This is Real?

1K 172 7
                                    

Bonus Chapter: 5

•° + ° • ° + ° •

Jam istirahat akhirnya tiba, Taehyun dan Beomgyu menuju ke kantin dan makan bersama. Awalnya Beomgyu kelihatan menolak, namun saat tahu kalau Taehyun sempat hampir mati karena dirinya, Beomgyu menjadi merasa iba.

Dirinya masih memiliki hati nurani, otak kewarasannya masih berkerja. Mungkin, Taehyun sudah berubah semenjak kejadian itu atau mungkin rekan kerjanya itu kembali normal alias straight. Taehyun juga terlihat sekali memperbaiki hubungan mereka, sebelum dirinya menikah dengan Arum, Taehyun memang teman terbaik Beomgyu selama mereka di kantor.

Beomgyu pikir, semua akan baik-baik saja selama Taehyun kelihatan benar-benar berubah.

"Hyung, apa kau memakan kue pemberian dariku? Bagaimana rasanya?" tanya Taehyun. Beomgyu menoleh ke arahnya dan kemudian terdiam sejenak.

"Kue dengan toping stoberi? Itu darimu?" tanya Beomgyu kembali.

"Hum! Apakah Arum tidak memberitahu mu?" Beomgyu mengulum bibirnya, dirinya tidak ingin menjawab pertanyaan dari Taehyun.

Jujur saja, sepulang dari kantor Beomgyu tidak sempat memakan kue atau mungkin meminum kopi. Dirinya sudah terlanjur panas saat melihat ponsel Arum yang tergeletak di sofa dan tidak sengaja menampilian notifikasi panggilan tak terjawab. Dirinya langsung merasa cemburu saat melihat kontak lelaki yang disimpan Arum. Mereka sempat bertengkar kecil-kecilan, namun tampaknya Arum mengambil masalah itu sampai ke hati. Sampai dua hari ini Arum dengan dirinya agak canggung.

"Ada apa dengan wajahmu? Terlihat sedang ada masalah," ucap Taehyun. Beomgyu tidak menjawab, ia melanjutkan makannya.

"Kau bisa berbagi cerita denganku, tidak masalah."

Beomgyu menatap Taehyun sekilas, dirinya mulai menimang-nimang untuk menceritakan masalah rumah tangganya terhadap Taehyun atau tidak. Tetapi dirinya sudah terlanjur frustasi dengan hubungan yang canggung.

"Aku hanya sedang cemburu dengan Arum. Saat aku melihat ponselnya, banyak telepon dari lelaki yang sama," Beomgyu menghela napasnya. "Aku tau lelaki itu masa lalunya Arum, tetapi kelihatannya mereka sering berkomunikasi lewat ponsel tanpa aku ketahui."

"Oh, begitu rupanya. Itu hal biasa," balas Taehyun sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Menurutmu, lelaki itu mengapa menghubungi istriku terus menerus?" tanya Beomgyu yang membuat Taehyun berdeham, sedang berpikir.

"Hm ... Entahlah. Mungkin kalau seandainya lelaki itu adalah aku, yang pastinya aku masih mengharapkan status dari istrimu." Beomgyu mengkerutkan dahinya, kemudian tubuhnya sedikit ia condongkan ke arah Taehyun. "Maksudnya?"

"Dengarkan aku, Hyung, kau tau 'kan kalau semua pernah mengalami masa muda? Masa-masa indah yang dimana sebelum kau mendapatkan Arum, ada yang lebih dulu mendapatkannya. Ada kemungkinan besar lelaki itu belum bisa melupakan istrimu, dengan kata lain dia belum bisa Move on," jelas Taehyun yang membuat Beomgyu terdiam. Ia jadi kepikiran. Bagaimana kalau apa yang diucapkan Taehyun itu benar?

"Tapi aku tidak tahu, pasti. Lebih baik kau tanyakan saja padanya, akan lebih jelas," lanjut Taehyun dan kemudian menghabiskan makan siangnya. Setelahnya Beomgyu menyusul menghabiskan pesanannya.

Sedaritadi Beomgyu berusaha fokus dengan pekerjaannya, tetapi kali ini pikirannya benar-benar pecah. Untung saja ada Taehyun yang berbaik hati ingin membantunya, seperempat tugasnya Beomgyu kerjakan sendiri, sisanya Taehyun yang menyelesaikan.

"Aku berhutang budi padamu. Kau mau apa? Nanti aku belikan," ucap Beomgyu. Taehyun terkekeh pelan, ia sedang merapihkan meja Beomgyu.

"Aku tidak ingin apa-apa. Cukup kau kembali denganku, itu sudah cukup," balas Taehyun. Beomgyu tersenyum, kemudian mengkritik omongan yang lebih muda. "Kau ini bicara apa? Aku tidak mengerti."

Taehyun tertawa dan kemudian menepuk-nepuk bahu yang lebih tua. "Nanti kau akan paham."

Beomgyu mengangkat kedua bahunya acuh, kemudian ia membawa tas kantornya. Kali ini mereka pulang bersama, Taehyun yang mengajak Beomgyu untuk pulang dengan mobilnya. Kebetulan hari ini mereka memiliki jadwal yang sama, Taehyun bilang biar sekalian.

"Kau ingin membawaku kemana?" Beomgyu menatap seketar jalanan, dirinya merasa kalau Taehyun tidak menggunakan jalan pulang.

"Ikut saja, nanti kau akan suka," jawab Taehyun tanpa mengalihkan pandangannya ke depan. Setelah merasa mobil Taehyun berhenti, Beomgyu melirik dari kaca mobil. Dirinya bisa melihat sebuah kedai kopi yang tidak terlalu besar.

Taehyun mengajak Beomgyu untuk turun dan mereka masuk ke dalam kedai itu bersama. Taehyun menyuruhnya untuk mencari tempat duduk. Beomgyu menurut dan memilih tempat duduk yang membelakangi AC dan juga terdapat kaca yang menampakkan pandangan di luar kedai. Beomgyu menatap sekeliling ruangan, terlihat simple dan juga sejuk. Dirinya langsung merasa rileks saat memasuki kedai itu.

Secara tiba-tiba Taehyun membawa nampan berisikan satu gelas cokelat panas dan juga es krim, kemudian Taehyun menyodorkan cokelat panas kepada Beomgyu.

"Kenapa kau tidak bertanya denganku dulu?" protes Beomgyu, karena ia merasa tidak terima disuguhkan cokelat panas.

"Coba saja dulu. Rasanya enak, kok," balas Taehyun.

Beomgyu menghela napasnya, ia melihat Taehyun yang sedang menikmati es krim rasa stoberi sambil bermain ponsel. Dirinya menatap cokelat panas yang menguap di bawah wajahnya. Tangannya mulai menarik gelas untuk lebih dekat, kemudian Beomgyu mulai meminumnya dengan pelan.

Seketika dirinya merasa lebih bebas, pikirannya mulai tenang, tubuhnya merasa lebih rileks dan dirinya sangat menikmati cokelat pesanan Taehyun. Yang lebih muda menatap Beomgyu sambil tersenyum, Taehyun memang mengenalnya sangat baik.

This is Real?Where stories live. Discover now