FMS : 29

26.6K 3.2K 147
                                    

"Mmaa~" Theo yang sedang tengkurap di depan Darren langsung mengalihkan pandangannya saat merasa jika sang mama sudah kembali.

Ansel tertawa kecil melihat gelagat putranya. Lelaki itu lalu melangkah terburu-buru menuju Theo setelah sebelumnya meletakkan box kue ke atas meja.

Theo mengulurkan kedua tangannya sambil menatap sang mama dengan sorot mata berbinar lucu.

"Theo kangen mama?" tanya Ansel sambil menciumi seluruh bagian wajah putranya.

Dikta yang baru kembali dari dapur lantas tersenyun geli ketika melihat interaksi ibu dan anak itu.

"Mam~ mam~" Theo menunjuk mangkuk kecil lucu di tangan Dikta.

Ansel lantas mengalihkan pandangannya menatap Dikta. "Darren sama Theo belum makan?"

Dikta mendengus. "Udah tadi tapi tau deh Theo tiba-tiba ngamuk minta makan lagi."

Ansel sontak tertawa dan mengambil alih mangkuk dari tangan Dikta.

"Lo kok lama---"

Drrt! Drtt! Drrtt!

Ucapan Dikta langsung terhenti saat hp nya tiba-tiba bergetar pertanda panggilan masuk. Sambil mem-pukpuk bokong putranya yang masih asik memakan biskuit bayi, lelaki itu langsung mengangkat telponnya.

"Hal---"

"...."

"Iya. Kenapa?"

"...."

"Kok gitu? Ada problem kah di rumah?"

"...."

"Bukan gitu, cuma---"

"PULANG!"

Dikta reflek menjauhkan hp dari telinganya. Lelaki itu melirik ragu kearah Ansel yang juga balik menatapnya.

"I-iya. Aku sama Darren pulang sekarang."

Tak lama, panggilan itu langsung terputus.

Kedua lelaki itu lalu mengalihkan tatapan mereka ke sembarang arah. Tampak jelas jika mereka kini terlihat canggung.

Berbeda dengan Ansel yang malah memikirkan hal lain. Sembari menyuapi Theo, dirinya lantas mengingat kejadian tadi ditambah suara bentakan Malvin yang sangat membuatnya terkejut. Malvin yang menurutnya sangat soft dan terlihat begitu mencintai Dikta kini mulai berubah berbanding terbalik seperti apa yang sempat ia pikirkan.

"Gue sama Darren balik dulu ya."

Ansel sontak mendongak menatap Dikta yang kini mulai memberesi barang-barang Darren yang sempat ia bawa.

"Dikta..." gumam Ansel.

Dikta menoleh kearah temannya.

"Boleh gue tanya satu hal?"

Dikta mengangguk ragu.

"Kenapa lo sama Malvin belum juga nikah sampe sekarang?"

Mendengar pertanyaan itu membuat gerakan tangan Dikta langsung terhenti. Pandangan yang tadinya menatap Ansel kini beralih ke sembarang arah.

Di antara gerak-gerik Dikta dapat Ansel tangkap jika kini kedua mata temannya itu sedikit berkaca-kaca. Ansel yang melihat itu langsung merasa tak enak.

"Kalo pertanyaan gue sangat menyinggung, gue minta maaf dan lo ngga perlu jawab."

Cukup lama Dikta terdiam. Setelah selesai memasukkan barang-barang putranya ke dalam tas khusus, lelaki itu lalu duduk tepat di samping Ansel.

FAMOUS [✓]Where stories live. Discover now