Si bungsu itu aku

16 1 0
                                    

Hari ini kami pulang sekolah lebih awal. Seperti biasa sepulang sekolah aku selalu menunggu jemputanku. Tapi kali ini mood ku sedang bagus, terik matahari tak ku hiraukan. Sekitar lima belas menit menunggu, ayah dan kakak tiba. Aku bergegas naik ke dalam mobil, kemudian mengambil posisi di bangku kedua. "siang yah, siang kak" sapaku sambil tersenyum.

"waalaikumussalam" sindir ayah padaku, "oh iya lupa, assalamualaikum" ujarku grogi. "waalaikumussalam dek" ayah dan kakak menjawab salamku hampir bersamaan. Ayah mulai menekan pedal gas mobil, kami mulai berjalan meninggalkan sekolahku.

"duhh ada apa nih, kayak ceria banget siang-siang gini tumben" kakak memulai pembicaraan. "gak ada apa-apa kok, mood adek lagi bagus aja kak" jawabku sambil tersenyum pada kakak. Kakak masih menatapku heran.

"iya adek kayak ceria banget ada apa nih, nilai ulangan matematikanya lagi bagus ya?" tanya ayah. "ah enggak kok yah, lagi pula hari ini gak belajar kok" jawabku santai. "eh kok gitu, terus ngapain dong?" selidik kakak. Aku menarik nafas Panjang, bersiap menjelaskan kegiatan hari ini "hari ini di sekolah ada acara pemilihan ketua osis, acaranya seharian jadi ya kami gak masuk ke kelas deh" jelasku.

"ooo gitu, terus gimana adik kakak yang cantik ini gak ada rencana nyalonin diri gitu?" ujar kakak meledekku. "dihh gak ah kak, lagian gak penting juga" Jawabku. "kok gitu sih dek, organisasi itu penting lo untuk perkembangan kamu". Akhirnya ayah ikut menanggapi. "iya dek apalagi OSIS, keren lo kalo kamu ikutan" tambah kakak.

Huh...mulai deh keluhku dalam hati. "ah tetap aja gak penting" aku masih kekeh dengan pendirianku. "Gak boleh gitu, kalo kamu gak mau ikutan, ya jangan bilang organisasinya gak penting" kata ayah. Aku menganguk tanda paham. "Terus siapa yang terpilih jadi ketos barunya?" tanya kakak. "ketos?" kata ayah bingung. "ketua osis ayah" jawabku dan kakak bersamaan. Kami bertiga tertawa keras. "ooo ketua osis, aduh bahasa anak zaman sekarang ayah mana paham" ujar ayah, kami hanya tertawa mendengar perkataan ayah tadi.

"iya dek siapa yang terpilih?" ayah Kembali bertanya, "belum tau yah pengumumannya masih beberapa hari lagi" jawabku. Kakak dan ayah hanya menganguk. Kami masih lanjut bercerita banyak hal, mulai dari cerita kakak yang sebentar lagi harus menyiapkan diri karena ujian akhirnya sudah semakin dekat. Hingga ayah bercerita ada temannya yang ketiduran Ketika sedang rapat dengan atasannya tadi pagi. Kami lebih banyak tertawa selama perjalanan menuju rumah. Jarak rumah dengan sekolahku tidak terlalu jauh, jika jalanan sedang luang, sekitar dua puluh menit kami sudah sampai.

******
Setelah sampai dirumah, bunda menyambut kami dengan hangat. "uhhhh wangi banget bun" ujarku sambil tak sabaran berlari menuju meja makan. Sesuai dugaanku diatas meja makan sudah berjejer makanan super lezat di dunia. "cuci tangan dulu dek " ujar bunda. Ayah dan kakak yang sudah selesai mencuci tangan mulai berjalan menuju meja makan.

Ayah memegang kepalaku, "udah cuci tangan dulu sana, kayaknya udah laper banget". Aku hanya tersenyum dan langsung pergi untuk mencuci tangan. Setelah mencuci tangan, dengan sigap menarik kursi kemudian duduk dan langsung mengambil piring. Bunda membantuku menaruh nasi. "makasih bun" ujarku. "iya sama-sama, pelan-pelan dek nanti keselek lo" kata bunda yang melihatku sangat tergesa-gesa.

Aku hanya tersenyum sambil terus mengunyah makananku, "maklum bun lapar berat adek kayaknya" ledek kakak. "wlekk memang" jawabku sambil menjulurkan lidah. "ehemmmmmmm" ayah berdehem. Kami langsung berhenti berbicara. Ayah memang paling tidak suka jika kami berbicara ketika makan. Gak baik kata ayah. Ayah jarang sekali marah, Jadi hanya dengan deheman ayah saja kami bisa paham bahwa itu larangannya.

Pemeran UtamaWhere stories live. Discover now