The Doll 11

411 104 8
                                    

Happy reading





Rania membantu Jake untuk memasangkan dasi di kemeja kerjanya. Tidak lupa, Rania juga memakaikan jas kerja suaminya. Setelah siap, mereka berdua turun ke lantai bawah. Jake pergi ke depan untuk mengeluarkan mobilnya dari garasi, sedangkan Rania membawakan tas kerja milik Jake.

"Kamu jaga diri baik-baik ya di rumah." Jake mengusap kepala Rania. "Aku berangkat dulu."

Rania mencium tangan Jake sebelum laki-laki itu melenggang pergi bersama mobilnya. Setelah mobil Jake tidak terlihat dari pelataran rumah, Rania memutuskan untuk pergi ke dapur. Dia berjalan ke arah tempat cuci piring, dirinya berniat untuk membersihkan peralatan masak yang sudah ia gunakan. Saat akan mengambil sabun, tak sengaja pandangannya menangkap satu kotak bekal. Rania yakin itu kotak bekal milik Jake yang sudah dia siapkan, namun orangnya tidak sengaja meninggalkannya.

"Aku antar nanti saja deh, sekalian waktu makan siang." Rania kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.

Tepat pukul sebelas siang, Rania sudah siap untuk mengantar bekal milik suaminya. Rania begitu senang karena pada akhirnya dia punya kesempatan untuk berkunjung ke kantor, tempat suaminya bekerja.

Rania memutuskan untuk naik taxi. Sepanjang perjalanan, senyumnya tidak luntur sama sekali. Dia membayangkan bagaimana reaksi Jake saat tahu bahwa istrinya datang.

Setelah sampai, Rania segera pergi ke resepsionis. "Ruangan bapak Jake dimana ya?"

Perempuan yang menjadi resepsionis itu mengerutkan keningnya. "Bapak Jake?"

Rania mengangguk. "Iya, pak Jake yang punya perusahaan ini."

Perempuan itu menggeleng. "Maaf ibu, nama pemilik perusahaan ini bukan Jake, jika anda mencari pegawai bernama Jake, memang ada, tetapi dia adalah seorang cleaning servis." Perempuan itu menunjuk sesuatu yang ada di belakang Rania.
"Itu dia orangnya."

Rania menengok ke belakang, betapa terkejutnya saat mengetahui bahwa orang itu bukanlah suaminya, melainkan orang lain. "Anda yakin tidak salah? Tidak mungkin suami saya berbohong."

"Saya yakin, nama pemilik perusahaan ini adalah pak Fauzan."

Rania terdiam, dia bingung, masa iya suaminya berbohong? Sedangkan Rania dulu pernah diberitahu Jake saat mengantar dirinya kontrol ke dokter, jalan ke rumah sakit itu melewati perusahaan ini.

"Ibu, ada yang bisa saya bantu?"

Rania menggeleng, dirinya segera keluar dari kantor itu setelah berterimakasih kepada resepsionis.
Sekarang Rania sedang berdiri di tepi jalan sambil mengotak-atik ponselnya, dia mencari nomer telpon Jake. Berulang kali Rania menelpon suaminya, tetapi selalu saja tidak aktif. Semua itu berhasil membuat pikiran Rania bercabang kemana-mana, dalam hatinya, dia terus bertanya-tanya, kenapa Jake berbohong tentang tempat dia bekerja? Saat Rania sedang sibuk dengan ponselnya, tiba-tiba ada sebuah mobil hitam berhenti di depannya. Rania tidak menghiraukan, dia berpikir bahwa mobil itu hanya sekedar berhenti saja, namun tak lama dari itu, seseorang memanggil namanya, tidak lain adalah si pemilik mobil.

"Kamu Rania kan?"

Rania mengangguk kaku. "Iya."

"Butuh tumpangan? Nanti aku antar."

Rania hanya diam, dia merasa tidak nyaman dengan orang asing yang sok akrab dengannya. Si pemilik mobil tersenyum, dia tahu apa yang Rania pikirkan. " Tian, namaku Tian, kakaknya Sano. Kamu, pasti kenal Sano kan?"

mendengar nama Sano, Rania jadi merasa sedikit tenang. "Iya, dia temanku."

"Kamu mau kemana? Ayo aku antar, suamimu tidak akan mengangkat telponmu, bahkan dia juga tidak akan menjemputmu."

"Bagaimana kamu bisa tau? Kamu, berteman dengan suamiku?"

Tian menggeleng. "Tidak, aku hanya kenal dari Sano."

"Lantas, dia sekarang ada dimana?"

"Ayo masuk dulu, nanti aku jelaskan di perjalanan." Karena penasaran, akhirnya Rania menurut untuk ikut bersama Tian. Tanpa menyebutkan tujuan Rania kemana, Tian langsung melajukan mobilnya.



































































"Gawat, dia datang."

"Dia, siapa?"

"Anak dari korban yang berhasil selamat beberapa tahun lalu. Mama gak nyangka dia bakal bawa air suci, terlalu sulit untuk melawannya. Dia juga memakai jimat peninggalan ayahnya, jimat itu juga sudah diperkuat."

Jake yang mendengar penjelasan mamanya merasa kesal, kalau sampai tumbal ini tidak berhasil, bisa-bisa dia terlihat seperti kakek-kakek.

"Lantas bagaimana caranya untuk melawan dia?"

"Teivel, cuma boneka itu yang tahan sama air suci, tetapi itu juga tidak bertahan lama."

Jake gusar, dia berjalan mondar-mandir sambil melihat tangannya yang sedikit keriput. "Apa aku perlu turun tangan?"

"Nanti dulu, kamu tidak memikirkan Rania?"

Jake terdiam sesaat, sebelum dia menjawab pertanyaan ibunya. "Yang penting dia aman."

"Aman?"

"Iya, Rania tidak boleh tau tentang ini semua."

Sarah tertawa remeh." Sebentar lagi dia akan tau, terus apa yang bakal kamu lakuin?"

Jake bingung, dia tidak ingin istrinya itu tahu tentang semua yang dia dan ibunya lakukan, karena Jake khawatir dengan kandungan Rania. "Kalaupun Rania tau, dia gak bakal percaya."

"Kamu yakin? Kamu tidak takut dengan temanmu yang punya kelebihan itu? Dia punya cukup bukti."

"Temanku? Punya kelebihan?"

"Iya, namanya Sano, anak dari si korban yang berhasil selamat. Kamu baru tau nak?"

Jake terkejut, kenapa dia tidak menyadari semua itu? Berarti sejak pertama dia mengenal Sano, anak itu sudah tahu siapa dirinya? Lantas kenapa dia tidak membongkar sejak lama saja?

"Karena dia menunggu saat yang tepat, dia juga menunggu kakaknya kembali. Jangan salah, Shela punya dua anak, dulu yang dia kandung saat kejadian adalah Sano."

Sarah berdiri dari tempat duduknya sambil memegang pipinya yang terbakar. "Jika Nata dan Hana tidak berhasil menjadi tumbal hari ini, kita bisa menggantinya dengan Rania."

"Tidak!"

Sarah dengan cepat melihat ke arah Jake. "Kenapa? Bukankah tujuan awal kamu menikah dengan Rania adalah untuk berjaga-jaga jika rencananya tidak berhasil. Lantas kenapa kamu, terlihat marah?" Sarah menatap Jake yang gelagapan dengan intens, matanya menyipit." Jangan bilang kamu sudah jatuh cinta dengannya?"

"A...aku...cuma terkejut aja, gak nyangka Rania bakal jadi pengganti."

"Ingat baik-baik ya Jake. Jangan sampai kamu jatuh cinta sama manusia itu, karena setelah Rania jadi tumbal, kamu harus menikahi orang lain lagi."

Jake menatap mamanya dengan sendu, entah kenapa dia merasa tidak rela jika Rania diikut sertakan dalam masalah ini.

The Doll ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang