nine

1.7K 134 1
                                    

Tak terasa hari ini, dirinya sudah bersekolah kembali dari libur weekend selama 2 hari.

Dengan ceria ia mengambil tas ranselnya lalu pergi dari kamarnya.

"Buenos Díos" katanya saat sudah di ruang makan. Dengan 2 pria berbeda umur yang sedang menunggunya.

"Kenapa kalian berdua selalu datang lebih awal dariku?, padahal aku sudah berusaha untuk bersiap siap lebih awal dari biasanya"

Ucapan dari serly membuat kedua pria itu terkekeh.

"Kau bisa lebih berusaha keras lagi sayang"

Serly berjalan menghampiri mereka dan duduk didekat alex. Lalu menyuapkan sedikit makanan kemulutnya.

"Hey putriku, ayo berdoa terlebih dulu"

Teguran dari jonathan membuat serly cengengesan, lalu ia duduk dengan tegap dan ia mulai mengepalkan tangannya dan menutup matanya diikuti oleh jonathan dan alex.

Setelah selesai berdoa, serly mulai melahap makanannya. Menu sarapan hari ini, adalah makanan kesukaan serly, yaitu frangollo.

"Serly berangkat denganku ya?" Tanya alex.

Serly mengangguk tanpa menoleh ke arah alex. Ia menerima ajakan alex karena memang hari ini tidak ada yang menjemputnya, dan ia sedang malas mengemudi.

•••
"Alex, aku pergi dulu. Terima kasih untuk tumpangannya"

Alex mencekal pergelangan tangan serly, ketika melihat serly akan beranjak dari duduknya.

Serly membalikkan badannya, dan menatap alex dengan bingung. "Apa?"

"Aku belum mendapat asupan pagi darimu"

Serly memutar bola matanya malas. "Alex, beberapa menit lagi bel berbunyi, mana sempat untu--"

Ucapannya terhenti karena tiba tiba mulutnya disumpal oleh bibir alex. Ia hanya diam dan membiarkan alex menciumnya karena menolak pun akan sia sia.

"Sudah" alex mengusap sisa benang saliva yang terdapat di sekitar bibir serly.

Serly mengusap kasar bibirnya, lalu ia langsung keluar dari mobil alex, takut alex akan menciumnya lagi.

Ia berjalan memasuki gerbang, dan tidak biasanya siswa siswi yang melihat kedatangannya menatap kearahnya.

Meski ini bukan pertama kalinya ia menjadi pusat perhatian, tapi biasanya hanya segelintir yang melihatnya namun kali ini berbeda hampir semua siswa melihat kearahnya.

"Kenapa mereka semua melihatku?. Apa mereka sudah tau jika vanes hamil dan mereka kasihan padaku karena felix selingkuh?" Gumam serly menerka nerka kejadian yang terjadi.

Ia dengan cepat berjalan untuk menemui kedua temannya yaitu helena dan netta, untuk meminta penjelasan.

Sesampai di pintu kelas, ia langsung masuk dan mulutnya sudah bersiap untuk memanggil nama kedua temannya itu.

"Helana, Gisel mere--"

Ucapannya terhenti kala melihat ada sebuah tangan yang menghalanginya dan ditangan itu terdapat sebuah kertas.

"Serly, benar kau ingin pindah sekolah?" Tanya pemilik tangan itu Helena.

"Apa?" Serly menatap bingung ke arah helena.

"Di mading sekolah ada pengumuman jika kau akan pindah sekolah, apakah itu benar?" Sahut Gisel yang berada di samping Helena.

Serly mengerjapkan matanya, kenapa mereka bisa tahu?, seingatnya ia tidak menceritakan acara berliburnya ke orang lain.

Lalu otaknya mulai mencerna kejadian yang sedang terjadi, dan ia menyimpulkan penyebab semua orang menatapnya karena mendengar kabar kepindahan dirinya, tapi siapa yang membocorkannya?.

"Itu... siapa yang mengumumkannya?"

"Tidak ada yang mengetahuinya, tapi mereka mengatakan berita itu sudah ada di mading sekolah sedari pagi"

Serly menaruh curiga pada 2 orang, yang pertama alex dan kedua jonathan, karena yang tahu hanya keluarganya. Tapi kenapa mereka melakukan ini semua?. Perasaan dirinya tidak memintanya.

"Serly jawab pertanyaan kami, apa semua ini benar?" Pertanyaan itu kembali muncul.

Serly hendak menjawab namun suara dari belakangnya mendahuluinya.

"Apakah ada serly?" Tanya orang tersebut.

Serly reflek menengok ke arah belakang kala namanya disebut.

"Felix?"

"Ku pinjam sebentar teman kalian yang ini" ucapnya lalu ia langsung menarik serly dari kelasnya tanpa memerdulikan Helena dan Gisel yang mengumpati dirinya.

"Felix lepas!" Ucap serly saat felix menarik dirinya.

Sudah jelaskan jika tidak memilki hubungan dekat dengan serly maka serly akan bersikap tidak ramah.

"Felix!"

"Kenapa kamu ingin pindah sekolah?" Tanya felix ketika sudah sampai tujuan yang ternyata taman belakang.

"Apa karena masalah aku dengan vanes?"

"Serly jawab dong, jika itu penyebabnya, biar aku suruh vanes yang pindah sekolah"

Serly menatap malas pada felix. "Felix dengar, jika aku pindah pun, sekarang bukan lagi urusanmu karena kita sudah putus dan stop kait kaitkan dengan vanes"

"Lalu kenapa kamu ingin pindah sekolah?"

"Itu hak aku dong kalau ingin pindah sekolah, dan sekali lagi ini semua tidak ada kaitannya dengan vanes ataupun yang lain, ini murni keinginanku"

Felix menatap sendu serly, lalu menghembuskan napas. "Kemana kamu akan pindah?"

"Negara Indonesia"

Felix membulatkan matanya terkejut. "Kenapa jauh sekali?"

Serly mengendikkan bahunya acuh. Melihat respon yang diberikan serly kurang memuaskan, felix kembali bertanya. "Apakah kamu akan menetap disana bersama keluargamu?"

"Itu privasi!" Jawab ketus serly.

"Serly ayolah, kau tega membuatku mati penasaran?"

"Selagi itu bukan urusanku" jawabnya dengan acuh.

"Udah ah, aku akan kembali ke kelas. Setelah ini jangan menggangguku lagi!"

Setelah berucap demikian, serly langsung meninggalkan felix yang menatap sedih serly.

To Be Contined

SERLYWhere stories live. Discover now