(四) Rare Item

50 10 24
                                    

XIAO NA mengira kamar yang disediakan sudah siap dihuni. Atau, minimal sudah dalam keadaan yang layak dipakai untuk beristirahat. Padatnya barang-barang berselimut debu tebal jelas tidak memenuhi ekspektasi Xiao Na. Terlebih, di mana kasur empuk yang ia bayangkan? Yang ada hanya matras tipis yang biasa digunakan saat berolahraga.

Helaan napas berat keluar melalui sela bibir tipisnya. Xiao Na meletakkan koper di sisi kosong dan beranjak pergi dari ruangan. Ia berpikiran untuk membersihkannya nanti. Sekarang, ia harus lebih mengenal tiap sudut rumah gim FTT lebih dahulu.

Sampai di lantai pertama, Xiao Na lantas menghampiri Wu Jiayue yang terlihat kembali bermain komputer dengan Zero yang berdiri di belakang kursinya. Tanpa aba-aba, Xiao Na menepuk bahu kiri Wu Jiayue, membuat laki-laki itu terkejut dan muncul tulisan 'defeated' di layar.

"Ahhh ...." Bersamaan dengan itu, desahan penuh penyesalan Zero mengalun.

"Sial! Siapa, sih!" umpat Wu Jiayue sambil membanting headset ke permukaan meja.

"Headset-ku!" protes Zero memelas dengan tangan terulur pasrah.

Menoleh ke kanan, Wu Jiayue mendapati pelakunya adalah perempuan yang paling tidak disambutnya.

"Kenapa?" tanya laki-laki itu malas.

"Kau belum menunjukkan letak ruangan lain."

Wu Jiayue menunjuk-nunjuk cepat tanpa niat. "Kamar mandi, dapur, ruang istirahat, ruang kompetensi. Sudah, itu saja." Ia langsung berbalik menghadap komputer lagi.

Xiao Na bengong. Mana kamar mandi? Mana dapur? Mana ruang istirahat? Mana ruang kompetensi? Tidak jelas sama sekali!

Zero meringis melihatnya. "Xiao Na Jie, biar aku yang membawamu berkeliling."

Xiao Na mengangguk-angguk. Zero lalu membawanya ke satu per satu sudut sambil menjelaskan ruangan apa itu dan apa fungsinya.

"Omong-omong, berapa usiamu, Xiao Na Jie?" tanya Zero mencari tahu.

"Aku masih delapan belas tahun."

Zero berhenti dengan mata membulat memandangi Xiao Na. "Akhirnya, aku bukan lagi bayi di tim!"

Alis Xiao Na terangkat kagum melihat kegirangan laki-laki itu. "Emangnya berapa usia kalian?"

"Aku baru dua puluh. Ghost, 24 tahun. Sedangkan Wu Ge dan A Fu Ge sama-sama 22 tahun. Manajer Yang yang tertua, 25 tahun."

Xiao Na mengangguk-angguk mengerti.

Tidak lama kemudian, suara Manajer Yang terdengar dari arah dapur. "Semuanya, sudah jam makan malam!"

Seluruh anggota menghentikan aktivitas masing-masing dan berjalan ke meja makan. Termasuk Zero dan Xiao Na yang baru selesai menjelajah bangunan.

"Dalam rangka merayakan bergabungnya Xiao Na ke tim, hari ini kita makan lebih banyak lauk!" ucap Manajer Yang penuh semangat bermaksud mengangkat antusiasme anggota lain.

Manajer Yang memandang satu per satu teman perjuangannya. Ghost duduk diam, fokusnya masih terpusat pada permainan di ponselnya. A Fu hanya tersenyum simpul. Sementara Wu Jiayue ..., sorot galaknya melebihi dirinya yang menjadi manajer!

Hanya Zero yang paling bisa diandalkan. Laki-laki itu melangkah ke arahnya sambil bertepuk-tepuk tangan tanpa henti. Xiao Na sendiri hanya datang dengan kedua sudut bibir tertarik ke atas.

"Aku melihat ayam goreng!" seru Zero semangat. Tangan putih kurusnya langsung mencomot satu paha ayam.

"Aduh! Sungguh durhaka anak mama!" pekik Zero saat tangannya ditepuk kuat oleh Manajer Yang.

"Biasakan cuci tangan terlebih dahulu!"

"Aduh," Zero meletakkan kembali satu-satunya paha ayam itu, "jangan ada yang curi punyaku!"

Manajer Yang menggeleng-geleng. Ia mengambil paha ayam itu tanpa memedulikan peringatan Zero. "Sesuai tradisi. Xiao Na, paha ayam ini milikmu."

Xiao Na yang baru datang dari wastafel pun tersenyum dan mengambil alih. "Terima ka---"

"Oh, tidak! Harta terbatasku!" Jeritan histeris Zero menghentikan aksi semua orang.

Dalam keadaan termenungnya, paha ayam di tangan Xiao Na direbut orang di sebelahnya. Bunyi krispi hasil gigitan dan kunyahan Wu Jiayue terhadap kulit paha ayam tersebut membuat Zero hanya mampu menelan ludah, kekecewaan, dan segala rasa tidak terimanya.

***
🖱Senin, 11 April 2022🖱

METALOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang