February's Third Week

203 28 0
                                    

Yuuji bangkit dari kursi kantin. “Gue pamit ya, Ara, Gumi.”

“Uji mau ke mana?” ucap Nobara dengan kening yang mengernyit.

Mulut si rambut stroberi siap menjawab, tetapi suatu suara telah menyahut. “Yuuji!”

Trio tersebut menoleh dan mendapati Satoru Gojo yang berjalan ke arah mereka. Si kakak tingkat berhenti di dekat Yuuji berdiri.

“Mau ke apartnya Kak Toru,” sambung Yuuji dengan ringan.

“HA?!” Kedua sahabatnya berteriak dengan dramatis, lalu dua pasang netra mereka menyerang Satoru—seakan-akan menembak dengan tombak yang lancip ke arahnya. Satoru bergidik ngeri. “Mau ngapain?”

Satoru berdeham. Ia berusaha merilekskan diri setelah mendadak diserbu. “Gue ngerjain tugas magang, Yuuji ngerjain tugas kuliah.” Yuuji mengangguk-angguk mendengarnya.

Si perempuan bersedekap, kemudian memandangi Satoru dari tempatnya duduk. Alisnya naik satu. “Yakin kalian nggak ngapa-ngapain?”

“Serius, Ra, kita nggak bakal ngapa-ngapain. Percaya sama gue.” Jemari Satoru membentuk peace—berusaha menenangkan sang lawan bicara.

Usai Nobara terdiam, Satoru menoleh ke seseorang yang dari tadi memandangnya curiga, Megumi. “Kak, awas kalau Yuuji lo apa-apain.”

Satoru mengangguk dengan cepat. “Serius, Gum.”

“Maksud kalian apa sih? Kita mau ngerjain tugas bareng kok,” tanya Yuuji yang sarat akan kepolosan. Ia sibuk menggaruk kepalanya yang tak gatal. Tiga insan yang mendengarnya hanya terdiam tak membalas.

Nobara mendadak kembali bertutur, “Beneran ya ini. Uji, kalau lo diapa-apain sama Kak Toru, langsung pukul aja orangnya.”

“Hah? Kenapa dipukul?”

Satoru menarik tangan Yuuji pergi. Ibu jari ditunjukkannya. “Iya iya. Duluan ya, Ra, Gum.”

“Kak, kok aku ditarik? Maksud mereka apa sih?” Suara Yuuji yang bertanya-tanya masih terdengar.

Nobara menyadarkan punggungnya. Ia melihat Satoru yang membawa Yuuji menjauh darinya dan Megumi. Nobara mengembuskan napasnya dengan berat. “Gue takut dia diapa-apain. Mana Yuuji polos banget.”

Megumi menggeleng kecil. “Kak Toru nggak bakal aneh-aneh tanpa persetujuan Yuuji sih. Gue juga udah kenal orangnya dari SMA, Ra. Jadi nggakpapa.”

Gadis bermarga Kugisaki itu mengangguk pelan. “Semoga aja.”

Mobil hitam Satoru telah sampai di parkiran gedung. Keduanya segera turun dan Yuuji mengikuti Satoru menuju unitnya. Sesampainya di unit, Satoru langsung membuka kulkas dan rak penyimpanan, menunjukkannya pada Yuuji. “Kalau laper tinggal ambil ya, Ji. Kalau nggak, pesan delivery aja. Oke?”

“Iya, Kak Toru. Makasih ya.”

Mereka menaruh tas di ruang tengah, tempat meja besar dan pendek berada. Satoru dan Yuuji mengeluarkan peralatan dan mulai mengerjakan tugas.

Selama keduanya sibuk, Satoru menyempatkan diri untuk membantu menjawab beberapa soal milik Yuuji. Yuuji juga beberapa kali melihat pekerjaan yang baru dilakukan oleh Satoru dan bertanya-tanya sekilas.

Akhirnya tugas Yuuji selesai. Saat mahasiswa semester dua tersebut mengecek si kakak tingkat, rupanya Satoru masih berkutat dengan pekerjaannya. Yuuji jadi tak mau mengganggu.

Merasa bosan, Yuuji mulai memainkan ponselnya. Suara televisi tetap menjadi satu-satunya bunyi yang mengisi kesunyian ruang tengah tersebut.

Beberapa menit surfing di internet telah terlewati. Yuuji menaruh ponselnya dan beranjak pergi ke dapur setelah ia mendapat izin dari Satoru untuk mengambil susu di kulkas. Dia kembali dari dapur dengan segelas mug.

Something to LoseWhere stories live. Discover now