Cahaya matahari terpancar di wajah cantik milik Arinda, mata sembab yang kini mulai terbuka untuk menyambut hari yang baru dengan cerita yang baru. Tubuh yang terbalut selimut kemudian terbangun secara duduk dan berusaha mengumpulkan sega kesadarannya setelah melewati beberapa cerita di alam kapuk miliknya.
Tangannya mencoba untuk mengusap matanya dengan lembut, akan tetapi tepat pada detik setelahnya matanya membulat sempurna setelah manik matanya mendapatkan objek yang menunjukkan waktu yang telat untuk dirinya mempersiapkan diri berangkat menuju rutinitas pekerjaannya.
Langkah yang sedikit guntai berlari menuju kamar mandi dan bersiap untuk segera berangkat menuju rutinitasnya.
###
"Maaf nona, hari ini anda ada pertemuan dengan pimpinan perusahaan Victorium group untuk membahas tentang kontrak kerja dengan perusahaannya. Apa nyonya ingin menghadiri pertemuan tersebut?" Tampaknya seorang asisten pribadinya memecah suasana hening dalam mobil yang kini sedang mereka gunakan.
"Abaikan saja, aku tidak tertarik!" Nampaknya sosok Arinda yang kini sibuk memainkan ponselnya, tidak sekalipun membuat nya mengalihkan perhatiannya, dan membuat managernya hanya mengangguk menerima perintahnya.
Dari awal perjalanan, dirinya hanya memainkan ponselnya dan kadang pula beralih untuk menatap suasana jalanan yang cukup ramai di balik jendelanya, Matahari yang cukup hangat seringkali menyapa di wajah cantik milik Arinda, yang membuat sosok pemilik lesung pipi itu merasa terganggu adanya cahaya matahari yang menyinari wajahnya.
Tepat setelah 30 menit keheningan itu terjadi kembali, kemudian Arinda kembali bersuara, "Keira, bisakah kita berhenti di sebuah minimarket? Aku lupa untuk sarapan, apakah waktunya cukup?". Manik matanya menatap sang asisten yang kini teralihkan dari pandangan catatan jadwal milik nya.
"Baik, tersisa 15 menit nona. Masih ada waktu yang renggang untuk berhenti sebentar, lagi pula kita tidak jauh dari tujuan.", Arinda hanya mengangguk menyetujui apa yang di katakan oleh lawan bicaranya, hingga tak lama kemudian mereka berhenti di depan sebuah minimarket yang cukup sepi.
"Tolong belikan beberapa makanan yang sedikit mengandung coklat, dan belikan saja 3 onigiri dengan level pedas, jangan lupa dengan minuman milk tea yang biasa ku beli, kau paham?" Nampaknya sosok Keira yang menjadi seorang asisten pribadi selama 5 tahun terakhir ini cukup banyak memahami kebiasaan dan kegemaran yang dimiliki oleh sosok Arinda.
Langkah Keira nampak keluar dari mobil yang kemudian masuk ke dalam mini market dengan langkahnya yang sedikit berlari. Kemudian hening kembali, hanyalah sopir pribadinya dan dirinya sendiri.
Mata milik Arinda kembali memfokuskan pada layar ponsel miliknya, hingga detik kemudian sebuah suara yang mengalihkan perhatiannya.
"Nona, bolehkah saya menanyakan sesuatu?" Sosok lawan bicaranya kemudian hanya menjawab sepatah kata untuk memberikan lawan bicaranya izin.
"Silahkan"
Nampak sosok tersebut mengalah nafas dalam, mengumpulkan keberaniannya dan bertanya sesuatu pada Arinda.
"Maaf jika saya begitu lancang menanyakan seperti hal ini. Apakah nona tidak memiliki niat untuk memiliki seorang kekasih seperti halnya pada artis maupun anak muda seperti umumnya? Saya rasa, nona begitu sibuk dalam pekerjaan tanpa harus memperhatikan segi pribadi nona."
Arinda mengeluarkan senyuman tipisnya "Untuk apa?, berkencan tidak ada gunanya. Semua laki laki hanyalah sama! Seperti sampah."
YOU ARE READING
How to be like that?
RandomArinda, seorang gadis berparas cantik dengan gayanya yang cukup anggun dengan kaki jenjang nya menjadikan salah satu faktornya bekerja dalam sebuah perusahaan ternama yaitu J-Crop. Dirinya menjadi sosok yang terpusatkan ketika seseorang menyebut...
