SEBELAS

1.1K 99 0
                                    

Kini saat ini aku berjalan menuju bandara ditemani Dami dan Mamah. Sangat berat hati ini karena harus pergi setelah kejadian kemarin.

Sampai di bandara aku mengeluarkan koper ku, kami berjalan dan aku sangat berharap seseorang datang lalu memelukku.

Mamah memeluk ku, "Hati-hati jaga diri kamu dan jangan lupa berdoa" pinta mamah.

Lalu bergantian Dami yang memeluk ku, "Balik lagi ya ke Indo jangan lama-lama disana" ucapnya dan aku hanya tersenyum kecil.

"Aku pamit dulu ya" balas ku lalu membalikkan badan ku.

"Natta!"

Aku mendengar suara yang ku harapkan dan dengan cepat seseorang memeluk ku dari belakang.

"Selamat jalan, aku sayang kamu Nat" ucapnya pelan tetapi masih ku dengar.

Aku membalikkan tubuh ku lalu kembali memeluknya, "Aku cuma pergi sebentar. Jangan khawatir dan jaga diri kakak" kata ku lalu mengusap kepalanya.

"Aku akan nunggu kamu" aku hanya diam kembali memeluknya.

Hingga perlahan aku melepaskan pelukannya, "Aku pamit dulu ya" ku tunjukkan senyum lebar ku dan melangkah pergi.

Aku berusaha menahan air mata ku yang ingin jatuh cepat, sedikit berat pergi meninggalkan dengan masalah yang belum ku selesaikan.

Ada beberapa yang ku takuti selama aku pergi, mamah dan kak Irennia mereka sangat membuat ku cemas. Aku tahu semua ini tidak mudah tapi aku berjanji satu persatu semua masalah ini akan ku selesaikan.

<<<•>>>

Aku menatap pemandangan di kota Amsterdam dari jendela kamar ku. Melihat lingkungan yang sangat asing bagiku membuatku merasa kurang nyaman belum lagi aku harus bertemu dengan papah seperti tadi ini pertama kalinya semenjak papah meninggalkan ku rasanya begitu canggung dan aku tidak tahu harus mengatakan apa.

Aku membuka ponsel ku dan berusaha menelfon seseorang akan tetapi tidak diangkat lalu ku ketik sesuatu untuknya.

Kak Irennia💖👸

Aku sudah sampai dengan selamat |
Kakak jagan khawatir dan bersedih |
Jangan menemui mamah ku dulu karena itu akan menyakiti hati kakak |
Aku sayang kamu❤️ |


"Andreanatta" dengan cepat aku menoleh ke arah tersebut dan ternyata itu adalah papah.

"Turun kebawah yuk, papah mau ngobrol sama kamu" pintanya diakhiri dengan senyuman lebar.

Aku hanya mengangguk ragu dan papah berjalan pergi, ku tutup ponsel ku lalu menetralkan jantung ku dan berusaha agar tidak canggung.

Aku berdiri menatap papah dari belakang, kaki ku mulai melangkah mendekati dan berakhir duduk di depannya.

Ia menyodorkan segelas coklat panas kepada ku.

"Cobain deh ini enak loh" Katanya.

Aku mengambil gelas tersebut lalu ku minum perlahan, "Iya enak" Jawab ku.

"Gimana kabar kamu?" Tanyanya.

"Baik"

"Mamah kamu?"

"Juga baik seperti yang papah liat"

Papah tersenyum kecil lalu menatap ku, "Ternyata anak papah tumbuh besar dengan baik" aku memalingkan wajah ku karena bingung harus menjawab apa.

"Maafin papah. Karena papah, kamu tumbuh besar tanpa kehadiran seorang papah, papah benar-benar merasa bersalah sampai saat ini, papah menyesal....."

"Melihat kamu tumbuh sampai sebesar ini.....itu sangat menyakitkan untuk papah, bahkan papah tau pasti kamu benci papah....ya memang pantas papah dibenci" suara papah bergetar.

Diary 18Where stories live. Discover now