II

634 69 2
                                    

"Pffft."




Matanya bergulir dari kiri ke kanan dan melirik jam dinding yang terpasang apik di dinding atas pintu tepat. Sudah pukul setengah satu pagi, dan tugasnya belum juga selesai.

Sementara itu banyak sekali gelas cup bekas kopi telah menumpuk di belakang samping kanannya. Sudah yang keberapa ia meneguknya, tapi kantuk juga belum hilang.

"Ck, kalo gini mampus gw dimarahin bunda," gerutunya sambil memainkan bolpoinnya. Ya, Hongjoong lagi-lagi sepertinya akan menginap di studio malam ini.

Bisa saja ia menyelesaikannya di rumah, tapi ia benar-benar malas jika nanti sedikit-sedikit di minta tidur ibunya, ia jadi tidak fokus nanti.

Ia meregangkan badannya yang telah duduk di kursi selama beberapa jam. Pegal juga sih, tapi mau bagaimana lagi?

"Non. Lu kagak pulang apa?," tanya si pemuda Kim saat melihat Vernon tertidur di sofa belakang dengan buku-buku yang masih berserakan.

Si pemuda Choi itu mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Dengan kepala yang sesekali terkantuk itu ia mencoba bangun.

"Hm? Emang udah jam berapa? Gak sadar gw kalo ketiduran," tanyanya sembari mengucek matanya itu dan menguap.

"Jam satu kurang sepuluh menit. Lu pulang apa gimana? Soalnya ini keknya gw nginep di studio," tuturnya sembari menulis lirik yang dikerjakannya.

"Hah? Gak sadar njir gw ketiduran. Keknya Mamah gak bakal bukain pintu deh buat gw." Si pemuda Choi itu menggerutu dengan tangannya yang mulai membereskan buku-buku.

Si pemuda Kim memutar bola matanya malas, jengah juga dengan sahabatnya ini. "Lu kan punya apartemen deket sini. Gunain lah. Gitu kok ribet."

Sementara yang diberi tahu tersenyum kikuk sembari menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Iya juga sih, lah, elu gimana?"

"Gw nginep di studio. Lu kalo mau ke apartemen lu sih gak papa. Soalnya gw mau nyelesain tugas gw ini dulu, gak kelar-kelar."

Vernon hanya mengangguk lalu menggendong tasnya. "Yaudah, gw ke apartemen dulu. Semangat bergadang kawanku~"

"Sialan lu," makinya yang hampir menendang Vernon tapi ia urungkan karena sahabatnya itu sudah berjalan keluar dari studio miliknya.

Hongjoong menghela nafasnya. Jika ia paksakan, pasti nanti tambah tidak jelas lagu yang ia kerjakan. Akhirnya, ia lalu mematikan alat-alat yang sekiranya boros listrik dan berjalan keluar dari studio.

Dinginnya udara malam menusuk hingga ke tulang, untung ia memakai pakaian yang cukup panjang. Sang rembulan tersenyum menyinari malam yang gelap.

Matanya sesekali melirik ke sekitar, untung ia keluar jam segini. Jadi, pastinya sepi. Ia malas jika keluar saat pagi hari, panas, ramai, ya..begitulah.

Entah karena ia tidak sadar atau apa. Ia tidak sengaja menabrak seseorang, yang ia yakini perempuan. Rambutnya yang diikat dengan tatapan matanya yang tegas.

Hongjoong sempat terpesona sebentar olehnya. Tapi, ia urungkan saat perempuan di depannya terlihat risih dengan tatapannya. Hongjoong tidak ingin dituduh yang tidak-tidak.

"Apa yang kau lihat?," tanyanya dengan nada ketus. Hongjoong hanya tersenyum maklum mendengarnya.

"Em..maaf nona, saya tidak sengaja."

Perempuan di depannya mengerutkan dahinya saat mendengar suara Hongjoong.

"Apa..ada yang salah?" tanya Hongjoong. Hongjoong bertanya dengan hati-hati, takut jika perempuan di depannya tersinggung.

You Don't Know Me || SeongJoongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang