E

535 104 2
                                    


Pria itu meraih ponselnya yang berdenting. Setelah beberapa bulan dirinya berkutat dengan kesibukan yang super padat, pada akhirnya ia diberi kesempatan untuk bersantai.

"Setelah ini kau harus istirahat karna besok kita harus ke LA untuk take terakhir."

Pria itu mengangguk dan membaca pesan di aplikasi khusus mereka. "Hyung, apa Kai kembali membuat ulah?"

"Hah? Maksudmu?"

Pria itu menggeleng dan kembali berkutat dengan ponselnya. Namun mata pria itu membulat sempurna saat melihat photo yang terpampang disana. "Yoona." Gumamnya.

.

.

Wajah Minho langsung pucat pasi saat melihat berita pagi ini. Kai tidak main-main, pria itu melakukan apa yang ia katakan kemarin malam. "Itu tidak mungkin."

"Apa yang tidak mungkin?" tanya wanita paruh baya.

Minho menoleh dan mendapati ibunya sedang menatapnya heran. "Tidak ada. Dimana appa?"

"Ayahmu sudah pergi ke kantor, hari ini dirinya ada rapat pemegang saham perusahaan kita."

"Eomma." Rengek pria itu. "Apa semudah itu memberikan perusahaan keluarga kita? Eomma lupa bagaimana haraboeji mempertahankan perusahaan ini."

Wanita paruh baya itu hanya menghela nafas. "Mau bagaimana lagi, perusahaan itu sudah terlalu banyak hutang dan menjualnya adalah satu-satunya solusi."

Minho menggeleng. "Seharusnya appa bilang padaku, aku bisa minta bantuan Kyuhyun."

"Sudahlah nak. Lebih baik kau fokus pada perusahaan yang sedang kau pimpin, mungkin dengan menjual perusahaan itu membuat ayahmu beristirahat dari padatnya pekerjaan."

"Eomma." Rengeknya seperti anak kecil.

"Bersiaplah, kita akan makan malam bersama dengan pemiliknya yang baru."

Tubuh Minho lemas. Mau taruh dimana mukanya bila nanti dia bertemu dengan Kai. "Seharusnya dia fokus saja menjadi artis, tidak perlu membeli perusahaan keluarga kami."

.

.

Kai berjalan ke ruang makan sambil menguap. "Good Morning." Sapanya lalu duduk di kursi miliknya.

Changmin yang melihat kebiasaan adiknya itu hanya menggeleng. "Ini sudah jam makan siang."

Pria itu tersenyum nyengir. "Sorry." Jawabnya santai. "Tumben sekali makan siang dirumah."

"Setelah ini aku akan menjemput Appa."

Kai mengangguk mengerti lalu meraih wadah nasi. Sekalipun keluarga ini keluarga kaya, tetap makanan tradisional Korea harus ada di setiap makan siang. "Ahjumma, aku ingin sup rumput laut." Teriaknya.

"Baik tuan."

Changmin menggeleng. "Dapat uang darimana kau sampai bisa membeli perusahaan keluarga Choi Minho."

"Yoona." Jawabnya. "Aku memakai uang Yoona."

Changmin mendesah keras. "Sudah kuduga, aku tidak yakin pria sepertimu mengeluarkan uang untuk investasi."

Kai terkekeh. "Bukankah itu cara yang lebih elegan untuk balas dendam pada parasit itu." Ujarnya kesal. "Berani sekali dia memanggil adikku dengan sebutan jalang."

"Kau benar, dengan begini parasit itu tidak akan macam-macam pada Yoona."

"Ideku tidak buruk kan."

"Masih terbilang buruk." Jawab Changmin sambil meminum minumannya. "Kalau Yoona membeli saham perusahaan itu menggunakan uangmu, baru aku bilang itu ide yang cemerlang." Terangnya lalu pergi begitu saja.

Billionaire LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang