Chapter 19

279 32 0
                                    


♡HAPPY SANTAP♡

Ares memandang dua sejoli di bawah sana dengan pandangan menyelidik. Dari balkon kamar ia dapat melihat dengan jelas keberadaan adik dari tunangan adiknya yang tak lain ialah Viola, tengah berbincang dengan pria asing di teras rumah.

Oh, bukan pria asing. Ares tentu mengenal siapa pria tersebut. Ia adalah orang yang pernah diceritakan sang Mama kepadanya, calon tunangan Viola.

"Apa dia mau menginap?" gumam Ares pada dirinya sendiri.

Matanya beralih melihat jam dinding, lalu kembali menatap pada pria di bawah sana. Tubuh pria yang diperkirakan seumuran dengan Viola itu hanya dibalut dengan kaus tak berlengan dan celana boxer yang hanya mampu menutupi setengah pahanya. Sungguh tak mencerminkan etika bertamu.

Saat jam pulang kerja tadi, Viola memang meminta izin kepadanya untuk mampir ke rumah teman. Kalau saja ia tau jika teman yang dimaksud Viola ialah orang yang digadang-gadang sebagai calon tunangan gadis itu sendiri, sudah pasti ia akan melarang keras.

Bukannya apa-apa, tapi Varel pernah bercerita seberapa ia tak suka dengan kabar kedekatan Viola dengan pria bernama Arches itu, entah apa yang membuat Varel tak suka. Tapi Ares yakin ada alasan dibalik ketidaksukaan sahabatnya. Jadi, sebagai sahabat yang baik, Ares sebisa mungkin menjaga Viola dari Arches.

"Ares?"

Perhatian Ares yang awalnya berpusat pada Viola dan Arches teralihkan begitu suara yang beberapa tahun ini menjadi candu menyapa lembut pendengarannya. Senyum lebar seketika menghiasi wajah Ares saat menyadari kehadiran Karel, sang Pujaan hati.

"Sayang, belum tidur?" tanya Ares masih dengan tersenyum lebar, tangannya mengisyaratkan Karel agar mendekat.

"Belum," jawab Karel singkat. Ia sedikit bergidik ketika Ares merangkul mesra pinggangnya.

Melihat ekspresi Karel yang tak nyaman, bukannya berhenti, Ares malah tambah mempererat rangkulannya. Bahkan saat ini kepala Ares sudah tenggelam di ceruk leher Karel.

"Hmm, itu Viola lagi sama siapa?" Karel memfokuskan pandangannya ke bawah sana, keningnya sedikit berkerut begitu melihat Viola berbicara begitu akrab dengan pria di sebelahnya.

Ares yang tadinya tengah bermanja ria sontak langsung menegakkan kepalanya, matanya kembali memicing tak suka begitu melihat gadis yang sudah dianggap sebagai adiknya sendiri itu masih asik bercengkrama dengan pria di bawah sana.

"Namanya Arches, aku denger dari Mama kalau dia calon tunangannya Viola. Tapi kayaknya Mama ngga suka sama Arches, jangankan Mama, Varel pun nggak suka sama dia," ucap Ares dengan ekspresi tak bersahabatnya. "tapi wajar sih, kata Mama, mereka dijodohin sepihak sama Nenek nya Viola karena kepergok berduaan di apartemen. Mungkin itu alasan mereka ngga suka," lanjutnya.

"Uhm, aku kira dia suka Ares," gumam Karel tanpa sadar.

"Ha? gimana, Sayang?"

"Eh, nggak gimana-gimana. Mending kamu ke bawah temuin mereka deh, nggak enak juga mereka berdiri berduaan di depan rumah begitu," ujar Karel.

Ares melirik ke bawah untuk ke sekian kalinya. "Oke, tapi kamu tidur ya."

Sebelum pergi, Ares menyempatkan diri untuk mengecup kening Karel dan membisikkan ucapan selamat tidur.

Sepeninggal Ares, Karel kembali melongok ke bawah. Netranya menatap Viola dan Meteor dengan begitu intens. Tanpa sadar, tangan Karel terkepal kuat.

METEROVIO  [TAMAT]✓Where stories live. Discover now