02

661 80 0
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA

WARNING ‼️
BXB

Tandai kalau typo


Aku mulai dari awal lagi, makasih yang udh kasih bintang. Dan tolong tinggalkan jejaknya, makasih.












M-ma.."


sedikit ragu Sunoo memanggil sang mama yang tengah duduk di kursi ruang tengah sembari menyesap tehnya perlahan.

Ia berdiri tepat di hadapan Jungwon. Yang harus Membuat laki-laki tiga anak itu mendongak.

"lusa Sunoo ada pentas piano di sekolah, mama datang ya soalnya Sunoo yang mewakili sekolah, jadi aku b-"

"Saya sibuk"

Jawaban ketus  Jungwon membuat omongan Sunoo harus terpotong. Anak itu juga terdiam untuk beberapa saat terdiam, sebelum perkataan sang mama membuat nya kembali tersadar.

"Sudah sana pergi, kamu membuatku sakit"

Tukas Jungwon dingin sembari meraih majalah fashion di atas meja dan mencoba membacanya. Itu semua dia lakukan untuk pengalihan rasa sakit, yang tiba-tiba hinggap di dadanya.

"oh, mama sibuk sekali ya? Hehehe, ya sudah tidak apa-apa. Lagi pula ini hanya tingkat kota, kalau begitu Sunoo pergi dulu"

Sunoo memundurkan langkahnya perlahan dengan hati yang berdenyut sakit.

Sedih juga karena mamanya, tidak mau hadir di acara yang sudah Sunoo tunggu dari sekian lama.

Meskipun Jay dan kedua kakaknya tidak pernah absen untuk melihat pementasan piano Sunoo, namun itu tidak bisa menggantikan kebahagiannya jika Jungwon juga ikut mengapresiasi bakatnya.

Sunoo pun kemudian berjalan ke lantai atas, dimana piano hitam miliknya berada.

Berusaha mengusir rasa sedih yang hinggap dihatinya dengan bermain piano.

Tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan kecuali bermain piano, keterbatasan membuatnya sulit untuk melakukan hal-hal yang lain kecuali bermain piano.

Jarang sekali ia keluar untuk bermain bersama teman-temannya.

Bukan,




bukannya ia tak mau bersosialisasi, ia sadar bahwa ia hanya akan menyusahkan teman-temannya yang lain jika ia ikut bermain bersama mereka.

Perlahan ia mulai menekan tuts-tuts piano itu, sehingga menghasilkan suara yang kemudian menjadi nada-nada yang padu. Lembut dan tenang, namun terdengar pedih, permainan piano yang sangat menyayat hati.

.

.

.

🦊🦊🦊🦊








Dimana Sunoo?"

Jay bertanya kepada siapapun yang ada dikediamannya.

Seharusnya saat ini si bungsu sudah berada di rumah, ini sudah hampir malam dan ia sama sekali belum melihat batang hidung anak kesayangannya.

"Biarkan saja dia pergi, itu lebih baik"

Ujar Jungwon yang sedari tadi sibuk membaca majalah fashion di sofa ruang tengah.

Jay hanya mendengus menanggapi, tidak mau berurusan panjang dengan Jungwon.

Ia pun kemudian melenggang pergi meninggalkan sang istri tanpa pamit.

Tiba-tiba saja Jio, sang anak sulung datang. Membuat Jay yang belum sempat keluar dari kediamannya menatap sang park sulung dengan raut heran.

"Dimana Sunoo?" Tanya Jay kepada sang anak, Jio.

"Dia bilang tidak ingin dijemput , katanya ada tugas kelompok yang harus di kerjakan bersama temannya" ujar Jio menanggapi.

"aku pikir dia sudah pulang duluan"lanjutnya

"telfon adik mu, tanyakan dimana dia sekarang dan jemput segera" perintah sang papa kepada Jio, dan dibalas sang anak dengan anggukan kepala.

🦊🦊🦊🦊

Langit di sekitarnya kali ini tidak secerah biasanya, mungkin benar jika ramalan cuaca disalah satu tv swasta tadi pagi mengatakan bahwa hari ini akan turun hujan.

Hujan lebat lebih tepatnya. Gemuruh suara gesekan antar partikel-partikel ion negatif dan positif di langit bahkan terdengar jelas di telinga seorang pemuda chubby yang kini sedang berjalan sembari menenteng sebuah tas berukuran sedang.

Sedikit kepayahan ia berjalan menggunakan tongkat bantu miliknya, namun dirinya sendiri bahkan terlihat biasa, atau bisa dibilang sudah terbiasa dengan cara berjalannya sendiri.

Pemuda itu tak henti-hentinya memasang senyum menawan di wajah menawan miliknya sembari menatap tas cokelat yang entah apa isinya.

Tes

Setitik air hujan turun tepat di atas helaian rambut sunoo, membuatnya terkejut. Dengan cepat ia pun memasukan tas cokelat tersebut kedalam tas ransel hitam miliknya, takut kalau bungkusan yang ia bawa tadi akan basah.

Ia pun kemudian melangkahkan kakinya kembali, sedikit lebih cepat dari biasanya, meskipun air hujan hampir sepenuhnya membasahi tubuhnya.

Jalan yang ia lalui sepi, tidak ada toko ataupun halte bis yang bisa ia gunakan untuk berteduh.

Salahkan ia yang menolak untuk dijemput oleh sang kakak, Jio. Memang, SMA  tempat nya menuntut ilmu, tidaklah  jauh dari kediaman Park.

Namun bagi sang kakak dan papanya menjemput Sunoo adalah hal wajib yang tidak bisa di ganggu gugat.

Salahkan juga kekerasan kepala Sunoo yang memaksa untuk tidak dijemput, sehingga mengharuskan sang kakak melanggar aturan tersebut.

Dan inilah hasilnya, basah karena hujan.






Sesekali Sunoo merapatkan jaketnya karena merasakan hawa dingin yang menelusup diantara baju seragam dibalik jaket.

Meskipun begitu senyum nya itu sama sekali tidak hilang, bahkan semakin melebar tatkala membayang kan wajah sang mama ketika ia pulang nanti.

Ia tahu Jungwon, sang mama membenci dirinya.

Namun rasa sayangnya terhadap sang mama membutakan segalanya, ia yakin bahwa suatu saat nanti sang mama akan mau mengakui dirinya.

Ya, ia sangat yakin akan hal itu.




Lama bergelut dengan pikirannya sendiri, membuatnya tak sadar bahwa sebuah mobil hitam tengah mengikutinya dari belakang.

Tak butuh waktu lama untuk mobil itu berhenti dan membuat sang pemilik keluar dari sana.

Seorang lelaki dewasa keluar dari mobil itu, parasnya yang tampan mungkin akan membuat orang berpikir bahwa lelaki itu berusia tak lebih dari dua puluh lima tahun, namun janganlah menilai orang dari penampilan luar.

Lelaki Dewasa tersebut berjalan sedikit tergesa, dan berhenti ketika ia tepat berada di hadapan pemuda yang sebelumnya telah ia ikuti sejak dua jam yang lalu.

"Sunoo?"

Sang pemuda yang dipanggil lantas menatap orang yang memanggilnya. Ia terkejut, sangat terkejut malah. Ia seperti…

Melihat sedikit bayangannya sendiri.













TBC

Jan lupa vote dan komen

Walaupun ceritanya pendek

Maaf y kalau ceritanya ngk bagus.

Tapi rasanya aku pengen publikasi aja

Semoga suka

See you

please love me Where stories live. Discover now