The Wedding

12.1K 754 109
                                    

Happy Reading!!












"Jangan mempermalukan keluarga Kim"


"Kau pikir aku akan melakukan apa huh?"


Junkyu menunjukan wajah kesalnya pada pemuda yang kini tertawa puas di hadapannya. Bisa bisanya Jihoon meledeknya di saat saat seperti ini? Alih alih merasa gugup dan terharu karena ingin mengucap janji suci bersama pria yang ia cintai, Junkyu malah merasa emosinya memuncak. Ingin sekali tangannya meraih rambut Jihoon yang sudah tertata rapih lalu menariknya dengan kuat. Masa bodo jika Jihoon berteriak lalu menimbulkan kekacauan kecil. Kalau perlu pihak keamanan mengamankan Jihoon di pos mereka.


"Saat lamaran kemarinpun kau menciumnya lebih dulu, bisa saja hari ini juga seperti itu" ledek Jihoon.


"Itu hal yang berbeda, disini banyak tamu ayah dan tamu Watanabe-san" Junkyu kini mulai memukul paha belakang Jihoon cukup kuat. "Lagi pula kenapa kau yang kemari? Aku meminta ayah yang datang, bukan kau" ketus Junkyu.


"Ya! Kau seharusnya berterima kasih karena aku sudah membantumu mengurus acara pernikahamu" ucap Jihoon tak terima.


"Bukan kau, tapi Wedding organizer"


"Kalau aku tidak menemukannya apa dekorasi pernikahanmu sebagus ini? Tentu tidak— AKH! Ayaah"


Tuan Kim baru saja memukul punggung Jihoon hingga sang pemilik mengaduh. Tidak sakit karena Tuan Kim memukulnya pelan, tetapi lebih dominan kearah terkejut yang Jihoon rasakan. Sedang asik mengomel dan membanggakan hasil kerjanya, justru dikejutkan oleh kedatangan Tuan Kim. Apa ayah Junkyu tak takut dirinya terkena serangan jantung?


"Terus saja mengoceh seperti itu" ucap Tuan Kim. Memang Park Jihoon itu terbiasa menggoda anaknya. Pemuda Park itu pasti lupa bahwa tujuannya kemari adalah membawa Junkyu keluar dari ruang rias. Merasa sudah terlalu lama dan Haruto juga sudah beberapa menit berdiri didepan altar sembari mendengar pendeta memberi nasihat, Tuan Kim sendiri yang harus menjemput putranya kemari.


"Ayo, Haruto sudah menunggu"


Seketika Junkyu merasakan tangannya kembali mendingin dan jantungnya berdetak sangat cepat. Ia menatap sang ayah dengan ragu. Matanya memancarkan kegugupan yang teramat. Ia juga melihat bahwa Jihoon tersenyum manis penuh dukungan sembari menganggukan kepalanya. Kini matanya melihat kesebuah tangan yang terangkat didepannya. Menunggu untuk ia genggam dengan erat. Setelah berusaha menenangkan hatinya, Junkyu mengangkat tangan kanannya dan menggenggam tangan hangat sang ayah.


"Aku akan keluar lebih dulu" setelah mengucap kalimat tersebut, Jihoon langsung keluar dari ruang rias menyusul kedua ibunya serta Doyoung yang sudah duduk dikursi paling depan.


Junkyu memunculkan senyumnya saat Tuan Kim tersenyum, mengisyaratkan bahwa ia harus bangkit dan segera menuju altar bersamanya. Dengan bertumpu pada tangan sang ayah, Junkyu bangkit dari posisi duduknya menjadi berdiri tegap. Mengambil posisi berdiri di sisi kiri sang ayah lalu memeluk lengannya erat. Kemudian kakinya melangkah pelan beriringan dengan langkah kaki Tuan Kim keluar dari ruang rias menuju ke altar.


Terlihat kursi tamu sudah penuh dengan para undangan hingga ke kursi paling belakang. Teman ayah dan ibu serta teman dari calon suaminya paling mendominasi dibandingkan temannya. Junkyu kembali merasakan gugup saat melihat semuanya. Ia merasa semua mata melihat kearahnya bahkan beberapa sampai menoleh kebelakang. Matanya menangkap bibir mereka bergerak seperti membicarakan sesuatu tentangnya. Junkyu takut jika mereka beranggapan bahwa ia tak cocok atau tak pantas bersanding dengan Haruto.


Nine Month Period | Harukyu [End]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant