49. Count

26.3K 4K 19
                                    

Kastil rasanya menjadi ramai tiba-tiba karena Duke datang. Lalu, Count juga akan datang ke Kastil dengan alasan yang sama, yaitu menjenguk Aiden.

Kedatangan Count didukung oleh Duke dan Duchess, Tilly yang merupakan nona bangsawan biasa, tak dapat menolak kedatangannya. Rasanya sangat menyesakkan ketika tak bisa melawan kehendak para orang dewasa  itu.

"Siapkan dua kamar lagi, untuk Count, juga nona Julian." Tilly menulis laporan menggunakan tinta, dan mulutnya terus mengoceh masalah sambutan pada Count.

Athena tersentak, "Nona Julian ikut datang?"

"Benar, jangan mengungkit masalah bertahun-tahun lalu itu. Lupakan dan sambut mereka dengan benar." ujar Tilly dengan sungguh-sungguh. 

Pelayan itu mengangguk pelan, "Baik."

Tilly meregangkan badannya. "Kerja bagus, tinggalkan kami berdua di sini, Athena."

Athena berpamit diri dan berjalan pelan keluar kamar. Kini hanya tersisa Tilly, Aiden, dan tumpukan berkas menyesakkan.

"Count akan datang," Gadis pemilik rambut emas itu menoleh menatap suaminya, "Sampai kapan kau tertidur pulas seperti itu?"

".... Awakening, bagaimana mungkin? Apa yang membuatmu mendapat kebangkitan?"

Beralih duduk di samping Aiden yang berbaring, Tilly cemberut kesal. "Bangun, dong. Kau kira gampang menangani keluarga Duke dan Count itu? Ah, kapan sih orang tuamu itu mati-"

"-aduh! Maafkan aku, aku tak bermaksud buruk! Yah.. Kalau jujur, aku memang berharap, t-tapi tetap saja mereka adalah mertuaku."

Mengoceh sendirian tanpa ada yang merespon itu menjengkelkan, rasanya Tilly telah menjadi orang gila.

".... Bosan,"

"Sungguh bosan."

Setelah beberapa hari berlalu, kereta kuda Count yang nampak mewah datang melewati gerbang Kastil. Kedatangan mereka disambut baik oleh Duke dan Duchess yang tersenyum di depan pintu Rumah.

"Ya ampun, Duke!" Count berjalan cepat sembari melepas genggaman tangan anak gadisnya.

Duke tersenyum penuh formalitas, "Rasanya lama kita tidak bertemu."

"Haha, anda benar..!"

Julian berjalan menyusul Ayahnya dari belakang, rambut merah mudanya berkibar terlihat berkilau. Jika dibandingkan berdua, Tilly hanya sepotong batu di samping berlian.

"Duke, Duchess, Nona Tilly, lama tak bertemu." Gadis rambut merah muda itu terkekeh manis.

Tilly melangkah maju, ia menunduk dengan hormat. "Suatu kesenangan karena anda dan Count menyempatkan diri untuk menjenguk suami saya."

"Ah, kami berdua kemari dengan dua alasan, bukan hanya menjenguk!"

"Apa itu, Nona Julian?"

Count muncul di samping anaknya, "Kami akan memberi beberapa bingkisan sebagai permintaan maaf atas kejadian 8 tahun lalu."

"8 tahun lalu...?" Tilly terdiam lama dan terus mengorek ingatannya, "Oh! Kejadian di umur 9 tahun itu, ya. Setelah suami pulang dari perang?"

"Benar, saya telah bersikap sangat lancang saat itu." Julian lagi-lagi terkekeh manis.

Bagaimana pun, tentu saja Tilly tidak mau memaafkan gadis itu begitu saja. Tetapi untuk keadaan saat ini, ia harus mengalah mundur. Lagi pula siapa yang mau percaya dengan perkataannya?

"Saya memakluminya, kita berdua sama-sama masih polos dan kekanak-kanakan saat itu, Nona." Ucap Tilly.

Perbincangan formalitas terjadi cukup lama di depan pintu Kastil, lalu akhinya Count menjenguk Aiden sebentar. Setelah itu, baik keluarga Count maupun Duke, pergi ke kamar tamunya masing-masing.

Tilly meregangkan tubuhnya dengan desahan panjang, "Ah, lelahnya ... "

Menoleh, "Suami, selamat mal-"

Tok tok tok.

Ya ampun, siapa yang datang pada malam-malam begini? Athena? Tidak mungkin, pelayan itu telah berpamitan untuk tidur.

"Siapa?" Tanya Tilly dengan suara yang cukup keras.

Di balik pintu, terdapat suara menggemaskan yang terdengar. "Ini aku, Julian! Bisakah anda membuka pintunya? Aku ingin berbincang sebentar dengan anda!"

[END-TERBIT] Get Married with MonsterWhere stories live. Discover now