09. Ijin

62 11 5
                                    

Dua minggu berlalu, gosip-gosip Lino Yeji sudah semakin jarang terdengar. Yeji merasa sangat bahagia. Ia tak pernah mendengar tentang Lino yang lepas kendali atau semacamnya. Ia bersyukur sepertinya Lino sudah bisa mengendalikan emosinya dengan baik.

Gadis itu tersenyum bangga tatkala menjumpai kekasihnya itu sedang menunggunya di gerbang sekolah.

"Jadi pulang bareng kan?" Tanya Lino singkat. Yeji mengangguk lucu sebagai jawaban. Hari ini keduanya bisa pulang bersama dengan nyaman. Tak ada suara-suara yang membicarakan mereka.

Lino memasangkan helm ke kepala Yeji dan memastikannya terkunci dengan baik. Yeji tersenyum manis melihat perlakuan Lino. Ia pun dengan suka cita menaiki jok belakang Lino. Kali ini dia tidak mengeluh. Sebab semenjak tahu Yeji kesusahan menaiki motornya, Lino selalu membawa motor matic ke sekolah. Biar Yeji merasa nyaman katanya.

Perlakukan kecil seperti itu yang justru membuat Yeji semakin mengagumi Lino. Pemuda itu selalu memperlakukan dirinya seperti ratu. Suatu hari dia bahkan pernah menggunakan mobil, namun karena Yeji lebih suka naik motor --biar nggak kena macet katanya--, Lino pun selalu menggunakan motor maticnya.

"Mama papa di rumah?" Tanya Lino singkat.

"Iya, kemarin malam baru sampai." Jawab Yeji.

"Boleh aku ke rumah?" Tanya Lino lagi. Dua minggu pacaran dengan Yeji, tapi ia belum bertemu dengan orang tuanya. Bukan karena menghindari, tapi papa Yeji sedang ada pekerjaan di luar negeri. Dan mama Yeji pergi menemaninya.

"Boleh. Memang mau apa?" Tanya Yeji.

"Ketemu Papa. Mau minta ijin." Jawab Lino langsung.

"Minta ijin apa?" Tanya Yeji polos. Pasalnya gadis itu juga baru pertamakali merasakan pengalaman berpacaran.

"Minta ijin macarin kamu." Ucap Lino singkat. Suaranya terdengar datar. Tetapi suara datar itu sangat berdampak pada Yeji. Pipinya memerah.

"Kok diem?" Tanya Lino saat tak mendengar respon dari Yeji. Yeji sedang berusaha menyembunyikan salah tingkahnya. Ingin rasanya menjawab pertanyaan Lino, namun lidahnya tersa kelu." Oh Tuhan, ada apa dengan diriku?" Tanya Yeji dalam hati.

Merasa tak ada jawaban dari Yeji, Lino pun menepikan motornya. Berusaha melihat keadaan Yeji yang masih juga belum bersuara.

"Kamu kenapa?" Tanyanya segera setelah berhenti. Pemuda itu tersenyum saat melihat pipi gadisnya memerah. Tak ia sangka, gadisnya itu sedang salah tingkah.

"Gak usah salah tingkah begitu. Liat tuh pipinya merah." Ucap Lino menggoda Yeji. Membuat pipi gadis itu semakin memerah.

"Jadi boleh gak nih kalo kakak ke rumah?" Tanya Lino lagi sambil tersenyum.

"Boleh aja." Jawab Yeji, namun gadis itu tidak memandang ke arah Lino. Tidak sanggup.

"Tapi papa kalo sama temen cowokku itu jadi galak." Ucap Yeji sambil menunduk.

"Nggak papa. Udah resiko aku. Kalo mau pacarin kamu, harus bisa berhadapan sama papa kamu." Ucap Lino lagi. Ia menundukkan kepalanya, berusaha menatap mata Yeji yang juga sedang menunduk.

"Gimana? Boleh kan?" Tanya Lino lagi dengan senyum menggoda.

"Terserah kakak ih. Aku kan udah bilang boleh." Ucap Yeji sedikit kesal karena terus digoda. Lagi gadis itu tak sanggup memandang Lino saat menjawab pertanyaan nya.

"Kalo bicara itu lihat ke arah lawan bicara." Ucap Lino. Tangannya menyentuh kedua pipi Yeji dan mengarahkan pandangan gadis itu ke arahnya.

"Kayak gini." Lanjutnya lagi setelah berhasil menghadapkan Yeji ke arahnya.

Deepest Love - Yeji Leeknow (Hiatus)Where stories live. Discover now