l'm Here || Cuaca Yang Buruk

527 106 10
                                    

Tanpa sengaja, mata milik Jisoo dan Gyuri beradu tatap namun dengan cepat Gyuri mengalihkan pandangannya ke arah lain enggan balas menatap mata gadis yang berstatus sebagai kakaknya.

"Terima kasih Jisoo-ssi karena telah menemani adikku. Aku meminta maaf karena telah merepotkanmu." ujar Hayoung dengan kembali membungkukkan tubuhnya dalam.

"Sama-sama nona, gwaenchana. Tidak perlu meminta maaf, saya membantu Ryujin karena memang dia membutuhkan bantuan. Jangan merasa bersalah seperti itu."

"Kau terlalu formal. Mohon maaf sebelumnya, bisakah aku mengetahui umurmu. Bukan bermaksud jahat, aku hanya ingin menyapamu lebih hangat dan lebih sopan lagi." Jisoo pun menyebutkan umurnya membuat Hayoung menatap tak percaya.

"Ternyata kau lebih tua daripadaku. Tetapi mengapa kau terlihat lebih muda? Bisakah aku memanggilmu dengan sebutan unnie?" tanyanya sopan, namun berhasil membuat Jisoo terdiam.

Bukan karena apa, namun sebelumnya tidak pernah ada yang memanggil dirinya dengan sebutan unnie bahkan adiknya sendiri dan permintaan Hayoung tersebut merupakan suatu hal yang mustahil bagi Jisoo.

Namun disisi lain, ia tidak enak hati menerima permintaan Hayoung karena ia dan Hayoung sama sekali tidak memiliki hubungan darah, walaupun itu tidak ada hubungannya sama sekali. Dan juga, ia takut membuat Gyuri iri walaupun itu hanya di dalam khayalannya saja.

"Bolehkah? Bolehkah?" tanya Hayoung tidak sabaran dengan memeluk lengan erat Jisoo.

"N-ne, terserah anda saja." jawab Jisoo gugup dengan menampilkan senyum canggungnya.

"Ah..gommawo unnie." pekik Hayoung senang. Ia memeluk Jisoo begitu erat membuat Jisoo harus menahan rasa sesak pelukan Hayoung.

"Gyuri-ya, kau juga harus memanggilnya dengan panggilan Jisoo unnie!" ajak Hayoung dengan menarik-narik lengan Gyuri semangat.

"Yeay, kita mendapat seorang unnie lagi." soraknya dengan memperagakan beberapa tarian singkat.

"Tidak!" ujar Gyuri menolak ucapan Hayoung.

"Unnieku hanya satu!" tekannya, "Tidak ada yang lain!" tegasnya dengan menatap tajam Jisoo. Gyuri segera membalik badannya lalu melangkah pergi meninggalkan mereka yang terdiam.

Hayoung yang merasa tak enak hati itupun tersenyum canggung ke arah Jisoo. Ia membungkukkan tubuhnya dan menuntun Ryujin untuk melakukan hal yang sama kemudian pamit untuk mengejar Gyuri yang sudah cukup jauh melangkahkan kakinya.

Tersenyum, itulah yang dilakukan oleh Jisoo untuk menahan rasa sakit dan sesak di hati walaupun itu senyuman pilu.

~I.M.H.E.R.E~

Pekerjaan yang melelahkan, hasil yang sedikit tidak bisa membuat dirinya menyerah semudah itu.

Bahkan hidupnya saja lebih berat dan tentunya lebih melelahkan daripada hal ini. Ini belum ada apa-apanya. Yang penting jika dilakukan dengan penuh keikhlasan maka semuanya akan semakin mudah.

Ingat, hati yang gembira adalah obat.

Langit mulai menggelap, menandakan akan sebentar lagi datangnya hujan. Dengan bergegas ia beranjak dari tempatnya setelah waktu bekerja usai.

Susah payah ia mengayunkan tongkat untuk membawa dirinya melangkah namun sepertinya cuaca kali ini tidak memihak kepadanya.

Diawali dengan gerimis, kemudian dengan turunnya hujan yang begitu deras membuat ia memutuskan untuk menepi dan berteduh di bawah atap emperan toko.

Angin yang berhembus kencang membuat dirinya merasa kedinginan, ditambah lagi dengan dirinya yang hanya mengenakan kaos tipis dan celana tanpa adanya kain penghangat lainnya.

Menunggu hingga beberapa menit, ia sama sekali tidak melihat adanya niatan hujan untuk mereda sebentar saja. Dengan memantapkan diri, ia pun memilih untuk melangkahkan kakinya pulang di bawah guyuran air hujan.

Melewati jalanan yang sepi tiada penghuni akibat dari cuaca yang tidak mendukung membuat dirinya seketika merinding. Bukan takut akan hantu atau makhluk halus lainnya, namun takut apabila ada seseorang yang berniat jahat kepada dirinya.

Dan benar saja dugaannya, di depan sana tepatnya di sekitar emperan toko baju ia melihat segerombolan pria muda sedang menghisap beberapa batang rokok. Ia juga melihat begitu banyak botol minuman keras berserakan di sekitar toko itu.

Namun tidak ada jalan lain selain melewati para pemuda itu. Menarik nafas dalam, kemudian menghembuskannya Jisoo berusaha menenangkan diri sebelum melangkahkan kaki.

Tap..

Tap..

Tap..

Langkah kakinya ia buat selebar mungkin agar dapat dengan cepat melewati mereka. Matanya juga selalu memandang ke arah depan dan sekalipun tidak pernah menoleh ke kirinya karena disanalah para pemuda itu berada.

Grep..

Seketika ia terdiam membeku ketika merasakan sebuah tangan menahan bahunya. Kepalanya menoleh ke arah tangan itu, lalu melihat ke arah orang yang dengan lancang meletakkan tangannya dengan takut.

Bau alkohol menusuk masuk ke dalam indra penciumannya. Benar, pria mabuk itulah yang menahan pergerakan Jisoo.

"Kau mau kemana gadis cantik?" tanyanya dengan menampilkan senyum yang menurut Jisoo mengerikan itu. Pria itu berjalan sempoyongan menyudutkan Jisoo ke arah tembok.

Beberapa pria lainnya pun ikut menyusul ke arah mereka membuat Jisoo semakin gemetar ketakutan. Dalam hati tak hentinya ia berdoa berharap akan datangnya pertolongan.

"Kumohon a-aku ingin pulang." ucap Jisoo dengan suara gemetar, rasanya saat ini ia ingin sekali menangis.

"Bi-biarkan aku pulang."

"Aniya, kau tidak boleh kemana-mana sayang. Kau harus disini menemani kami bermain." pria itu mencolek dagu Jisoo pelan diiringi dengan tawa teman-temannya.

"Minum ini!" perintah pria itu dengan menjulurkan tangannya yang terdapat sebuah botol berisi minuman keras.

Jisoo menggeleng menolak pemberian pria itu. Tidak terima dengan penolakan yang diberikan, pria itu menyuruh teman-temannya untuk memegang Jisoo kemudian ia mencengkram pipi gadis lemah itu kuat lalu memaksanya untuk meminum minuman itu.

Beberapa kali Jisoo memuntahkan minuman itu dan yang didapatnya adalah tamparan keras di pipi dan juga tarikan pada rambutnya. Karena terus melakukan hal itu berulang kali membuat pria mabuk itu jengah dan memilih untuk membisikkan sesuatu ke telinga Jisoo.

"Mau menjadi piala bergilir?" bisiknya membuat Jisoo kontan menggelengkan kepalanya. Mata gadis itu memejam dan seketika mengeluarkan air mata.

Pria mabuk itu menyuruh teman-temannya untuk melepaskan Jisoo. Ia memandang remeh ke arah Jisoo, menelusuri tubuh Jisoo dengan mata tajamnya. Seketika dia terkekeh pelan ketika baru menyadari Jisoo menggunakan sebuah tongkat untuk menopang tubuhnya.

"Ck... Ternyata sampah."

Ia kembali menyodorkan botol berisi minuman keras itu ke arah Jisoo dan tidak seperti sebelumnya, kali ini Jisoo menerima tawarannya walaupun dengan tangan gemetaran.

Seringai kecil itupun muncul di wajahnya membuat kesan semakin menyeramkan pada diri pemuda itu.

Dengan penuh keraguan Jisoo mengarahkan botol ke arah mulutnya, lalu meneguknya dengan menahan rasa pahit yang ia terima.














#HiEveryone

Yo..yo..yo..

New chapter's ready!!

Enjoy it guys, and Happy Reading.

Pai..pai..😘

I'm Here | JisooWhere stories live. Discover now