5. Menjadi Bagian dari Hidupmu

6.8K 742 24
                                    

Mereka tidur di tempat terpisah, Haira di kasur, sementara Ezra di sofa. Sudah pasangan hasil perjodohan di novel-novel. Ezra bangun lebih dulu, dia langsung ke kamar mandi dan mencuci muka, setelah itu menghidupkan TV, menonton sambil menimati segelas kopi, untuk pengisi perut sementara dia memilih memakan apel. Pria itu menoleh menatap Haira yang masih tertidur pulas, mungkin memang sedang lelah, lagipula Ezra tidak memiliki sesuatu penting untuk mengganggu gadis itu. Dia kembali mengalihkan pandangannya ke arah layar persegi panjang di hadapannya, menikmati kartun di pagi hari, kalau kalian mengharapkan sesuatu yang spesial yang Ezra lakukan, maka kubur harapan itu dalam-dalam, karena Ezra selalu melakukan hal tidak berguna dalam hidupnya.

Karena suara kartun yang Ezra tonton akhirnya Haira merasa terusik, gadis itu perlahan membuka matanya dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah seorang pria tanpa baju, tengah duduk tenang menonton, sesekali menyesap kopi dan memasukkan buah ke dalam mulutnya.

Haira seperti de javu, hal semacam ini selalu dia temukan saat dirinya dulu masih bocah , menonton kartun di minggu pagi saat sekolah sedang libur, pantas saja Ezra pengangguran, kelakuannya benar-benar tidak seperti manusia pada umumnya.

Haira memutar bola matanya sendiri, sekarang dia tidak punya pilihan selain menjalani kehidupan ini walaupun harus bersama dengan pria dewasa tapi kelakuan seperti bocah di hadapannya.

"Mau ngopi?" tanya Ezra basa-basi.

"Nggak makasih." Haira langsung membalik tubuhnya memunggungi Ezra, menutup seluruh permukaan tubuhnya dengan selimut. Cuma Ezra manusia kurang waras yang pagi-pagi begini sudah minum kopi tanpa sarapan, sudahlah semakin mengingat soal kelakuan ajaib pria itu, semakin Haira merasa miris dengan kehidupannya sendiri.

Ezra memilih tidak peduli, kalau Haira mau protes soal kehidupan yang mereka jalani maka wanita itu harus protes pada orang tua mereka karena Ezra juga sebenarnya dipaksa berada di sana, dipaksa menjadi suami Haira, Ezra akui dia belum pantas menjadi seorang suami, dia bukan manusia yang sempurna, bahkan jauh dari kata itu.

Ezra menoleh saat seseorang mengetuk pintu kamar mereka, Haira juga langsung membuka selimutnya, dia menatap Ezra, apa pria itu mengundang tamu sepagi ini?

"Nggak ada!" Ezra menggelengkan kepalanya, dia tidak mengundang siapa pun dan untuk apa juga mengundang seseorang ke kamar mereka.

"Bukain sana."

Anehnya Ezra menurut, padahal dia yang suami, tapi baru satu hari sudah mau menuruti perintah Haira.

Pria itu berjalan menuju pintu dan membukanya, tebak siapa yang di depan pintu, iya benar, Elio. Bahkan sepagi ini dia berusaha memastikan keadaan Ezra dan Haira, Ezra hanya diam, sementara Elio sudah tidak bisa berkata-kata melihat Ezra tidak mengenakan pakaian.

"Siapa?" tanya Haira.

"Elio." Ezra menjawab singkat.

"Udahlah, tutup aja, sini yuk balik sini. Kamu bilang mau punya anak cepet." Mendengar nama Elio tentu saja Haira tidak tinggal diam, dia ingin membalaskan seluruh dendamnya untuk pria itu.

Ezra menipiskan bibirnya kemudian menutup pintu secara perlahan, bukan dia, tapi memang Haira yang mau itu.

Ezra langsung naik ke atas kasur, itu membuat Haira kaget, gadis itu langsung bangkit. "Mau apa?!" tanya Haira dengan tidak santainya.

"Mau punya anak, 'kan?" tanya Ezra.

Haira langsung meraup wajah Ezra. "Nggak!"

Perempuan memang rata-rata begitu, tidak konsisten dengan apa yang dia katakan, padahal Ezra sudah sangat antusias, siapa tahu saja memang Haira tidak mempertimbangkan kepernganggurannya sekarang ini.

***

"Rangkul aku!" Haira mengatakan itu tepat saat melihat Elio memasuki restaurant, Ezra melakukan apa yang Haira perintahkan, sekarang dia jadi paham tugasnya, yaitu memancing kemarahan Elio.

Elio menggeram melihat itu, dia tentu tahu tidak semudah itu Haira melupakannya, Haira sengaja melakukan itu di hadapannya. Hubungan Elio dengan Ezra tak pernah benar-benar baik, mereka hanya melakukannya begitu-begitu saja, tidak pernah pula berusaha terlihat seperti siblings goals, sekarang dia jadi kesal dengan Ezra dan merasa bahwa kembarannya itu tengah menabuh genderang perang padanya.

Sesekali Ezra mencubit pipi Haira, wanita itu membalas dengan memasukkan croissans ke dalam mulut Ezra.

Semua keluarga mereka yang masih berada di hotel tahu bahwa pengantin pria diganti, tapi mereka tidak menyangka kalau Ezra dan Haira bisa menjadi seakrab ini, apalagi keduanya benar-benar seperti pengantin baru yang memang menikah karena cinta.

Selesai sarapan pagi mereka semua berkumpul pada satu meja, kedua orang tua mereka masing-masing turut prihatin melihat kedua anak mereka, apalagi kedua orang tua Haira, mereka sungguh tidak tega, tapi mereka juga butuh solusi dari masalah yang mereka hadapi kemarin dan solusi itu hanya bisa didapat dari Ezra.

"Rasanya kalian pasti sudah tau apa yang terjadi." Papa Haira mulai membuka suara, tentu saja tahu, mereka berdua sudah bermalam di kamar yang sama, bahkan masih jelas diingatan Haira saat Ezra menyebut namanya dalam ijab qobul.

"Bukan mau kami juga." Budi, papa Haira masih berusaha menerangkan.

"Aku paham semuanya, jadi nggak ada yang perlu disesali, aku akan menjalani semua ini sebaik mungkin."

Haira langsung saja mengeluarkan apa yang mengganjal di hatinya, wajah Ezra sama dengan Elio, tidak terlalu sulit untuk menjadi bagian dari hidup pria itu.

Semua orang menunduk, tentu saja pernikahan bukan sebuah candaan dan memutuskan hidup dengan seseorang butuh sebuah keputusan matang, tapi sekarang Haira malah harus melakukannya, mau tidak mau.

"Ezra nggak sebaik Elio, tapi dia pasti bertanggung jawab." Mama Ezra ikut menimpali, seolah memberi kalimat penenang untuk Haira.

Ezra malah ketar-ketir sendiri, pembuktian seperti apa yang harus dia lakukan untuk membuktikan bahwa dia adalah sesosok bertanggung jawab.

"Dia memang belum bekerja, tapi mungkin nanti akan Papa pertimbangkan dia untuk masuk ke kantor papa."

Ezra menelan ludahnya sekali lagi, Elio saja yang hidupnya sangat lurus tidak bisa diterima di kantor papanya, bagaimana dengan dia? Rasanya Ezra menyesali beberapa hal, lebih baik dia menjadi pengangguran dan mendapatkan uang jajan lima ratus ribu perbulan, daripada harus bekerja dibawah tekanan sang papa.

Haira mengangguk, sekarang dia hanya mencoba percaya, percaya bahwa takdir akan berpihak padanya, mungkin Ezra bukan pria yang dia inginkan, tapi siapa tahu saja dengannya akhirnya dia menemukan kehidupan yang dia mau, we never know. Tidak ada yang tahu ke mana semesta akan mengarahkan kehidupan seseorang, jika Ezra bukan yang terbaik sekalipun, tapi pria itu sudah menyelamatkan kehidupan Haira, setidaknya satu hari sebelum hari ini.

Ezra menatap ke Haira, dia tahu kalau wanita itu memiliki banyak beban, tapi mungkin nanti dia akan meminta untuk berbagi beban.

"Maaf karena keadaannya menjadi begini." Sosok yang paling pantas meminta maaf adalah Elio, bukan orang tua Ezra.

"Aku janji akan menjaga Haira dengan baik." Ezra akhirnya memberanikan diri untuk lebih tegas, dia merangkulkan tangannya di bahu Haira. Dia sudah memutuskan dan berharap keputusan ini adalah yang paling tepat.

Haira tersenyum. "Dan aku akan percaya kalau dia bisa menjadi imam yang baik."

***

Semalem nggak update jadi update 2 bab ya hari ini.

You are My DestinyWhere stories live. Discover now