Page 1

24 2 0
                                    

CISTUS

Plot from Game Shuffle Playlist SIP

Story written by Nikishima Kumiko

***

Aku yang baru saja selesai dengan pekerjaanku sebagai editor, sontak menghempaskan diri di sofa. Ekspresiku di kaca terlihat sangat lelah, seperti orang yang tak pernah tidur selama tiga hari. Walau tak bisa kusangkal, satu minggu ini tidurku tak bisa nyenyak. Helaan napas kukeluarkan ketika mengingat kembali memori pahit seminggu lalu.

Bagaimana bisa gadis yang sangat kucintai, tiba-tiba memutuskanku secara sepihak?

Senyuman yang hangat dan lembut menggelitik kembali indraku. Gawat, segera saja aku menampar pipiku dengan kuat. Lagi-lagi, ingatan tersebut terngiang-ngiang di kepalaku. Memang benar, hubunganku dengan Reo bagaikan sebuah novel romansa. Dia adalah heroine utama, sementara aku adalah pria beruntung yang mendapatkannya. Namun, entah mengapa, akhir-akhir ini semua itu berubah seketika menjadi drama.

Pertengkaran berulang, yang entah akarnya dari mana. Membuat Reo bahkan tak ingin aku menampakkan diri di hadapannya. Sebegitu bencinya kah ia padaku?

Sebuah pesan muncul di handphone milikku, notifikasi iklan dari aplikasi Webmanhwa. Jangan salah sangka, aku membaca beberapa karya Korea ini karena rekomendasi dari Reo. Kalau dipikir-pikir, hidupku selama tiga tahun ini telah dipengaruhi dengan besar olehnya. Reo lah yang mengubahku dari sosok muram menjadi sosok yang mudah tersenyum. Energi yang seperti matahari dari gadis pirang itu efeknya benar-benar tak main-main.

Kekehan miris kukeluarkan, lantas tanganku mengambil handphone tersebut yang terletak di meja, tanpa memperlukan diriku untuk bangun dari tempat. Lalu, jemariku mengusap layarnya dengan cepat, memperlihatkan notifikasi tersebut.

"Kekasihku berselingkuh, aku harus segera mencari yang baru untuk membuatnya ... kapok? Pfft, apa-apaan ini?"

Reo dulu suka sekali membaca kisah seperti ini, cinta segitiga dan akan mendukung first male lead-nya. Tapi, terkadang, ia juga merasa kasihan dengan second male lead-nya. Genre favorit miliknya, mau tak mau membuat aplikasi ini merekomendasikan cerita serupa. Kelopak mataku mengerjap, iklan tersebut membuatku tersadar bahwa hidup ini tidak hanya berpusat pada masa lalu.

Aku bergumam, "Apa mungkin ... aku harus mencari kekasih baru, juga? Bisa saja, hal itu dapat membantuku membuka lembaran baru."

Tanpa energi, aku mencoba bangun. Tapi, sayang sekali, tenagaku tidak keluar. Helaan napas kembali ke luar dari mulutku dan sebuah plastik tak dikenal masuk.

"Gah!" seruku, refleks melempar plastik berwarna putih tersebut dan bangun. Iris hitam gelap milikku mendelik, mendapati seorang gadis berhelai rambut cokelat dengan model twintail. Ia memperlihatkan senyuman penuh kegembiraan, seolah merasa senang akan keadaan tidak berdayaku.

"Apa kabar, Sayo?" sapa Nana, pelaku yang memasukkan kantung plastik berisi snack dan kopi ke dalam mulutku. Ia memungut plastik yang telah kulempar tersebut, menampakkan ekspresi tak merasa bersalah. Dahiku mengerut, memperlihatkan raut tidak suka, "Mau apa kau datang ke sini? Apa ingin mengolok-olokku karena telah putus dari Reo?"

"Oh, ayolah! Kau terlalu berpikiran negatif padaku, padahal kita sudah setahun berteman," balasnya cemberut. Merasa seperti tuan rumah, ia mengambil tempat dan duduk di sampingku dengan entengnya. Nana menyilangkan kedua kakinya, lantas menatapku sembari menopangkan dagu, "Sudah kubilang kalau Reo itu tidak sebaik yang kau lihat, Sayo."

"Maaf, tapi aku tidak bisa percaya akan perkataanmu. Reo pertama kali marah padaku karena snapgram-mu itu," tukasku sedikit emosi. Namun, bisa kutahan karena Nana adalah rekan kerjaku. Aku tidak ingin hubungan keruh ini mempengaruhi kualitas pekerjaanku. Membalas responku, Nana pun mengendikkan bahu acuh, lalu bangkit dan berjalan ke pintu ke luar.

"Coba pikirkan, ia merasa cemburu hebat hanya karena melihat foto kita makan siang bersama sebagai rekan kerja. Oh, dan soal kekasih baru itu, mungkin kau bisa memikirkannya dengan baik dan memasukkanku sebagai salah satu calon?"

"Nana!"

Ujaran candaannya itu memang selalu kelewatan, membuat nada bicaraku menjadi naik. Hanya saja, Nana telah pergi dari apartemenku. Seharusnya waktu itu aku tidak bangun kesiangan agar Nana tidak mendapatkan alamat dan password-ku dari rekan penulisku.

Kepalaku tambah sakit, aku kembali menghempaskan diri di sofa lalu memakan snack dan kopi yang ia belikan dengan lemas. Dalam keheningan, aku memikirkan dalam-dalam perkataannya itu, "Tanpa perlu kau beritahu, aku juga akan mencoba mencari kekasih baru. Tapi, bukan kau kandidatnya. Harus ... yang benar-benar bisa membuka hatiku seperti Reo."

Cistus [✓]Where stories live. Discover now