6

16.7K 57 0
                                    

Pukul dua dini hari, Mark mengajakku mampir dulu ke Diner untuk mengisi perut sebelum pulang. Kami memesan menu sarapan pagi berupa tumpukan wafel, sirup maple, telur goreng, dan sosis. Mark memesan milkshake cokelat untukku dan segelas kopi hitam untuk dirinya sendiri. Kami duduk berseberangan di meja dekat jendela.

"Kasihan, kau pasti akan kelelahan besok di sekolah," kata Mark perhatian. Dia bahkan membantuku memotong wafel menjadi kepingan sekali gigit seolah aku tak bisa melakukannya sendiri. "Sepertinya kita harus menunda acara mandinya kapan-kapan."

Aku menunduk malu, bibir bawahku tergigit.

"Apa kau senang malam ini?" nya Mark.

"A hem," anggukku sambil memasukkan kepingan wafel ke dalam mulut.

"Tapi aku membuatmu menangis," kata Mark.

"Tidak apa-apa," aku menggeleng sambil memainkan mapple sirup yang menyirami wafel.

"Kau tau... Kau akan jauh lebih lezat dibanding wafel itu kalau tubuhmu yang disiram sirup mapple, aku akan menjilatimu sampai bersih," ucapnya enteng.

"Maaark...," aku melenguh malu, Mark malah tertawa sambil menjilati sendoknya yang berlumuran sirup.

"Apa kau mau menjilatinya sampai bersih kalau penisku berlumuran sirup mapple?"

"Mark!" Aku menghardiknya.

Tapi Mark sepertinya tak peduli, "Untuk cewek yang baru pertama mengisap penis, kau cukup berbakat, Kim. Kau sepertinya juga sangat menyukainya. Kalau aku menyuruhmu, apa kau mau turun ke bawah meja untuk meniup penisku?"

Aku tersentak hebat. Mulutku menganga.

"Aku bercanda, Sayang," kekeh Mark sambil melanjutkan makan. "Ayo lanjutkan makanmu. Kalau sebentar lagi kau sampai rumah, masih ada waktu untuk istirahat. Apa kau mau kujemput di sekolahmu besok?"

Mendengar itu, wajahku langsung berbinar, "Sungguh? Tapi... Apa itu artinya kau tidak pulang bersamaku, Mark?"

"Aku besok pasti pulang, aku hanya ingin menginap sehari supaya ibumu berhenti mendikteku. Sudahlah, ayo habiskan makananmu. Makanlah yang banyak supaya pulang sekolah besok aku bisa mengajakmu bermain lagi. Kita masih punya dua sampai tiga jam di rumah sendiri setelah kau pulang sampai mereka semua tiba di rumah. Aku ingin melihatmu telanjang lagi, rasanya aku nggak akan puas melihatnya. Aku ingin menjilati milikmu lagi. Kau juga mau, Kan?"

Rasanya pipiku terbakar mendengarnya, tapi aku tetap menjawab karena aku memang ingin Mark menjilatiku lagi. Bahkan, aku mengingjnkan lebih dari itu.

"Aku suka sekali wajahmu yang malu-malu itu. Saat ini saja penisku rasanya kencang sekali. Aku ingin memasukkannya lagi ke dalam mulut kecilmu. Apa kau mau melakukannya dalam perjalanan pulang nanti?"

"A hem," aku mengangguk dengan mulut penuh.

"Kau memang anak yang manis."

Mark terus membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan seks selama kami makan seolah itu pembicaraan santai yang tak perlu disembunyikan. Dia mengatakan betapa dia ingin memenuhi vaginaku dengan penisnya, tapi dia tidak mau. Dia ingin lubangku perlahan menyesuaikan dulu sebelum dimasuki penisnya yang besar. Selain dia tidak ingin aku tersakiti, dia juga ingin aku merasakan tahap-tahap kenikmatan sampai puncaknya.

Saat kami asyik makan, tiba-tiba sekelompok cowok memasuki Diner. Wajah mereka tak asing, salah satunya bahkan mengenaliku.

"Hey, Kimberly! Kau Kimberly, kan? Kimberly Nathan?"

Aku terkejut dia mengetahui namaku. Aku tahu dia. Todd Scott namanya. Seorang cowok kulit hitam yang sangat atletis dan tampan, kapten klub basket sebelum pergantian team inti awal tahun ini. Dia sangat populer. Kami tidak pernah sekelas, aku tak menyangka dia sampai tahu namaku.

From The Diary of Mark and KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang