Part 5

4.7K 826 73
                                    

Suara dering bell, di dalam room 214, membuat Arimbi dan menoleh.

"Ada yang datang itu, Tince. Paling juga ibu. Coba buka dulu pintunya." Arimbi meminta, perias pengantinnya yang ganteng-ganteng kemayu membuka pintu kamar.

"Oke, Mbak." Tince bergegas membuka pintu. Tebakan Arimbi benar. Kepala ibunya muncul di ambang pintu yang terbuka separuh.

"Riasannya sudah siap 'kan, Tin? Arimbi sudah harus ada di pelaminan. Tamu-tamunya sudah pada datang." Bu Ambar mengecek keadaan putrinya.

"Sudah kok, Bu. Eike tadi hanya merapikan gaun Arimbi saja," kata Tince kenes.

"Syukurlah. Ballroom sudah mulai ramai. Duh, Rimbi. Kamu cantik sekali, Nak."

Bu Ambar yang sedianya hanya mengingatkan Tince, sekarang masuk ke dalam kamar. Ia terharu melihat kecantikan anak gadisnya yang akan segera menjadi istri orang. Rasa haru Bu Ambar lebih disebabkan oleh kacau balaunya pernikahan yang nyaris saja batal ini.

Bayangkan calon suami putrinya telah ditukar dalam hitungan hari. Butuh kekuatan dan kebesaran hati yang luar biasa untuk berada dalam posisi putrinya. Dihianati oleh calon suami dan sepupu sendiri menjelang hari H pernikahan, rasanya terlalu kejam untuk gadis sepeka putrinya.

"Terima kasih pujiannya, Bu. Eh, tapi sebetulnya Rimbi tidak perlu berterima kasih juga. Kecantikan Rimbi ini adalah titisan dari Ibu. Jadi ceritanya Ibu memuji diri Ibu sendiri bukan?"

Arimbi mencoba bercanda. Ia tahu, bahwa ibunya sedih melihat keadaannya saat ini. Mata ibunya yang berair telah menjelaskan semuanya. Nasibnya memang menyedihkan. Namun tidak baik juga apabila ia meratapi keadaan bukan? Toh, semuanya sudah terjadi.

"Hehehe. Iya. Kecantikan Ibu memang menurun padamu. Tapi kamu lebih cantik dari Ibu karena kamu menuruni mata tajam ayahmu. Ya sudah, Ibu menyambut tamu-tamu dulu. Nanti kamu menyusul ke ballroom ya? Nak Esha sudah menunggumu di sana."

Bu Ambar menutup pintu kamar sebelum air matanya menetes. Pernikahannya Arimbi dengan Ganesha pun masih merupakan teka teki. Namun sebagai orang tua, khususnya perempuan, Bu Ambar mempunyai penilaian sendiri terhadap Ganesha.

Kakak Seno ini walau terlihat dingin, namun sesungguhnya adalah laki-laki yang bertanggung jawab. Bu Ambar ingat, betapa Ganesha kerap menyempatkan diri menemani ayahnya check up ke dokter, ataupun mengantar ibunya ke salon. Di waktu lain, Bu Ambar pernah memergoki Ganesha membantu ibunya memilih-milih sayuran di pasar tradisional.

Hati Bu Ambar hangat setiap kali melihat keakraban antara ibu dan anak itu. Menurut pengalaman hidup Bu Ambar, laki-laki yang menyayangi ibunya, juga akan menyayangi istrinya. Karena istrinya adalah ibu dari anak-anaknya.

Bu Ambar pernah membicarakan hal ini kepada suaminya. Bahwa ia kerapkali menjumpai Ganesha bersama ayah atau ibunya. Sementara Seno tidak sekali pun.

Berdasarkan hal ini pulalah, mereka suami istri menyetujui usul Pak Hasto dan Bu Santi, untuk menikahkan Ganesha pada Arimbi. Kalau tanpa pertimbangan yang kuat, mana mungkin mereka sebagai orang tua mau bermain dadu. Menikahkan Arimbi berdasarkan perhitungan ala perjudian. Kalau tidak menang, ya kalah.

Orang yang penuh tanggung jawab, namun memiliki cinta kasih seperti Ganesha lah, yang biasanya bisa menjaga cinta. Type orang seperti ini, biasanya terlihat santai namun berkomitmen.
Tidak menggebu-gebu diawal, mendingin di tengah perjalanan dan hambar diakhir cerita. Semoga saja apa yang dirinya dan suaminya harapkan, akan menjadi kenyataan.

Sementara itu Arimbi yang telah selesai dirias menatap bayangannya sendiri di depan cermin. Mempelai pengantin yang menatapnya balik ini terlihat bimbang. Ada begitu banyak keraguan di kedua matanya, yang hari ini dirias begitu apik. Namun  semuanya itu tidak mampu menutupi ketelanjangan benaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lelaki Kedua (Sudah Terbit Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang