2. 10/07/23

5.2K 622 367
                                    

2. Hari pertama untuk Mila

Bahkan sampai hari ini masih banyak yang takut untuk menjadi dewasa. Takut tidak mampu menjadi yang terbaik, takut menghadapi kenyataan jika ternyata hidup tidak selalu indah, dan takut jatuh cinta yang nantinya malah berujung sakit.

________________________________________

***

February 2009

Gerbang sekolah SMP Jaya Bakti di buka dengan lebar oleh satpam sekolah kala lonceng berbunyi. Siswa siswi berseragam putih dongker itupun berbondong-bondong keluar menghampiri orang tua ataupun jemputan mereka yang sudah datang dan menunggu di depan pagar.

Mila berjalan keluar beriringan bersama Yasmin, sahabatnya. Gadis itu tersenyum, kemudian melambaikan tangan kearah seorang pria berseragam putih abu-abu yang sedang berdiri bersandar pada pintu mobil sembari menatapnya dengan senyuman.

“Yas, gue duluan ya. Jemputan gue udah datang.” Mila melambaikan tangan pada Yasmin, kemudian berjalan
meninggalkan sahabatnya itu yang masih menunggu jemputan datang.

“Kak Gesar udah lama nunggunya?” tanya Mila saat sudah berdiri tepat di depan pria itu.

Gesar melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya sebentar.

“Lumayanlah.” Gesar kemudian merapikan anak rambut Mila yang berantakan. “Rambut kamu kenapa bisa berantakan gini?”

Mila menyengir, menampakkan barisan gigi putih dan rapinya. “Hehehe, tadi Mila main kejar-kejaran sama Yasmin, makanya rambut Mila jadi gini.”

“Udah mau kelas tiga masih aja main kejar-kejaran,” kata Gesar, heran. Gesar lalu membukan pintu mobil. “Masuk.”

“Makasih kak Gesar,” kata Mila dengan senyum lebar.

“Kak, perut Mila lagi sakit,” adu Mila, ketika Gesar sudah duduk di sebelahnya. “Kakak ada minyak kayu putih gak?”

“Gak ada.” Lagi pula buat apa juga dia menyimpan minyak kayu putih di mobil? “Sakit kenapa? Kamu pasti makan pedas lagi ‘kan tadi?”

“Ihh nggak,” elak Mila. “Kan gak di bolehin Papa.” Mila tidak di bolehkan makan pedas bukan karena gadis itu punya penyakit asam lambung atau semacamnya. Mila sehat, hanya saja setiap gadis itu makan pedas dia akan langsung sakit perut. “Perut Mila tiba-tiba aja sakit tadi, gak tau kenapa. Sakitnya juga beda, baru kali ini Mila sakit perut kaya gini.”

Gesar membuka tutup botol air mineral yang ada di mobilnya, lalu memberikannya pada Mila. “Minum dulu, biar mendingan.”

“Itu minum bekas siapa?” tanya Mila, karena isi botol tersebut hanya tinggal setengah. Takut-takut, jika itu ternyata malah bekas minum teman Gesar seperti sebelumnya.

“Bekas kakak. Kamu gak mau? kalau gak mau ntar kakak beliin yang baru .... “

“Mau.” Mila mengambil botol itu dari tangan Gesar dengan cepat, lalu meneguknya hingga habis, karena dia memang sedang haus.

“Bang Barga kemana? kenapa kakak yang jemput?” tanya Mila, ketikan Gesar sudah menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan sekolah untuk segera pulang.

“Pergi main sama Dino,” jawab Gesar tanpa menoleh. Dia fokus dengan jalanan yang sudah mulai macet.

Mila menggeleng, Barga selalu saja seperti itu. Padahal untuk menjemputnya adalah tanggung jawab Barga. Namun, abangnya itu selalu saja mengandalkan Gesar. Dalam seminggu mungkin Barga hanya menjemput Mila satu kali.

MILA Dan GESAR [TERBIT]Where stories live. Discover now