3

592 111 17
                                    

"Selamat menikmati makanannya, Kapten dan Mbak Pengacara."

Abhimanyu dan Lembayung tertawa kecil bersamaan usai mendengar sebutan yang dilontarkan oleh gadis berambut hitam panjang yang di ujungnya diberi warna cokelat terang.

Si gadis baru saja meletakkan dua mangkuk ramen serta tiga piring panjang berisi jajaran sushi pada salah satu meja di dalam restoran bernuansa cokelat. Penerangan yang berwarna sedikit kekuningan, beberapa tulisan hiragana serta kanji pada dindingnya membuat aura restoran Jepang di sini semakin kental.

Gadis bertubuh ideal yang tak lain adalah adik tingkat di kampus semasa kuliah sekaligus sahabat karib Lembayung, segera duduk di hadapan Lembayung.

"Tumben lo sendiri yang bawain makanannya, Sel," ucap Abhimanyu sebelum menyendok kuah ramen.

"Enggak apa-apa. Lagian gue ngelakuinnya juga special buat kalian selaku sahabat gue," balas Selia diakhiri tawa.

"Gue liat-liat karyawan lo makin banyak aja, ya." Lembayung berceletuk seraya netranya menghitung orang-orang berseragam khusus di dalam dapur yang sedikit terlihat.

"Iya. Berhubung restoran gue makin banyak pengunjungnya, jadi belum lama ini gue buka lowongan kerja."

Lembayung membulatkan bibirnya seraya mengangguk-angguk, sepersekian detik kemudian ia beralih tertawa pelan begitu mendengar lagu bertajuk 'Best Part' yang terputar di dalam restoran.

Selia yang tak mengerti penyebab suara tawa yang dihasilkan Lembayung sontak menautkan alis heran. "Kenapa?"

"Sel, lo masih dengerin lagu ini?"

Selia tersentak. "Ya ... terus kenapa? Lagunya bagus, kok."

"Yakin karena bagus aja? Bukan karena ini pernah dinyanyiin seseorang waktu malem minggu?" tanyanya dengan nada menggoda seraya melirik Abhimanyu yang ikut mengangguk setuju.

Selia sontak mencebikkan bibirnya. "Jangan gitu, dong! Nanti gue sedih lagi."

"Selia, ini udah enam tahun, lho. Move on, dong!"

Tahun demi tahun, Selia lewati dengan harapan yang ia bangun sendiri berfondasi kenangan manis antara dirinya bersama mantan kekasih yang kini telah bertolak ke luar negeri. Ia menyetujui ucapan Lembayung untuk berhenti berangan-angan dapat kembali membangun jalinan kasih yang telah lama usai.

Tetapi. Pikiran, hati, dan mulut terkadang tak selalu sejalan.

"Enggak gampang ngelupain Malik, Yung." Adalah yang terucap dari bibir Selia.

"Pasti bisa, kok. Emangnya lo nggak capek terus-terusan berharap sama yang nggak pasti?"

"Bener tuh." Abhimanyu menyahut. "Emangnya selama enam tahun ini, si yang namanya Malik itu pernah ngehubungin lo? Enggak, 'kan?"

"Iya, sih. Dia nggak ada kontak gue lagi semenjak dia pergi dan gue juga capek berharap," ucap Selia sedikit menurunkan semangatnya. "Cuma biarin gue kayak gini dulu deh, soalnya belum mau beranjak dari zona ini."

Lembayung hanya mengangguk pelan. "Ya udah kalau itu mau lo, tapi gue yakin sih nanti bakal ada yang gantiin Malik di hati lo."

"Siapa?" Selia bertanya tanpa melihat ke arah Lembayung lantaran sibuk mencocol sushi ke dalam piring kecil berisi saus tiram.

Lembayung hendak menjawab, namun netranya lebih dulu dialihkan pada seseorang yang baru datang. Pemuda itu memakai kemeja biru gelap dan tampak sedang mencari-cari seseorang, dengan cekatan Lembayung mengangkat tangannya dan berbicara pelan. "Jibran."

"Hah?!" Selia berseru penuh rasa terkejut hingga kepalanya terangkat, membuat Lembayung membelalak tak kalah terkejut. "Bayung, yang bener aja lo! Gue sama Jibran cuma temenan, mana mungkin dia bakal gantiin Malik!"

Through with U | Bluesy ✓Where stories live. Discover now