Pertemuan

83 9 1
                                    

"ANGELLL....EMELLL.... " terdengar suara berat memanggil kedua bocah mungil itu. Tentu saja hal itu membuat Lila terkejut dan refleks berdiri. Dengan gerakan cepat, ia kembali menutup wajahnya menggunakan syal kesayangannya yang sebelumnya ia gunakan untuk menolong Angel dan Emel. Untung saja ia sempat melepaskan kaitan syal nya pada kayu yang digunakannya tadi.

Sekarang, yang terlihat hanyalah mata gadis itu. Entahlah, ia memiliki trauma tersendiri kalau bertemu dengan orang asing. Ketakutannya akan anak buah Ratna yang tidak bisa dikatakan sedikit itu selalu menghantuinya. Jika sampai ia ketahuan ia tidak yakin apakah masih akan dibiarkan hidup didunia ini lagi.

Mata Lila sedikit melirik kearah seorang pemuda yang sekarang ini tengah melangkah ke arahnya.

" Bagaimana bisa adik-adik saya bersama anda? " tanya pemuda itu dingin ketika sudah berdiri tepat dihadapan Lila. Matanya menatap sinis kearah gadis yang sedari tadi hanya menundukkan pandangannya itu.

" Saya tanya, bagaimana bisa adik-adik saya berada di tempat seperti ini bersama... Hm, orang asing? " Ulangnya lagi dengan nada bicara yang lebih dingin dari sebelumnya.

" Bang Papan? Ngapain kecini?" Tanya Emel. Matanya mengerjap bingung melihat abangnya yang terlihat marah pada Lila. Mendengar suara sang adik, lantas membuat pemuda itu teringat akan keadaan kedua adiknya. Ia berjongkok menyetarakan badanya dengan sang adik.

" Kalian kemana aja? Kenapa pergi nggak bilang-bilang sama abang? Bandel banget sih! Nggak bisa diem sebentar aja? " Angel dan Emel hanya diam, tidak berani menjawab pertanyaan sang kakak. Hal itu membuat Lila geram. Andai saja ia bisa melawan traumanya dan posisinya sekarang tidak sedang menyamar seperti ini, pasti ialah yang akan menjawab pemuda itu. Dia yang tidak becus menjaga adik-adik nya, malah dia juga yang marah-marah. Huh, dasar pria aneh.

Tidak mendapat jawaban dari kedua adiknya, tatapan pria tersebut beralih pada Lila yang masih setia menunduk membuat pria itu geram. Ia berdiri dan menyentak bahu Lila sampai gadis itu hampir tersungkur.

" Lo bisa bahasa manusia? Gue tanya kenapa adek-adek gue bisa sama lo! " Tanya pria itu, kali ini sudah mengubah gaya bicara nya.

" Bang Papan cetoppp! Jangan bentak-bentak kakak cantik! ini cemua tu gala-gala bang Papan cendili tau. Abang cibuk cama kak sandla campe ndak liat kita kelual buat main padahal kita udah bilang mo main" Ujar Emel menggebu-gebu.

" Iya abang! Tadi kita emang mainnya kejauhan campe taman cini. Bocen tau main di depan kantol abang cuma ada aspal doang. Tadi Angel cama Emel jatoh ke cana, tu ke dalem julang cana. Untung ada kakak cantik ini yang nolongin kita kayak cupel helo. Iya kan kakak can—lho, kakak cantiknya kok udah ilang?"

Pria yang sedari tadi fokus menyimak penjelasan yang dikatakan oleh adiknya itu pun seketika menoleh. Dan benar, sosok Lila sudah menghilang. Ia sedikit merasa bersalah sudah berfikir yang tidak-tidak tentang Lila.

"Kakak cantik nya kemana ngel? kamu ndak jagain kakak cantik? kok bica pelgi tiba-tiba cih? Ah ndak acik. Cemua gala-gala bang Papan! Dacal abang jelek! "

Emel menggembungkan pipinya, terlihat tengah menahan marah terhadap abangnya yang sangat menyebalkan itu.

" Angel ndak tau Emel... tadi Angel juga cibuk dengelin kamu ngomong. Tapi emang cih, cemuanya gala-gala bang Papan. Udah ndak becus jagain kita, ehh cekalang bikin kakak cantik nya kita pelgi. Pasti kakak cantik takut cama bang Papan yang galak kayak cinga belanak itu. " Bukannya membela abangnya, Angel malah ikut-ikutan menyalahkan. Padahal biasanya ia adalah anak penurut dan manja yang selalu membela abangnya jika abangnya itu sedang berdebat dengan si cerewet Emel.

Sang pria berbalik dan langsung berlari meninggalkan adik-adik nya untuk mengejar Lila.

yeee baru juga adeknya ketemu, ehh maen ditinggal aja. Dasar blegug😅

Tempest of Love (REVISI DULU GUYS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang