Chapter 18

705 102 4
                                    

Mingi mendudukan dirinya di kursi, setelah mengantar semuanya balik ke kamar ia tidak berbicara apapun lagi. Setelah perdebatannya dengan Lisa ia jadi tenggelam dalam pikirannya.

"Apa yang sedang kau coba sembunyikan?" Mingi berucap lagi dan saat itu Lisa terdiam

"Ikuti saja perintah ku"

Ah...jalan buntu lagi
Mingi pun membuka laci meja dan mengambil buku disana, ia melihat satu persatu lembar disana sampe pada akhir. Sebuah sobekan kertas, Mingi ingin tahu dimana lembaran terakhir ini. Ia merasa itu bisa menjadi sebuah petunjuk buat dirinya...

Tapi dimana?

Karena buntu dan juga haus akhirnya Mingi keluar, berniat untuk membeli minum dikantin.

"Kau tidak beritau siapa-siapa kan?" Suara seseorang terdengar membuat Mingi berhenti, saat itu posisinya lagi berada di pertikungan koridor ia mengintip sedikit untuk menemukan Lisa dan Jungwoo. Lagi-lagi mereka berbicara sendiri, Mingi segera menahan napasnya dan diam agar tidak ketahuan.

"Kenapa? Kau takut?" Balas Jungwoo

"Oh? Kau akan melaporkannya? Kau tau dia lebih kuat darimu kan?" Jungwoo tertawa masam

"Suatu hari...semuanya akan terbongkar! Keadilan selalu menang"

"Siapa yang akan memihakmu? Kau sendiri sanggup?" Tanya Lisa melipat tangannya

"Mereka..." Ucap Jungwoo pelan

"Mereka terkunci dan mulut tertutup erat Jungwoo, kau tau dengan kau menindak semua hal ini kau bisa saja...mati, kau tau itu?"

Jungwoo menatap temannya, ralat mantan teman dekatnya ini memihak pada orang lain yang jelas salah. Entah apa yang ada dalam pikiran Lisa sekarang, Jungwoo pun tidak mengerti.

"....bahkan Kak Yoongi pun tau kalau kau sudah gila!" Ucap Jungwoo lalu ia pergi melewati Lisa, saat Jungwoo lewat ia melihat Mingi berdiri disana. Lalu ia berjalan cepat dari sana.

'siapa lagi Yoongi ini?'

;

'tok tok tok'

Saat Mingi lagi sibuk dalam pikirannya setelah kembali membeli minum, pintu masuk berbunyi. Segera saja lelaki itu berdiri dan membukanya, seorang suster dengan kotak kelihatan berisi seperti surat-surat.

"Ini ada surat untuk Park Seonghwa, terima kasih" lalu ia berlalu, Mingi yang menerima surat itu berdiam sambil melihat amplop putih yang tertutup rapi dengan tulisan

Untuk : Park Seonghwa

Mingi segera membuka pintu kamar Seonghwa, disana lelaki itu sedang menyapu lantai dengan debu tidak kasat matanya itu.

"Ekhem" Seonghwa segera menoleh dengan tatapan nyalangnya kearah Mingi

"A-ada surat untukmu" ucap Mingi sambil menaruh amplop putih itu di atas meja lalu mundur, Seonghwa pun maju mengelap sebentar amplop itu sebelum membukanya.

Mingi melihat isi kertas itu membacanya beberapa saat sampai tiba-tiba ia meremas kertas itu dan membuangnya ketempat sampah, Mingi bingung.

"Apa...isi suratnya?" Tanya Mingi, Seonghwa diam sebentar

"Kalau kau begitu penasaran ambil saja di tempat temanmu itu bodoh" Mingi yang tertohok karena mengerti bahwa secara tidak langsung Seonghwa memanggilnya 'sampah'

Ia mengambil langkahnya untuk meraih kertas yang Seonghwa lempar tadi, membacanya pelan.

"Ibu merindukanmu nak."

Itu saja, Mingi mengerutkan keningnya.

"Setiap bulan aku akan selalu dikirim hal tersebut dengan kata yang sama, kupikir hanya isengan orang saja karena gak mungkin ibu bisa..." Seonghwa terdiam, Mingi menoleh melihat Seonghwa mengelap air matanya. Ah dia paham...

"Apa kau tau siapa yang mengirim ini?" Seonghwa menggeleng dan Mingi terdiam

Ah lagi-lagi bertambah...

Setelah membereskan semuanya dia keluar dari kamar Seonghwa, berpindah ke kamar Hongjoong.

"Seems like yu need answer for me? Aku tidak bisa menjawab semua tapi go ahead" ucap Hongjoong langsung saat Mingi mendaratkan kakinya masuk kedalam kamar   Hongjoong

"Siapa Yoongi?" Tanya Mingi to the point dan Hongjoong tersenyum

"Aku tidak bisa memberitahumu" ucap Hongjoong Mingi mendesah pelan, ia sudah tau Hongjoong tidak memberitahu langsung

"Ingat saja, dont judge a book by its cover."










┏PSYCHO┛

∘˚˳°to be continued...

P S Y C H O ➝ ( A T E E Z )✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz