Part 1

10.1K 1K 176
                                    

"Maaf kalau kedatangan saya ke rumah ini telah menghancurkan segalanya. Tapi saya harus mempertahankan hak saya bukan? Seperti yang sudah saya katakan tadi, saya dan Seno sebenarnya telah menikah dua hari yang lalu. Sah secara hukum dan agama. Ini adalah buku nikah kami berdua. Silakan kamu mengecek keasliannya, Rimbi."

Nina Sujatmiko memberikan dua buah buku nikah ke hadapan Arimbi dan juga om dan tantenya. Ia begitu puas kala melihat air mata yang menganak sungai di mata sepupunya. Arimbi Maulida. Keinginannya untuk membalas dendam pada Arimbi tunai sudah.

Sedari kecil ia sudah membenci Arimbi. Sepupunya yang cemerlang ini, membuat kehadirannya redup. Arimbi yang cantik, pintar dan baik hati memborong seluruh perhatian keluarga besarnya.

Sedari kecil dulu, setiap ada acara kumpul keluarga, Arimbi akan menjadi primadona. Dimulai dari selalu menjadi juara kelas, pandai mengaji, berakhlak baik, sopan kepada orang tua, dan rentetan pujian positif lainnya. Telinganya kerap sakit kala mendengar segala puja dan puji yang ditujukan pada Arimbi di waktu itu.

Bukan itu saja, setiap kali dirinya membuat kesalahan, maka kedua orang tuanya akan membandingkannya dengan Arimbi. Arimbi itu begini, Arimbi itu begitu. Hingga kepalanya seakan berasap mendengar nama Arimbi yang terus dijejalkan dalam benaknya.

Sejak saat itu, Nina memendam dendam kesumat kepada Arimbi. Cita-citanya hanya satu. Yaitu suatu hari kelak, ia akan membuat Arimbi menangis darah karena kalah padanya.

Ketika Arimbi kemudian berpacaran dengan Seno Caturranga, seorang pengusaha otomotif yang sukses tiga tahun lalu, Nina sudah mengincarnya. Namun Seno tidak pernah mengindahkan perhatiannya. Nina tidak pernah patah semangat. Ia terus berusaha, hingga dua bulan lalu ia berhasil menjebak Seno. Alhasil ia hamil dan meminta Seno untuk bertanggung jawab.

Rencananya berjalan mulus. Ia pun telah menikah secara sah dengan Seno dua hari yang lalu. Padahal Nina tahu bahwa seminggu lagi pernikahan Arimbi dan Seno akan dilangsungkan. Memang itulah rencananya. Mempermalukan Arimbi.

Sebenarnya Seno melarangnya untuk memberitahukan masalah ini kepada keluarga Arimbi. Rencananya nanti malam keluarga besar Seno akan menjelaskannya sendiri kepada mereka semua. Namun Nina tidak mau kalah set. Ia sengaja terlebih dahulu memberitahukannya kepada Arimbi. Karena ia punya perjanjian hitam di atas putih dengan Seno.

Nina ingin lebih dulu meracuni pikiran Arimbi. Dengan begitu, apapun alasan yang akan diberikan oleh Seno nantinya, tidak akan lagi masuk ke dalam benak Arimbi. Nina yakin setelah ia membeberkan tentang kehamilannya ini, maka Arimbi pasti akan membatalkan pernikahannya. Akibatnya tentu saja keluarga Arimbi akan malu besar. Pada saat itulah cita-citanya sedari kecil akan berhasil. Arimbi kalah telak di kakinya.

"Mbak minta maaf ya, Rimbi? Tapi nasi telah menjadi bubur. Mbak dan Seno sebenarnya sudah lama saling mencintai. Tetapi Seno tidak tega untuk mengatakannya padamu. Mengenai pernikahan kalian, sebenarnya Seno tidak menginginkannya. Kedua orang tuanya lah yang mendesak. Seno ingin menolak tetapi ia tidak mempunyai alasan untuk itu. Seno juga bilang bahwa ia tidak bisa meninggalkan Mbak. Makanya Seno, maaf, menghamili Mbak. Kata Seno dengan begitu ia mempunyai alasan untuk membatalkan pernikahan ini."

Nina mengakhiri ceritanya dengan derai air mata. Namun kedua bola matanya memancarkan kepuasan. Ia bahagia sekali menyaksikan Arimbi kehilangan kata-kata. Rasakan! Begitulah sakitnya hatinya, setiap kali orang-orang membandingkannya dengan Arimbi. Ia bahagia sekali kala memindai Arimbi berkali-kali menyusuti air mata.

"Katakan sesuatu, Rimbi. Jangan diam saja. Kamu boleh memaki bahkan memukul Mbak. Mbak sebenarnya juga tidak mau semua ini terjadi. Tapi Mbak tidak kuasa menahan rasa ini. Mbak hanya seorang perempuan yang tengah jatuh cinta."

Lelaki Kedua (Sudah Terbit Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang