Chapter 5

213 63 1
                                    

Warning:

Cerita ini diikutsertakan dalam challenge ODOC (One Day One Chapter) oleh TheWWG selama tiga puluh hari.

Mungkin akan banyak typo dan anu-anu yang lain karena tidak sempat di edit. Mohon di maklumi. Terimakasih
\( ̄▽ ̄)/

***

Jika kalian ingat, aku pernah mengatakan kalau Eras itu meninggalkan kesan mendalam untukku. Itu bukan karena dia pintar, tampan, baik ataupun karena dia kaya. Tapi, itu karena dia tidak mempunyai benang merah.

Yup, tidak ada. Sama sekali tidak terlihat.

Aku juga tidak tahu kenapa aku tidak bisa melihat benang merahnya. Jadi karena hal itu, aku secara tidak sadar sering memerhatikannya.

Selain Eras aku tidak pernah melihat orang lain yang tidak memiliki benang itu.

Oke, kecuali aku tentu saja.

Aku juga tidak bisa melihat benang merahku omong-omong. Aku juga penasaran apa penyebabnya.

Kembali kedunia nyata, sekarang aku sedang berada di aula. Suasana di aula sekolah sungguh padat dan ramai. Kursi-kursi yang kami susun tadi pagi sekarang telah ada penghuninya.

Sekarang, jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Aku sudah merasa lebih tenang di banding tadi pagi, saat baru memergoki Eras.

Bau keringat khas anak sekolahan mulai menari-nari di udara.

Aku mengibas-ngibaskan tangan untuk menghilangkan bau keringat yang menusuk indra penciumanku. Aku sungguh tidak suka situasi ini.

Kebisingan perlahan mulai menghilang dengan sendirinya. Tak lama kemudian Eras yang menggunakan jas bertuliskan osis naik ke panggung. Dia akan berpidato sebagai tanda berakhirnya acara hari ini.

"...kepada teman-teman yang telah berpartisipasi dalam memeriahkan dan menyukseskan acara ini kami ucapkan terimakasih..."

Saat ini wajahnya kelihatan lembut dan baik. Dia sama sekali berbeda dengan lelaki yang berada di belakang gedung serbaguna tadi.

Kinan yang melihatku terus memelototi Eras menyenggol lenganku.

"Kau kenapa sih?" tanyanya padaku, "Kau masih berpikir Eras yang berada di belakang gedung serbaguna sekolah?" sambungnya. "Besok kan kita masih bisa tanya Raina. Oke? Jangan pikirin terus, nanti yang ada kau kesambet."

Kinan jelas masih tidak percaya padaku. Walaupun sudah setuju untuk mencari Raian, nyatanya dia masih tidak percaya. Dia kelihatan jenuh dengan kecurigaanku pada Eras.

Wajar sih, orang waras mana yang percaya kalau aku katakan Eras itu bisa menghilang?

[.]

Seperti janji Kinan, keesokkan harinya kami mencari Raina. aku dan dia sekarang sedang berada di kelas 12 sains 3, kelas Raina.
Anehnya saat kami ke sana, Raina tidak ada. Teman sekelasnya bilang, dia tidak datang hari ini.

Rasa kecurigaanku semakin bertambah saja.

"Lihat, dia tidak datang kan. ini mungkin ada hubungannya dengan Eras," yakinku.

Kinan menggangguk-anggukan kepalanya dengan asal-asalan. Ketahuan sekali kalau dia tidak percaya padaku.

Aku memelototinya dengan kesal.

Thread Of Destiny  Where stories live. Discover now