahut Jingga.

"Ini disebut peradangan yang dipicu oleh paparan sinar matahari. Lalu, gejala apa yang kamu alami selain ini?" tanya Dokter Rio.

"Saya pernah mimisan, dada saya beberapa kali seperti ditusuk-tusuk, saya mudah lelah, dan terkadang jari-jari saya memucat," jelas Jingga.

"Agar lebih akurat, sepertinya kamu harus menjalanankan pemeriksaan fisik," tukas Dokter Rio.

"Pemeriksaan seperti apa Dok?" tanya Pak Yahya.

"Meliputi tes urine, tes darah, pemeriksaan ANA (antinuclear antibody), pemeriksaan imunologi, tes komplemen C3 dan C4,"

"Jika, ANA terdapat di dalam darah Jingga, kemungkinan Jingga memiliki riwayat penyakit autoimun,"

Deg

"Autoimun?" batin Jingga.

"Dok, autoimun itu... Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun yang menyerang sel-sel sehat dalam tubuh 'kan?" tanya Jingga serius.

"Iya benar,"

Jingga langsung menoleh kearah Pak Yahya dengan manik mata yang sudah berkaca-kaca.

"Belum pasti," titah Pak Yahya sambil mengelus pucuk kepala Jingga.

"Kalau tes komplemen C3 dan C4 maksudnya gimana Dok?" tanya Pak Yahya.

"Komplemen C3 dan C4 adalah suatu senyawa protein yang membantu sistem kekebalan tubuh dan membantu proses peradangan,"

"Kadar komplemen C3 dan C4 ini akan turun seiring dengan aktifnya autoimun," jelas Dokter Rio.

"Tapi ini semua belum pasti. Karena, penyakit autoimun atau lupus ini adalah penyakit 1000 wajah, sebab memiliki beragam gejalanya,"

"Kalau boleh tau, Jingga umur berapa?" tanya Dokter Rio.

"17 tahun, Dok," lesu Jingga.

"Semoga yang saya khawatirkan tidak terjadi pada diri kamu ya, Jingga! Dokter tunggu lusa, kita akan menjalankan berbagai tes untuk mengetahui penyakit yang ada di dalam tubuh kamu. Semangat! Semoga kamu dan Bapak selalu diberi kesehatan oleh Tuhan." tukas Dokter Rio.

"Terimakasih Dok," cicit Pak Yahya.

•••

spam 🖤 disini:

oh iya, ini kan tentang penyakit gitu partnya, nah... kalo ada kesalahan harap maklum ya, soalnya aku bukan dokter hahaha... tapi, aku juga baca2 di google tentang penyakit lupus, terus aku pelajari dulu ^^

jadi blm 100% bener yaa...

I'M TRASH Where stories live. Discover now