Ini adalah cerita tentang bola kristal Joan yang dia pakai untuk menyimpan energi hitam. Bola kristal itu sebenarnya adalah milik Cahill, salah satu di antara banyak "rongsokan" yang selalu ia bawa kemana-mana. Dengan bantuan kekuatan Yse, bola kristal itu disulap jadi tongkat sihir yang selanjutnya menjadi harta sekaligus senjata kesayangan Joan.
"Rupanya bola kristal itu benar-benar memberikan efek padamu, Joan," celetuk Jake pada suatu hari.
"Apa maksudmu?" tanya Joan ketus.
"Kau terlihat lebih bahagia dari biasanya."
Joan tidak menanggapi lebih jauh. Dia sendiri tidak begitu mengerti. Dulu, dia tidak pernah merasa bahagia itu karena terlalu banyak menyimpan energi hitam atau memang karena tak punya teman saja?
Setelah bertemu Yse dan yang lain, Joan merasa harinya jadi lebih menyenangkan. Hanya menyenangkan. Joan tidak mau menyebutnya kebahagiaan, dia tidak mau memilikinya.
Karena bagi Joan, memiliki sesuatu berarti harus siap kehilangannya. Joan tidak mau kehilangan.
"Akh! Ikannya lepas lagi!" Ash menjerit kesal.
Cukup lama dia berada di dalam air dan dia merasa kakinya sudah keriput parah, tapi dia belum dapat ikan sama sekali. Ash marah tentu saja.
Namun, perasaannya berangsur-angsur membaik beberapa saat kemudian. Saat dia menyadari itu, Ash melihat ada asap hitam ditarik dari lengannya menuju bola kristal di tongkat yang dipegang Joan.
"Ey, mungkinkah bola itu benar-benar menyerap semua energi hitam?"
Energi hitam berasal dari keburukan. Marah, sedih, kesal, putus asa, semua perasaan negatif manusia dapat menghasilkan energi hitam. Umumnya energi itu bisa menyebabkan suasana hati jadi buruk hingga kesialan, tapi orang-orang tak bertanggung jawab dapat menggunakannya untuk mengutuk seseorang.
Joan tidak termasuk, karena dia mengutuk untuk kebaikan.
"Ku rasa iya."
"Wah, ini artinya kita bisa melalui perjalanan ini dengan hati penuh suka cita, dong!" seru Jake antusias.
Awalnya mereka kira begitu, tapi kenyataan tidak sesederhana yang mereka pikirkan.
Suatu saat, Joan mengalami demam tinggi. Mereka terpaksa singgah untuk waktu yang lebih lama dari biasanya. Cahill dan Yse sudah berusaha membuat obat untuk Joan, tapi bahkan setelah dua hari Joan masih tak kunjung membaik.
"Esnya meleleh," Hans berujar lemah tatkala melihat dahi Joan yang tadi dia bekukan jadi berair. "Apakah itu karenamu, Ash?"
"Aku bahkan tidak tahu lagi, dia ini sebenarnya kedinginan atau kepanasan," kata Ash.
Joan terus menggigil, makanya Ash memanaskan udara di sekitar Joan untuk menghangatkannya. Sementara itu, Hans mengompres dahi Joan dengan es untuk menurunkan demam.
Kedua kekuatan itu saling meniadakan dan sekarang mereka tak tahu harus mana dulu yang didahulukan.
"Mungkin penyebab sakitnya bukan itu. Dulu, waktu aku sakit, ibuku membelikanku permen manis dan besoknya aku langsung sembuh," Kiel bercerita. "Ternyata aku sakit akibat stress karena ibuku tak mau membelikanku permen."
"Emangnya kamu anak-anak? Sakit karena tidak dibelikan permen?" cibir Ash.
"Jangan lupa kalau aku memang anak-anak, paman biksu."
"Siapa kau panggil paman biksu, hah?!"
Baru saja Kiel hendak membalas, sebuah tangan membekap mulutnya. Begitu pula dengan Ash.

KAMU SEDANG MEMBACA
CLANS: Towards The Eternity| ENHYPEN
FanfictionCLANS SERIES BOOK #4 Jake mulai berpikir; hendaknya ke manakah kakinya harus terus dilangkahkan? !baku! AU Fantasy