20. Zennathan Alexander Zeus.

296 19 5
                                    

Sore ini, dihari yang sama Rangga baru saja selesai meeting dadakan dengan perusahaan lain. Seseorang yang menelponnya tadi ialah Kenzo, Kenzo sendiri sedikit kewalahan dan berakhir menelpon Rangga. Dengan terpaksa, Rangga tidak jadi mengantarkan Casa pulang.

Ia yang tadi nya melamun kini tersentak kaget karena dering telepon yang berasal dari ponselnya. Ia sempat melirik untuk melihat siapa yang menelpon.

Bella is calling...

"Halo? Rangga sayang? Aku udah didepan rumah kamu nih. Keluar dong!, aku teken-teken bel nya gak ada yang mau ngebukain pintu." Rangga tampak mendengus sebal. Lagi-lagi gadis itu mengganggunya. Soal rumahnya yang sepi, memang ia memerintahkan pembantu dan juga kedua orang tuanya untuk tidak membukakan pintu jika tamu itu adalah Bella. Sangat jahat? Memang. Dan Rangga tidak peduli.

"Hal--"

"Pergi!, gue gak ada dirumah," larang Rangga sambil memijit pelan pelipisnya untuk meredakan pusing yang mulai menjalar. Disana ia dapat mendengar dengusan kecil, lalu tak lama Bella kembali menanyakannya.

"Ya udah gapapa. Sekarang kamu dimana? Biar aku anterin pizza ini."  Ya, memang Bella membawakan sekotak pizza berukuran sedang karena ia tahu apa makanan favorit cowok itu.

"Gue bilang pergi ya pergi!!, ngerti gak sih lo?!, pulang sana!!." Amarah Rangga meledak, ia sama sekali tidak suka diganggu oleh gadis yang pernah melukai hati sahabat nya---Kevin.

"Ya- ya udah. Aku pulang sekarang." Bella melenggang pergi dari rumah bermarga Zahcary itu. Namun sebelum itu, ia sempat mengepalkan tangannya mendesis pelan.

"Awas aja lo Casa" batin Bella menggeram.

Ia hanya mengetahui bahwa Rangga kinu sedang bersama Casa, padahal tidak.

《xxx》

Pukul 8 pagi, seorang pemuda baru saja selesai mandi, ia akan pergi bersekolah namun keterlambatannya membuatnya ia acuh, padahal hari ini ia akan menjadi murid baru di sekolah SMA NEGERI 28 JAKARTA.

Kembali, ia meraba perut kotak-kotaknya sambil mengambil seragam yang kemarin sudah bodyguard nya ambil dari pihak sekolah. Ia membuka kancingnya satu-persatu lalu kemudian ia memakainya. Terakhir, ia menyemprotkan  parfume  mahalnya dibeberapa area bagian tubuh.

"Perfect."

Ia turun dari tangga kamarnya dan berlalu ke parkiran dengan sepotong roti tawar yang dipegangnya. Ia melempar kunci motor ninjanya kearah bodyguard  yang sudah standby digarasi rumahnya.

"Ninja merah" ucapnya lagi, ia memang mengoleksi beberapa motor ninja dengan berbagai warna. Setelah motor yang ua inginkan keluar, ia menoleh sebentar ke arah beberapa bodyguard yang menjaga depan rumahnya dan juga sekitarnya, "Gak usah kawal gue hari ini!."

"T-tapi T-tuan." Melihat tatapan tajam dari Tuan mudanya para bodyguard pun hanya bisa mengangguk patuh.

Disaat yang sama, seorang Vancasca pun kalang kabut karena ia terlambat ke sekolahan lagi. Salah kan saja ia yang lupa menyetel alarm, biasanya Bi Inah yang selalu membangunkannya namun karena Bibinya itu pulang ke kampung, ia jadi kesiangan seperti ini.

Casa menuntun motornya untuk dimasukkan ke area parkir sekolahan dan beruntung sekali gerbang itu pun tidak dikunci dan masih membuka walau hanya beberapa centi. Saat sudah memarkirkannya, ia menoleh kepada seorang pemuda asing yang sedang duduk ditaman dengan bibir meringis kecil.

"Siapa lo?" tanya Casa dengan kedua lengan berkecak pinggang. Pasal nya ia baru melihat orang itu. Pemuda itu mendongak ke atas melihat gadis yang sedang menatap nya intens.

IT'S MY STORY [TIDAK DILANJUTKAN]Where stories live. Discover now