20. Jauh

46 7 0
                                    

Yeji tidak bisa tidak menangis saat ia hanya pujaan hatinya sedang mengemasi barang-barang ke dalam koper besarnya. Hari ini adalah hari keberangkatan Lino ke luar kota. Ya, pemuda itu hendak melanjutkan studinya di bangku kuliah.

"Kak, kenapa harus di luar kota sih?" Tanya Yeji sambil sesenggukan. Gadis itu menundukkan wajahnya.

Lino menghentikan aktivitasnya. Tangannya yang semula sibuk menata barang-barang pun berhenti. Pemuda itu kemudian berjalan mendekati Yeji yang masih berdiri di dekat ujung kasurnya.

"Dengerin kakak Ji." Ucapnya sambil meraih kedua tangan Yeji yang menggantung bebas. Membuat gadis itu mengangkat wajahnya. Menghadap ke arah lawan bicara.

"Ini kesempatan besar buat kakak. Beasiswa ini gak mudah didapet. Dan ini jurusan yang benar-benar kakak mau." Jelas Lino. Gadis di hadapannya kembali menunduk.

"Ji.." panggilnya pelan. Diamnya gadis itu membuatnya frustasi.

"Kakak mau ninggalin aku?" Ucap Yeji lirih.

Lino mengerenyitkan alisnya.

"Kok ngomongnya gitu?" Tanya Lino lembut lagi.

"Kita bakalan jauh. Kakak juga pasti ketemu banyak temen-temen baru. Banyak kegiatan baru." Ucap Yeji lagi.

"Dan pastinya bakal ketemu gadis-gadis yang lebih cantik dari pada aku." Kali ini suara Yeji melirih. Membuatnya hampir tak terdengar. Tapi Lino mendengarnya. Pemuda itu pun kembali tersenyum.

"Gak usah khawatir Ji. Kakak bakal sering hubungin kamu kok." Ucap Lino.

"Kamu gak usah mikir yang enggak-enggak. Cewek cantik emang banyak." Lino mengehentikan ucapnya sebentar. Membuat Yeji mengangkat wajahnya. Menunggu ucapan Lino selanjutnya.

"Tapi aku sukanya sama kamu." Lanjut Lino disertai senyuman indah nan mematikan miliknya. Pipi Yeji  mulai memerah.

"Jadi gak usah khawatir ya!" Ucap Lino sambil mengusak pelan rambut. Pipi gadis itu semakin memerah secara otomatis. Ya.. siapa yang tidak akan salah tingkah saat diusak rambutnya oleh seorang Lino?

"Ikut anter aku ya!" Pinta Lino dengan nada yang sangat halus. Yeji pun mengangguk. Mengiyakan ajakan Lino untuk mengatarnya ke tempat barunya.

....

Sudah berjalan sebulan semenjak kepergian Lino untuk berkuliah di kampus barunya. Sebulan pula Yeji sedikit tak bersemangat disetiap harinya.

Lino menepati janjinya. Pemuda itu selalu mengabari Yeji minimal satu kali dalam satu hari. Tapi tetap saja. Kehadiran seseorang tidak dapat digantikan begitu saja kan? Apalagi hanya lewat virtual dengan benda pipih yang bahkan kurang dari sepuluh inci.

"Ji. Gak ngantin?" Tanya Hyunjin yang   membuat Yeji mengangkat kepalanya yang sedari tadi ia telungkupkan di meja.

Jangan salah paham dulu. Hyunjin itu anak baik. Ia sudah menerima jika Yeji tidak mencintainya. Atau setidaknya belum mencintainya. Pemuda itu mulai pasrah dengan keadaan. Walaupun ia tak bisa memungkiri, jika jauhnya Lino sedikit banyak telah memberikan harapan dan kesempatan padanya.

Ia sudah bertekad tak akan berbuat sesuatu yang membuat Yeji tak nyaman dengannya. Ia berpikiran bahwa apa yang seharusnya menjadi miliknya pasti akan jadi miliknya juga. Jika Yeji digariskan untuknya, maka ia akan memilikinya juga kan?

Sekarang Hyunjin membiarkan semua mengalir begitu saja. Ia akan tetap di samping Yeji. Sebagai teman. 'teman?'. Menghapus perasaannya ia tak mampu. Memaksakannya juga tak bisa. Jadi menurutnya membiarkan semua berjalan apa adanya adalah pilihan terbaik.

Sampai kapan? Mungkin sampai ia menemukan gadis lain yang mampu memanggil hatinya. Tapi apa itu mungkin jika ia terus berkeliaran di dekat Yeji? Ia pun tak tahu. Sudah dibilang, dia akan membiarkannya mengalir saja.

"Gak mood ke kantin Jin." Keluh Yeji. Gadis itu kembali menempatkan dagunya di mejanya itu.

"Laper gak?" Tanya Hyunjin lagi.

Yeji mengelus perutnya. Ia sebenarnya merasa sedikit lapar.
"Dikit." Cicitnya pelan. Hyunjin yang melihat tingkah gadis itu menganggapnya sebagai sesuatu yang lucu. Ia pun mengusak rambut si gadis yang hari ini digerai.

"Mau makan apa? Gue beliin deh. Ini gue sama Felix mau ke kantin." Ucap Hyunjin sambil menatap Yeji yang sedang merapikan rambutnya. Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal.

"Aaa... Gue tambah gak mood Hwang Hyunjin!!!" Gerutu Yeji.

Hyunjin terkekeh melihat gadis itu merasa kesal.

"Ya udah, nanti gue beliin sesuatu deh. Tapi nanti gue titipin ke Ryujin atau Han ya. Gue mau makan dulu soalnya. Laper." Ucap Hyunjin lagi.

"Terserah!!" Pekik Yeji lalu langsung kembali menyembunyikan wajahnya di antara kedua tangannya yang bertumpu di meja.

"Jangan kebanyakan marah cing. Nanti cepet tua." Ucap Hyunjin mengusak rambut Yeji lalu segera berlari meninggalkan kelasnya.

"Hwang Hyunjeeeennn!!!!!" Teriak Yeji.

.......

"Ji, nih dari Hyunjin." Ucap Seungmin sambil menyodorkan kresek putih yang sepertinya berisi wadah styrofoam.

"Loh kok yang ngenterin lu sih min? Katanya kalo gak Han ya si Ryu yang mau nganterin?" Tanya Yeji penasaran.

"Si Han gak mau balik kelas dulu. Dia malah ngajakin Hyunjin Felix buat gosip. Kalo Ryu lagi ngerjain tugas di perpus." Jelas Seungmin. Dia pun kembali duduk di mejanya dan membuka buku-buku pelajarannya.

"Iya deh, yang udah ayang. Tau banget si Ryu ada di mana." Ucap Yeji yang Seungmin balas dengan nyengir lebar menghadap Yeji.

"Btw, Ryu rajin amat ya. Tumbenan ke perpus." Ucap Yeji heran. Gadis itu menunggu jawaban dari Seungmin. Sebenernya ia juga tidak berharap banyak akan dijawab. Tapi ya mau bagaimana, Yeji bosan dan ingin mengobrol. Dan di kelas sekarang baru ada Seungmin doang.

"Ya iyalah. Kan ayang gue. Emangnya elo yang malesan." Jawab Seungmin savage.

"Nyesel gue ngomong sama lo min." Ucap Yeji berdecak sebal.

"Sory Ji. Gue dari lahir udah gini." Lanjut Seungmin tak lupa dengan kekehannya.

Yeji pun mengalihkan pandangannya kepada Styrofoam yang ada di hadapannya. Dengan penasaran ia membukanya. "Isinya apa ya?" Gumamnya pelan.

"Chicken katsu? Kok Hyunjin bisa tahu makanan kesukaan gue sih?" Gumam Yeji lagi.

Deepest Love - Yeji Leeknow (Hiatus)Where stories live. Discover now