Salah Sangka

804 58 0
                                    

HELOW, BESTEYYY!!!

WELCOME BACK TO MY STORY, HEHE.

HOPE U LIKE IT, YEAH!

HAPPY READING❤️

♡♡♡

"Apa saja agenda saya setelah ini?" tanya Marcus sembari menandatangani file keuangan yang baru saja diserahkan oleh sekretarisnya.

Si sekretaris-Meylan-mengecek jadwal bosnya pada tablet yang dibawanya. "Sudah tidak ada, Pak. Hanya ada perkumpulan kepala divisi karena berhasil meraih penjualan 1000 produk di hari pertama pre-order," jawab Meylan sopan.

Marcus mengangguk. "Oke. Sampaikan salamku pada mereka," kata pria itu.

Dahi Meylan mengerut dalam. "Bapak tidak ikut? Mereka pasti sudah memesan wanita sesuai kriteria Bapak untuk hari ini," ujar gadis itu berani. Semua orang di kantor mereka tahu, jika bos besar mereka ini gila dengan yang namanya wanita, dia hampir tidak pernah melewatkan malam dengan wanita-wanita sewaannya.

"Tidak," jawab Marcus tegas. "Sudah ada wanita yang menunggu saya malam ini," katanya menambahkan.

Mendapat jawaban yang demikian, akhirnya Meylan mengangguk seraya menerima uluran berkas yang sudah selesai Marcus bubuhi tanda tangan. "Perlu saya pesankan taksi untuk wanita tersebut, Pak? Setelahnya saya akan membereskan kamar Bapak," katanya menawarkan.

Marcus menggeleng tegas. "Saya punya tempat sendiri malam ini," katanya sambil tersenyum tipis. "Kamu istirahatlah, nikmati malam ini bersama suamimu."

Meylan mengangguk, tersenyum kecil saat berpamitan pada Marcus. Meninggalkan bosnya yang juga bergerak memakai jasnya sambil mengotak-atik ponsel.

Marcus: Aku pulang.

Hanya dua kata itu saja yang dia kirimkan pada si "wanita" yang akan menemaninya malam ini. Wajahnya menampilkan senyum tipis saat melihat bahwa pesannya sudah dibaca, kemudian memasukkan ponsel ke kantong tanpa menunggu balasan. Marcus harus sampai tepat waktu.

♡♡♡

Wanita yang Marcus maksudkan adalah istrinya, perempuan berdarah Jawa-Belanda yang dia nikahi seminggu lalu. Wanita yang saat ini tidak Marcus ketahui keberadaannya.

Marcus hampir membanting guci mahal pemberian ibunya kalau saja tidak ingat bahwa benda itu berharga, saking kesalnya. Berkali-kali tangannya mendial nomor ponsel bernama "Wife" di kontaknya, dan selama itu pula panggilannya tidak terjawab.

Marcus: Lo di mana?

Hilang sudah kata-kata sopan yang hendak dia ucapkan setelah pernikahan mereka. Kalau begini caranya, bukankah lebih baik Marcus menerima ajakan bawahannya? Dia bisa bersenang-senang sendiri tanpa harus repot memikirkan keberadaan seorang wanita.

Namun, tetap saja, hatinya tidak menghendaki hal itu. Alih-alih pergi, Marcus malah lebih rela dibuat ketar-ketir menunggu orang lain seperti ini. Apakah dia sudah gila? Jawabannya, ya. Marcus benar-benar gila kalau dalam sepuluh menit ke depan istrinya tidak juga pulang.

Untungnya tidak lama setelah kemarahan itu melanda, bel keamanan apartemen terdengar-pertanda seseorang sudah memasukkan kode akses. Buru-buru Marcus melangkah, menghadang sang istri yang kini membuka sepatunya di depan pintu.

"Habis dari mana lo? Sopan kayak gitu? Suami pulang, bukannya disambut, malah keluyuran!"

Dia. Istrinya. Hanya melirik sekilas, lalu berjalan melewatinya begitu saja. Kurang ajar!

Loveshoot StoryOnde histórias criam vida. Descubra agora