8 - Blue Sky

690 135 46
                                    



Sejak hari itu, Kara dan Rubi bagaikan orang asing. Bukan Kara yang menghindar, tapi Rubi yang bersikap dingin. Gadis itu akan kembali ke kamar setelah Kara tertidur, dan meski pun ia yang lebih dulu berada di kamar, Kara akan menemukannya sedang membaca buku sambil menggunakan earphone atau tidur lebih cepat.

Bukan seperti ini yang Kara mau. Ia mungkin bisa menerima jika Rubi memilih untuk mundur, namun ia tidak bisa menerima jika Rubi berhenti berteman dengannya. Meski gadis itu tetap membangunkannya dari sleep paralysis yang menderanya hampir setiap malam, Kara tetap saja merasa kehilangan sosok Rubi yang sangat perhatian.

Jadi, saat Kara melihat Rubi melintas di depan kelasnya, ia langsung berlari—meninggalkan Airi yang sedang mengoceh soal drama Korea yang sedang ditontonnya—untuk mengejar gadis itu.

"Rubi!"

Langkah Rubi berhenti begitu mendengar suara Kara di belakangnya, tapi ia tidak berbalik, sampai Kara harus menghampirinya dengan langkah cepat.

"Bisa ngobrol bentar?"

"Nggak bisa. Aku ada urusan sama anak-anak voli, mereka udah nunggu di ruang ekskul."

Kara mengulum bibir, berusaha tidak kesal karena Rubi tidak mau menatapnya. "Ya udah, pulang sekolah nanti ada waktu?"

"Nggak bisa juga, ada jadwal ngelatih anak kelas satu."

Kara membuang napas samar. "Kalau gitu, nanti malam aja sebelum kamu tidur."

Rubi hanya mengangguk, lalu melengos pergi meninggalkannya. Kara mencoba bersabar menghadapi sikap dingin Rubi. Mungkin jika mereka akhirnya bicara, gadis itu tidak akan bersikap seperti ini. Tiba-tiba ia merasa menyesal karena meninggalkan Rubi di perpustakaan saat itu, jika saja ia mau bersabar sebentar untuk meluruskan persoalan ini, ia mungkin tidak akan kehilangan sosok hangat Rubi.

Namun kenyataannya, malam itu Rubi tak kunjung muncul di kamar mereka. Kara menunggu sampai jam 12 malam hingga kantuk melandanya—hingga ia terbangun lagi karena mimpi buruk—Rubi tetap tidak ada di tempat tidurnya.

Malam itu, entah kenapa ia menangis. Hatinya tiba-tiba saja merasa sakit. Air mata tak bertuan itu jatuh entah untuk alasan apa.

***

Beberapa hari setelah malam itu, hubungannya dan Rubi masih tidak kunjung membaik. Si Bintang Voli itu terus saja menghindar dan selalu terlihat berdua dengan Fei. Sementara Eleena lebih sering menemaninya dibandingkan sebelum-sebelumnya. Ratu hip hop itu bahkan menginap di kamarnya saat lagi-lagi Rubi tidak kembali.

Kara tidak pernah menjadikan upaya Eleena untuk semakin mendekatinya sebagai masalah, ia hanya tidak nyaman melihat sikap Rubi yang seperti ini. Sesuatu di dalam hatinya seolah tercekik rasa sakit setiap kali memikirkan bahwa ia akan benar-benar kehilangan Rubi sebagai temannya.

Namun ia merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Perkataan Rubi hari itu tentang: "Kalau ada orang yang bisa menyayangi kamu dengan benar, orang itu adalah Eleena." Terus terngiang-ngiang di benaknya.

Eleena memanglah sosok yang manis dan penyayang. Gadis itu terlihat sangat rapuh, dan meski ia berusaha menutupinya dengan keceriaan, Kara tetap bisa melihat hal itu di balik binaran matanya.

Namun, entah kejahatan apa yang merasukinya, ia malah memperlakukan Eleena dengan buruk. Ia tiba-tiba menjauhi gadis itu. Tidak pernah membalas sapaannya, tidak pernah menanggapi ucapannya dan selalu saja menghindar setiap kali Eleena menghampirinya di mana pun.

Hingga kemudian Eleena jatuh sakit. Gadis itu terserang demam tinggi setelah beberapa hari tidak makan dengan benar. Fei yang pertama menemukannya dalam keadaan tak berdaya di balik selimut dengan tubuh menggigil. Pihak sekolah harus membawanya ke rumah sakit karena ia terus saja memuntahkan setiap makanan yang masuk ke tubuhnya.

Blue Sky (ON-HOLD)Where stories live. Discover now