Pergi ke Masjid Kampus

9K 830 19
                                    

Tercium aroma minyak kayu putih. Diikuti rasa panas di sekitar hidung. Kesadaranku berangsur pulih, lalu membuka mata.

"Bal, lu gak apa-apa?" tanya Supri.

"Gua di mana?" Sepertinya ini bukan kamarku ataupun Petra.

"Di kamar Supri," sahut Petra.

Tidak hanya Supri dan Petra. Di kamar ada juga Mas Ilham dan Farel. "Kan kemaren gua dah bilang, ati-ati ketemu yang nyamar. Eh kejadian," ucap Mas Ilham.

"Minum dulu, Bal." Supri memberiku segelas air. "Gua juga sempet kena, tapi gak separah lu," imbuhnya.

Supri sedikit beruntung, Riana menyamar jadi Mbak Cici saat siang hari. "Waktu itu gua lagi mau ambil minuman di kulkas. Eh ketemu Mbak Cici lagi berdiri di depan kompor. Dipanggil diem aja. Gua perhatiin kompor juga gak nyala.

Gua positif thinking aja, mungkin Mbak Cici lagi males ngobrol. Jadi abis ambil minuman, gua langsung balik ke kamar. Pas di kamar, gua cek grup WA. Ternyata Mbak Cici lagi gak ada di kosan," ucap Supri.

Aku hanya diam saja, tak merespon cerita Supri. Masih syok dengan kejadian tadi.

"Bal?" Petra melambaikan tangan di depan wajahku. "Itu tangan lu sakit, gak?" tanyanya sambil menatap tangan kiriku, yang tadi dijilat Riana.

Aku melihat punggung tangan, terlihat ada bekas luka lebam berwarna biru. Kucoba menekannya, ternyata tidak terasa sakit sama sekali. "Nggak sakit, Pet," sahutku.

"Bener kata orang tua dulu. Kalau pas bangun tidur tiba-tiba ada luka lebam, berarti habis dijilatin setan," ucap Farel.

"Ah itu kebetulan doang kali, Rel," sahut Mas Ilham.

"Saya sama Supri liat sendiri kok. Riana lagi jilat-jilatin tangan Iqbal. Bener, kan, Bal?" timpal Petra.

Aku mengangguk.

"Yaudah, lain kali hati-hati. Kalau dirasa mencurigakan, jangan dideketin." Mas Ilham pamit, kembali ke kamarnya, disusul Farel.

"Terus sekarang kita ngapain?" tanya Supri.

"Mending kabur ke kampus, yuk!" usul Petra. "Gimana, Bal? Lu diem aja daritadi," imbuhnya.

"Percuma, Pet. Dia bakal terus ngejer gua, mau sembunyi di mana pun," sahutku.

"Gimana kalau ke masjid kampus aja?" usul Supri.

"Nah ide bagus tuh!" Petra tampak setuju.

"Lu berdua mau nemenin gua?" tanyaku.

"Boleh," sahut keduanya kompak.

"Lagian, gua takut juga malem ini tidur di kosan," imbuh Supri.

"Bener, apalagi abis ngeliat kejadian tadi. Hiy, gua masih merinding banget. Serem banget!" timpal Petra.

"Yuk, siap-siap!" Supri mengambil jaket dan tas selempang.

"Temenin gua dong," ucapku.

Supri dan Petra menemaniku ke kamar. Setelah itu, kami pergi ke kamar Petra dan menuju kampus.

__________

"Lu jalannya lambat amat, Pet," tegurku.

"Kekenyangan gua, Bal," sahutnya.

"Lagian tadi makan banyak banget sih."

Riana - Lepaskan Tali di LeherkuWhere stories live. Discover now