🍭38. Suami Idaman

566 31 1
                                    

Hari ini sangat cerah, bahkan matahari tanpa ragu menunjukan sinar indahnya untuk bumi. Udara dingin ditambah sinar hangatnya matahari memberikan kombinasi yang pas untuk dirasakan di kulit indah gue. Gue menatap pohon yang terdapat keluarga burung yang sedang berdiam diri di sangkarnya. Gue melihat secara mendalami sampai ibu burung atau bapak burung itu pergi meninggalkan sangkarnya.

Gue yang masih bengong kini di kejutkan dengan tangan seseorang yang berada di perut gue. Gue menoleh sekilas dan menghembuskan napas pasrah. Untung mood gue lagi bagus kalau enggak gue udah sat set menghindar, gak tau yaa semenjak kejadian waktu itu gue jadi kaya gak jelas gini, bawanya tiba-tiba pengen nendang oranglah, saltolah, senyum-senyum ala Irine lah, yang jelas mood gue suka gak jelas banget.

"Kenapa kok diem disini, kamu gak mau jalan-jalan keluar?" ucap Ethan yang kini sudah berada di di leher gue.

"Males. Besok aja. Kita 3 hari lagi pulang ya?"

"Kenapa memangnya? kamu mau disini terus? kalau iya sih gakpapa tapi ada syaratnya kita harus produksi lebih banyak lagi."

Gue sekilas menatap sinis dan menginjak kaki Ethan menggunakan sendal bulu-bulu yang gue pakai saat ini.

"Sakit Yang, Aku salah ngomong emangnya?" rengeknya manja.

"Iyaalah jelas!! emang dikira aku kucing apa yaa!!"

"Iya-iyaa aku bercanda, maaf." ucap Ethan yang kini sudah mengubah  posisi mencium leher gue.

"Ethaan apaan sihh, jangan kaya gini geli tauu!"

"Tapi aku suka, kenapa masalah?" ucapnya menyebalkan.

Gue menghela napas secara perlahan, menetralkan emosi gue yang rasanya sekarang pengen jungkir balikin Ethan, tapi seketika ingat kalau dia suami gue.

"Daripada kita kaya anak koala sama induknya gini, mending kita beres-beres barang deh."

"Kamu kenapa sih Yang? aku mau romantis-romatisan sama kamu masa kamunya gak mau, apa kamu udah bosen sama aku?"

Gue mendengarnya malas dan sambil melepaskan pelukannya, langsung saja gue menghadap Ethan yang kini menampilkan wajah cemberutnya.

"Jangan ngaco, jangan mikir yang enggak-enggak, bisa?"

Tanpa menunggu jawaban Ethan, gue memutuskan untuk balik ke kamar. Setelah di kamar gue malah salah fokus ke piring besar yang berada di lemari hotel. Gue langsung mendekatkan lemari untuk sekedar melihatnya.

"Njir ini piring bagus banget, belum pernah gue nemuin piring secakep ini, eh lupa kalau piring di rumah gue rata-rata semua hadiah dari sabun, jadi mana tau kalau piring ada sebagus ini."

"Emang beli sabun dapet piring ya, aku baru tau."

Gue terkejut mendengar suara barusan, emang deh yaa Ethan titisan tahu bulat kali yaa, kok senangnya munculnya dadakan.

"Iya, emangnya kamu gak tau?"

"Enggak." ucapnya tenang.

"Emang biasanya kamu kalau beli piring dimana?"

"Gak tau, biasnya Mama yang beli,  pas Mama keluar negeri pasti ada aja yang di bawa, kaya piring misalkan."

Gue insecure mendengarnya, salah, ini salah banget gue ngomong gini, jelas anak sultan mana tau kalau beli sabun biasanya dapet hadiah piring, beda banget sama gue, setiap kali sabun abis, emak gue biasanya langsung nitip beliin tapi harus ada yang hadiahnya piring warna coklat garisnya, kalau enggak yaa cari sampai ketemu, kata emak gue belum puas kalau belanja sabun gak ada hadiah piringnya, maka dari itu dengan seganjil jiwa raga gue, gue memutuskan untuk mendapatkannya sampai gue harus mengorbankan kaki gue untuk mengelilingi satu pasar.

Be SweetWhere stories live. Discover now