Prolog; All we need is partner

131 7 2
                                    

    Sreeek. Remaja tanggung itu berdiri diatas sebuah bukit. Jubahnya berkibar kibar, rambutnya cokelatnya diterpa angin, bergoyang pelan. Menatap lurus ke arah dataran rendah yang terhampar luas di depan matanya, tempat berdiri sebuah bangunan sederhana yang cukup besar bercat oranye. Pemuda itu tersenyum tipis, meski tertutup oleh masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya.

   "Alright.. boys" lelaki remaja itu tertawa pelan

  "Misi dimulai."

   Tap, lelaki itu melompat, berseluncur di dataran miring. Mengeluarkan sebuah ember air dari inventory bar-nya. Di turunan terjal berikutnya ia mengumpulkan tenaga lebih dan, Syuuuuut ia terjun bebas sambil terus menatap dataran jauh dibawah, bersiap siaga dengan ember air di tangannya dan.. 

   Byarrrrrr. Pendaratan yang mulus, MLG water bucket itu sucsess. Lelaki itu menatap bukit tinggi yang tadi ia pakai untuk turun

   "Sialan. Aku bisa lebih cepat lagi tadi, dan ayolahh tadi itu tidak extreme sama sekali kawan" lelaki itu mendengus. Kemudian menatap kembali gedung bercat oranye yang menjadi 'motivasinya' untuk turun dari bukit tinggi tadi.

   NIGHTD. Ya, begitulah ia dipanggil. Dia melepas jubahnya dan seragam hitam putih dan dasi oranyenya nampak jelas. Ia memasang earphone, memasang alunan lagu yang kemudian menemaninya berjalan sampai ke bangunan sederhana nan besar itu. Wajahnya yang terlihat polos meski sebagian tertutup masker itu tersenyum. Netra biru tuanya tampak berbinar binar, pastilah sudah bisa ditebak kenapa ia begitu, hari pertama SMA.

                                                                        Change the POV

   Seorang pemuda terlihat berlari lari di sepanjang lorong sekolahan, berkali kali menengok jam yang bergelung di pergelangan tangan kanannya.

   "Siaaal, aku hampir terlambat" batin remaja tanggung itu sambil melakukan manuver di lorong sekolah. Lelaki itu menahan nafas, ia tidak ingin menghancurkan citranya sebagai anak kepala sekolah, terlambat masuk? Agaknya memalukan baginya.

   Lelaki itu tiba di pintu kelas tepat sebelum wali kelas mereka masuk. Terengah engah karena berlarian plus manuver manuver gila gilaan seperti balapan liar manual, menakutkan. Ia pun duduk di tempat yang tersisa, di sebelah seorang... uhh entahlah, tampak seperti orang polos, pemalu, tidak peduli dan lain lain, tapi tatapannya dingin, tegas ia tersenyum tipis. 'Baiklah hari ini akan sangat menyenangkan'  batinnya sambil tersenyum sinis.

    Wali kelas masuk dengan book of quill ditangan, siap memulai pelajaran dengan perkenalan dan pemilihian ketua kelas. Anak itu tersenyum kecil. 'Sayangnya tak perlu ada voting wahai pak Fred, seonggok kertas kecil telah membantuku meletakkan kartu pertama dalam permainanku'  gumam remaja itu sambil tertawa merendahkan. Beberapa menit, pak fred berseru heran.

   "Apakah kalian setuju hanya Beacon Cream saja? Tidak ada yang lain"

   Kompak sekelas menggeleng, meyakinkan pak Fred. remaja itu, yang tak lain tak bukan adalah pemilik nama tersenyum sinis. Maju ke depan kelas dibawah sorotan puluhan pasang mata di kelas itu.

   "Terima kasih atas kepercayaan pertama kalian kepadaku. Dan aku sebagai ketua kelas ini menunjuk NightD, untuk mendampingiku memerintah kelas ini dengan baik."

   Deg. Sontak pemilik nama yang merasa terpanggil menoleh ke depan

   "A-apa yang terjadi?" Batin NightD. Dibalas oleh tatapan penuh kemenangan dari sosok remaja berwibawa yang berdiri di depan kelas

   "Phase One Is Already Completed" Ujarnya pelan.

                                                                                     * * *

    NightD yang lagi lagi berjalan tanpa memperhatikan merasa kaget karena tangannya tiba tiba ditarik ke dalam salah satu ruangan. Hampir saja ia memindahkan slot hotbarnya ke katana dan membela diri, sebelum ia menyadari bahwa itu hanyalah partner kepemimpinannya.

 NightD ; Beacon? Ada apa, dan hei itu sungguh mengejutkan

BeaconCream ; Maafkan aku Night, tapi aku harus berbicara padamu, Bolehkah?

   NightD sedikit heran dengan apa yang dikatakan 'patnernya' itu, tapi baiklah, ia mengiyakan. tapi kalau dia berbuat macam macam ia tidak akan segan segan mengeluarkan seluruh keahliannya selama 10 tahun menjadi seorang adventurer solo. 

Beacon ; kenapa kau malah diam saja, ayo! aku akan menunjukkanmu tempat. Dan tolong       panggil aku nelson saja, tidak usah hiraukan nametag ini

   Mereka pergi ke pojokkan perpustakaan dimana di sana Nelson mulai bercerita tentang kekuasaan, power, penguasaan dan semacamnya yang membuat NightD perlahan mengerti apa yang sedang berusaha disusun alurnya oleh remaja di depannya.

   "Night, sans smp itu sempit. Meletakan podium kebesaran kita di sini itu 2 hal. Hal yang berbahaya atau hal yang mudah. Mudah bila kita dapat bijak memilih langkah dan berbahaya bila penaklukan saingan dilakukan dengan salah langkah dan ketidaktepatan perkiraan, jadi.. aku memilihmu. Aku menilai kau mampu, kita akan membuat seluruh member, sadar tak sadar akan tunduk pada kekuatan kita, apakah kau ingin melanjutkan? Atau kalau tidak, suatu hari kita akan berhadapan, bagaimana?"

   NightD mulai menggeleng dalam hati. Ia mengerti maksud dari tunduk di sini adalah sistem yang biasa ia sebut kasar dengan perbudakan. Tapi ia berusaha tetap mengiyakan, karena ia tau bahwa anak di depannya ini bisa melakukan apapun yang ia mau, dan dia punya kekuatan besar, sadar atau tidaknya. Baiklah, ia akan perlahan menerima dan membuktikan teori perbudakan itu salah.

   "Fine, i'm in."

                                                                             T.B.C

Ayy. This is My best fanfict I Ever Made before, so better vote before its too late for IT ;')

Thanks for want to visitasi this story ;')

One of us; the story of sansWhere stories live. Discover now