I'm Here || Hanya Sejauh Doa

1.1K 155 97
                                    

Prang!

Darah segar menetes dengan bebas membasahi lantai di dalam ruangan yang sempit ini.

Memejamkan matanya menahan rasa sakit yang menerjang akibat dari lemparan gelas berbahan dasar tanah liat tersebut.

"Ternyata benar yang dikatakan mereka ya!" wanita Jung kini memutari tubuh Jisoo, menelisik tubuh gadis itu dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. "Kau tidak lebih dari sekedar wanita penggoda yang mencari pria hidung belang untuk dilayani demi mendapatkan uang dengan cara yang cepat bukan?"

Air mata menetes cepat membasahi pipinya, ternyata sebegitu hina dirinya dimata ibunya sendiri.

"A-aniya, itu tidak benar. Aku tidak melakukan hal itu nyonya." tentu saja Jisoo menolak tuduhan tersebut karena memang pada kenyataannya, sekalipun ia tidak pernah melakukan hal tidak terpuji itu.

Meski tidak memiliki uang sepeserpun, Jisoo selalu berusaha mencari uang itu dengan melakukan pekerjaan lain yang sesuai dengan kemampuannya. Namun apabila tidak ada ia lebih memilih untuk tidak mengisi perutnya bahkan berhari-hari bila perlu daripada melakukan hal kotor tersebut.

"Tidak? Jadi mengapa seorang yang cacat dan tidak memiliki pendidikan seperti dirimu setiap harinya selalu berkeliaran di luar sana?"

"Kau hanya gadis bodoh yang tidak berada disini. Kau bahkan tidak pantas hidup di dunia ini, dunia ini terlalu suci untuk dirimu yang penuh hina itu." tekan Jessica tak berperasaan, ia tidak memikirkan bagaimana tersakitinya Jisoo ketika mendengar penuturan dari ibunya sendiri.

"MENGAPA KAU HARUS LAHIR DARI RAHIMKU?" teriak Jessica tidak terima. "MENGAPA KAU HARUS LAHIR SIALAN!"

"GADIS CACAT SEPERTI DIRIMU TIDAK PANTAS UNTUK HIDUP!"

"SEHARUSNYA AKU MELENYAPKANMU SEDARI DULU."

Jessica mendorong tubuh Jisoo kuat yang membuat tubuh gadis itu jatuh tersungkur dan terantuk keras ke dinding yang tepat berada di belakangnya.

Ia mengambil tongkat milik Jisoo dan menjadikannya sebagai senjata untuk menyakiti tubuh malang gadis tersebut.

Suara pukulan demi pukulan terdengar nyaring bahkan sampai ke telinga orang-orang yang berada di luar ruangan tersebut.

"Ada apa ini?" tanya Ok Jiwon yang datang bersama adiknya dengan masih mengenakan seragam sekolah.

Mereka merasa heran mengapa para pelayan berkumpul di depan kamar sudut ini dengan memasang wajah penuh kekhawatiran.

Prang!

Kedua bersaudari itu saling bersitatap satu sama lain. Lalu Jiwon memerintahkan kepada para pelayan untuk kembali ke tempat mereka dengan nada tegas dan raut wajah dinginnya.

"Gyuri-ya, kau juga pergilah ke kamarmu. Bersihkan diri dan beristirahatlah dulu. Eonnie akan menemui eomma sebentar." tanpa disuruh dua kali, Gyuri pun memilih untuk melaksanakan perintah kakaknya.

Apa yang terjadi?

~S.I.L.E.N.T.V.O.I.C.E~

Bugh!

Bugh!

Plak!

"SIALAN! Kenapa kau masih hidup sampai sekarang hah?! Enyahlah dari sini, tidak ada seorang pun yang mengharapkan kehadiranmu. Tidak ada yang menginginkan dirimu! KAU HARUS MATI!"

Tangan mulus wanita Jung mencekik leher Jisoo dengan kuat. Jisoo bahkan sudah sangat kesulitan untuk bernafas karena cekikan yang begitu erat.

"GADIS SIALAN!"

"BODOH!"

"HIDUPMU HANYA MENYUSAHKAN SAJA!"

"MATI ADALAH PILIHAN YANG TEPAT UNTUKMU!"

"KAU HARUS MATI BEDEBAH!"

Tongkat yang biasanya ia gunakan sebagai penopang tubuhnya kini menjadi senjata yang sangat menyakitkan.

Pukulan bertubi-tubi dilemparkan sang ibu dengan sangat keras tanpa memikirkan bagaimana menyakitkannya rasa itu.

"Mianhae, mianhae."

Bugh!

Bugh!

"Maafkan aku, ku-kumohon maafkan aku."

Tiada henti pukulan itu diberikan bahkan sampai Jisoo sudah kesulitan untuk bergerak di tempatnya.

Sudah sangat berat rasanya mempertahankan kesadaran karena rasa sakit yang menghujam habis-habisan.

"Eomma!" panggil seseorang mengalihkan perhatian Jessica. Ia memutar badannya dan melihat salah satu anak gadisnya sedang berdiri memandangnya di dekat pintu.

"Ayo makan siang! Tinggalkan saja dia disini. Jangan menghabiskan tenagamu untuk seseorang yang tidak berguna seperti dirinya itu." Jiwon mengucapkannya dengan senyuman manis yang biasa hanya diperlihatkan ke orang-orang terdekat saja. Terkesan psycho, namun memang itulah yang terlihat.

Sebelumnya mengikuti perkataan Jiwon, terlebih dahulu Jessica memukuli Jisoo sekali lagi namun kali ini dengan pukulan yang berkali-kali lipat lebih besar dari sebelumnya bahkan menyebabkan tongkat kayu itu terbelah patah menjadi dua.

"Ayo sayang!"

~S.I.L.E.N.T.V.O.I.C.E~

Belum berpindah dari tempatnya, gadis malang itu masih tergeletak tak berdaya di lantai yang dingin setelah sang ibu menghukum dirinya.

Tubuhnya terasa remuk akibat dari pukulan yang membabi buta itu. Tulang-tulangnya terasa akan patah jika sedikit saja ia bergerak. Bahkan hanya untuk sekedar membuka mata ia harus mengeluarkan tenaga ekstra.

Untung saja Tuhan masih memberikan ia kesempatan untuk melihat dunia dan menghirup udara. Ia sangat bersyukur akan hal itu.

Apapun yang terjadi tentu ia harus kembali bangkit. Tidak peduli seberapa besar badai menerjangnya dan ombak yang mengombang-ambingkannya, ia tau semua itu hanyalah proses yang diberikan Tuhan untuk menempanya agar menjadi manusia yang kuat dan tahan banting dalam menghadapi semua persoalan di dalam dunia yang fana ini.

Perlahan ia bangkit walaupun tanpa tongkat yang menopangnya, setidaknya masih ada lantai yang mampu ia jadikan sebagai tumpuan tangannya menahan tubuh yang ringkih itu untuk kembali bangkit berdiri.

"Tuhan aku tau ini semua merupakan rencanamu dengan tujuan untuk mmbentukku menjadi manusia yang layak dan berguna."

"Kau mengajariku untuk mengasihi oranglain, memaafkan kesalahan mereka seperti Engkau memaafkan diriku."

"Bantu aku Tuhan dalam melewati semua masalah ini. Kutahu Engkau baik, dan ku yakini itu sampai selama-lamanya. Amin."

Doa singkat yang ia ungkapkan seakan memberikannya tenaga untuk kembali bangkit.

Satu-satunya jalan terbaik disaat tiada jalan keluar lainnya ialah berdoa. Karena, Ia hanya sejauh doa.

Perlahan namun pasti Jisoo berjalan menuju tempat tidurnya. Kasur lapuk tanpa beralaskan apapun yang sudah memiliki kerusakan disana-sini menjadi tempatnya membaringkan diri guna mengistirahatkan tubuh yang sudah tak berdaya.

Sebelumnya dengan menahan rasa sakit di tubuh, Jisoo membersihkan kamarnya terlebih dahulu. Setidaknya agar tampak layak ditempati dan lebih nyaman untuk disinggahi.

Setelah menemukan posisi ternyaman, Jisoo menarik selimut tipis yang penuh robekan untuk menutupi tubuhnya lalu menutup mata membawa dirinya ke alam mimpi.

Dunia jauh lebih indah saat berada di dalam mimpi.














#HiEveryone

Happy reading.

😘

I'm Here | JisooWhere stories live. Discover now