Cemburu

3.1K 292 14
                                    

Dua Bulan berlalu begitu cepat. Sejak hari pengeklaiman sepihak yang Al lakukan, mereka memiliki hubungan. Bukan sekedar pacaran, tapi lebih dari itu. Sebuah komitmen.

Namun setiap hubungan yang terjalin pun. Meski itu bukan pacaran. Tetap akan mendapatkan ujiannya kan.

Yuki menundukan wajahnya tak berani menatap mata hitam yang kini menyorotnya dengan tajam.

Satu jam yang lalu, saat Yuki tengah mengerjakan tugas dengan salah satu teman sekelasnya. Yang merupakan partner tugas kelompoknya yang bernama Ken. Al datang dengan wajah sedingin es, dan membawanya pergi dari caffe tempatnya mengerjakan tugas tanpa sepatah katapun.

Dan kini sudah satu jam lamanya Al hanya diam sambil menatapnya tajam.

Yuki takut, sangat. Ia bahkan hampir menangis karena Al yang tak kunjung buka suara. Yuki lebih memilih Al memarahinya, membentaknya atau apalah itu. Asal jangan seperti ini, diam seolah menyuruh Yuki mengakui kesalahannya sendiri.

Yah, Yuki akui ia salah karena tak memberitahu dan meminta izin pada Al terlebih dahulu perihal tugas kelompok yang harus ia selsaikan bersama Ken. Padahal Yuki tahu, Al tak menyukainya berdekatan dengan pemuda bermata sipit itu. Entah apa alasannya.

Tapi mau bagaimana lagi, ini kan keputusan guru. Jadi Yuki tidak
bisa menolak untuk satu kelompok dengan Ken.

"Ja... jangan...di... diem.... a..aja Al."

Yuki akhirnya memberanikan diri untuk buka suara terlebih dahulu, walau terbata-bata. Membuat Al menghela nafas panjang.

"Kenapa nggak bilang dulu sama aku?" Al berbicara dengan dingin.

Mata Yuki memerah saat
mendengar  nada dingin itu padanya. Karena dinginnya Al pertanda ia benar-benar marah kepada Yuki.

"Maaf... takut... kamu .... marah." dengan suara lirih yang bergetar Yuki bicara. Gadis itu
masih tak mau mendongakkan kepalanya. Tapi Al tahu
bahwa gadisnya ini tengah menahan tangis sampai
suaranya terdengar bergetar.

Sebenarnya bukan masalah Yuki tak meminta izin atau memberi tahunya yang membuatnya marah sekarang ini. Tapi karena Yuki satu kelompok dengan Ken,
itulah masalahnya.

Kenta emmanuel, dia adalah salah satu musuhnya sekaligus pemuda yang terang-terangan mengaku menyukai gadis di depannya ini. Demi tuhan, laki-laki itu menykai Yuki! Jelas perasaan khawatir dan cemburu
menyerangnya seketika saat tahu gadis yang dicintainya
ini ada bersama laki-laki itu.

Saat pertama kali tahu bahwa mereka tengah bersama di salah satu caffe, secepat kilat Al melajukan motornya ke caffe itu.
Dan ketika sampai di sana, Al melihat gadisnya tengah
tertawa bersama laki-laki itu.

Bara api yang hampir membakarnya, benar-benar menghanguskan kesabaran Al melihat adegan itu.

Dengan tenang dia menghampiri kedua orang yang berhasil membakarnya dengan api cemburu. Tanpa berkata apapun atau menoleh pada Ken saat itu, Al langsung membawa Yuki pergi dari caffe itu.

Dan di sinilah mereka sekarang. Di rumah Al, di balkon kamar pemuda itu.

"Tapi kalo kamu nggak bilang gini, aku akan tambah marah."
Suara laki-laki itu belum sepenuhnya mencair, masih
dingin hingga membuat isakan Yuki akhirnya keluar juga.

"Ma... maaf. Hiks"

Mendengar isakan Yuki, es yang semula bagaikan dinding beku yang mengelilingi hatinya, runtuh dengan seketika. Dengan cepat Al meraih Yuki dalam dekapannya.

Tangannya mengelus lembut punggung Yuki yang bergetar akibat tangisan gadis itu. Tak henti kepalanya Al hujani dengan ciuman hangat.

"Udah, udah. Aku udah nggak marah kok." Al berbisik dengan pelan menenangkan Yuki. Sedikit demi sedikit tangisan Yuki mereda.

Coklat Of Love (Cerpen)Where stories live. Discover now