ABAIG 15

173 14 1
                                    


"Kata siapa dia ngga pantes disini?," suara berat nan dingin terdengar dari arah ujung lorong, Lelaki berwajah tegas dan datar yang sedang berjalan di lorong menghampiri mereka.

"Atas dasar apa lo bertiga ngomong gitu sama Rayna yang jelas jelas sama kaya kalian?," ucap lelaki itu menatap Thania and the gang satu persatu.

Thania memutar bola matanya jengah, perempuan itu muak dengan lelaki kurang kerjaan yang selalu membela Rayna itu, apa keuntungan membela Rayna sampai sampai Vano harus membela gadis itu, seperti itu lah fikiran Thania.

"Lo ngga perlu ikut campur deh buat bela Rayna, gue enek lama lama lihat lo," ucap Thania. "Sok jadi pahlawan dan ganggu setiap gue lagi berurusan sama anak aneh ini," lanjutnya menunjuk wajah Rayna lalu melipat kedua tangannya kedepan dada nya.

"Kalo ini berurusan sama Rayna, gue bakal ikut campur, karna...," Vano menghentikan ucapannya, membuat semua orang di sana bingung.

"Karna?," Tanya Chintya menatap Vano bingung.

Thania tertawa menyindir dengan diamnya Vano yang sangat aneh itu, Thania perlahan mendekat kearah Vano. "Lo suka kan sama Rayna, ambil tuh anak aneh biar dia ngga ganggu gue buat deketin Rasya," ucap Thania.

Thania menjentikan jarinya, mengode kedua sahabatnya untuk mengikutinnya pergi dari tempat itu.

Setelah kepergian Thania and the gang, Vano menghampiri Rayna yang sedang duduk besimpuh di lantai, semua murud sudah bubar dari tadi.

"Lo ngga papa Na?, astaga sampe merah gitu pipi lo," reflek Vano mengelus pipi Rayna yang tampak kemerahan itu.

Rayna diam menatap Vano yang mengelus pipi nya, rasa shock dalam hati gadis itu masih ada.

"Jangan sentuh pacar gue," suara dingin dan menyeramkan milik Rasya terdengar sari ujung lorong sekolah, dan terlihat Rasya Radit dan Randy berjalan mendekati Vano dan Rayna.

Hawa sekitar mereka begitu mencekam walaupun waktu masih menunjukan pagi hari, aura kental kegelapan sangat menyelimuti Rasya sampai sampai Radit serta Randy tak berani menegur Lelaki itu dan hanya bisa mengikuti langkah Rasya.

Vano dan Rayna yang mendengar ada suara dati belakang pun menoleh, nafas Rayna tersenat sebentar melihat wajah menyeramkan Rasya, mata lelaki itu sudah kecoklatan dan begitu tegas.

"Rasya...," lirih Rayna.

Vano berdiri manatap Rasya dengan pandangan remeh dengan tangan yang melipat di depan dada nya.

"Ohh jadi lo yang namanya Rasya pacar nya nana gue?," Vano terkekeh meneliti Rasya dari ujung kepala hingga kaki. "Kenalin gue Vano, Revano Adiputra sahabat Rayna," lanjutnya dengan pd nya.

Sejak kapan lelaki itu menjadi sahabat Rayna mungkin seperti itu yang di fikirkan Rayna yang menatap kedua lelaki itu dari belakang.

"Gue engga nanya nama lo, gue cuma bilang JANGAN SENTUH PACAR GUE!! Gue engga suka milik gue di sentuh cowok lain," sepertinya aura Leon sudah menyelimuti diri Rasya.

"Wait..santai gue cuma mau bantuin Nana gue, dan sebenernya lo ngga ada hak buat larang gue deket sama Nana, karna gue yang lebih dulu kenal sama nana," ujar Vano dengan sombongnya.

"Sumpah kalo gue jadi Vano dah takut duluan, kodam si Rasya dah keluar tuh," batin Radit dan Randy

"Iya aku juga takut kalo jadi Cowok jelek itu," ucap Runa yang tiba tiba datang dan berdiri di samping Radit dan Randy.

Kedua lelaki itu terjengat kaget saat melihat Runa, tubuh Runa mungil jika di bandingkan oleh mereka berdua.

"Eh sape lo, kok bisa disini?," tanya Radit, saat melihat Runa.

Abnormal Boy And Indigo Girl (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang