17

298 59 4
                                    

Langit yang bertabur penuh bintang semakin membuat cakrawala terlihat indah malam ini. Ramalan cuaca pun membuktikan bahwa perkiraan cuaca malam ini akan bagus, angin semilir sejuk pun mampu membuat anak rambut siapapun yang berada di luar rumah bergoyang-goyang.

Tetapi kini Lembayung tengah berkutat penuh pada alas alat pemanggang daging yang tengah ia cuci. Suasana hatinya pun malam ini amat bagus kala mendengar sahut-sahutan suara tawa Pandu, Selia, dan Jibran dari halaman depan rumah.

"Astaga!" Lembayung terkejut kala mendadak tangan kekar mengalungi pinggangnya. Ia pun dapat merasakan bahu kanannya menjadi berat akibat sebuah kepala menumpu di atas sana. "Abhi, lepasin. Ada Selia sama Jibran tau."

Abhimanyu yang merupakan si pelaku menghiraukannya kemudian beralih menghirup aroma Lembayung yang begitu menyeruak indra penciuman. "Nanti 'kan kita juga akan kayak gini."

"Iya, tapi 'kan masih nanti."

"Aku ambil start duluan deh dari sekarang."

Lembayung tergelak dibuatnya hingga menyiku perut Abhimanyu pelan, kemudian lanjut pada kegiatan sebelumnya.

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu," ucap Abhimanyu.

"Soal apa?"

"Makasih karena udah mau buka hati lagi dan itu pun untuk aku. Makasih karena udah mempercayai aku, aku nggak akan bikin kamu hilang kepercayaan lagi." Abhimanyu mengeratkan pelukannya. "Aku juga nggak akan bikin kamu ngeluh apapun soal aku."

"Oh, iya?" Lembayung bertanya dan dibalas dehaman yakin oleh Abhimanyu. "Bahkan untuk soal minuman?"

"Iya. Mulai sekarang aku akan kurang-kurangin minum demi kamu." Penuturan Abhimanyu kembali sukses membuat Lembayung tersipu malu. "Bayung, janji kalau kamu nggak akan pernah kehilangan kepercayaan sama aku."

Bibir Lembayung perlahan terbuka, tetapi ...

"Bay—ADUUH!!!"

Baik Lembayung atau Abhimanyu sama-sama terkejut hingga menjauh satu sama lain sebab kehadiran Selia yang begitu tiba-tiba. Gadis yang menggenggam plastik berisi daging mentah itu membalikkan tubuhnya kala mendapati kedua insan tersebut tengah sibuk berduaan.

"Aduh! Sori! Gue cuma mau nganterin daging buat dicuci doang, bukan mau ngeganggu," ujar Selia sembari menahan tawa.

Abhimanyu menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu berjalan pergi meninggalkan keduanya sementara Lembayung kelimpungan memindahkan pemanggangan yang telah ia cuci.

"I-iya, Sel. Sini dagingnya, biar gue cuci," ucap Lembayung gugup.

Selia segera berbalik badan lalu menghampirinya. Lembayung dengan salah tingkah mengambil bungkus daging untuk dibuka dan mencucinya. Selia masih menahan tawanya kala melihat semburat merah pada pipi sahabatnya itu. "Abhi tuh orangnya nggak sabaran, ya?"

Lembayung kontan membelalak lantas memercikkan air keran pada Selia sementara gadis itu hanya tertawa terpingkal-pingkal.

"Tapi gue seneng deh ngeliat lo berdua kayak tadi. Setelah sekian lama akhirnya gue ngeliat lo bahagia karena cinta."

"Ini juga berkat lo. Kalau aja waktu itu gue nggak dapet nasihat dari lo, pasti sekarang keadaannya masih sama atau bahkan lebih buruk." Lembayung menoleh kepada Selia. "Makasih, ya."

Selia berdecak kesal. "Apaan sih?! Pake makasih-makasih segala."

Lembayung tertawa. "Ini juga ada hubungannya sama Jibran. Karena waktu itu dia nyuruh gue buat inget-inget kejadian antara gue sama Abhi dan karena itu, gue jadi semakin yakin buat buka hati lagi."

Through with U | Bluesy ✓Where stories live. Discover now