- 5 -

304 60 10
                                    

Carletta tidak bisa tenang sedari tadi. Wanita paruh baya itu terus saja berjalan kesana kemari dengan perasaan yang gelisah.

Setelah pertemuannya dengan Dikta tadi siang, membuat jantungnya berdetak tiga kali lebih cepat. Ternyata putra tirinya itu sudah tau mengenai rencananya bersama dengan Elsa lima tahun silam.

"Sialan! Apa gadis itu mengadu pada Dewa?" Tanyanya bergumam pada diri sendiri.

Enggak. Carletta tidak akan membiarkan dirinya terdepak dari sini. Sudah susah payah wanita itu masuk ke dalam keluarga Danuarta, dan mengorbankan segalanya meski dengan cara yang berbahaya sekalipun.

Dia tidak akan rela kehilangan semuanya begitu saja.

Carletta menggigit bibir bawahnya dengan raut wajah yang terlihat panik.

Ceklek.

"Kamu kenapa?" Suara baritone itu membuat wanita itu tersentak.

"Oh--M-mas, sudah pulang?" Wanita itu menghampiri suaminya dengan tergesa.

Pria berjas hitam formal itu mengangguk singkat,"aku dari tadi manggilin kamu. Tapi ternyata kata bibi kamu ada di dalam kamar" Danuarta memberikan tas jinjing hitamnya pada Carletta.

Dengan sigap Carletta menanggapi.

"Iya, aku baru pulang. Tadi Dewa ajak aku makan siang bareng Elsa, Pi" Jelasnya, Danuarta mengangguk singkat.

"Elsa sudah pulang?"

Carletta mengangguk, tersenyum tipis,"hm--dan dia semakin cantik, Pi." Ucapnya dengan pancaran mata yang berbinar.

"Kalau kamu berniat untuk menjodohkan Elsa dengan Dewa, lupakan saja. Dewa tidak pernah main-main dengan ancamannya." Celetuk Danuarta menampilkan kebingungan di wajah Carletta.

"Sebelum bertemu kamu dan Elsa, Dewa menemui aku terlebih dahulu. Dia memberikan berkas yang sama--seperti yang dia berikan ke kamu."

Deg!

Senyum di wajah Carletta menghilang seketika.

"Aku tidak pernah mempermasalahkan dari mana kamu berasal, Letta. Tapi---sekali lagi kamu bermain-main dengan putraku, maka kamu akan tau akibatnya." Kini raut wajah Danuarta berubah menjadi datar.

Tatapan mata pria paruh baya itu terlihat begitu dingin, bahkan gerakan pria itu saat melepas dasi di lehernya terlihat begitu kasar.

Langkah kaki pria itu mendekat ke arah Carletta, membuat wanita itu sedikit was-was.

"Siapkan air hangat untuk ku. Aku harus membersihkan diri." Setelah mengatakan itu, Danuarta melangkah menjauh, masuk ke dalam walking closet.

Bahu Carletta meluruh ke bawah,"Sadewa tidak pernah main-main dengan ancamannya. Aku harus menyelamatkan diriku sendiri" Ucapnya bermonolog lirih.

Wanita itu langsung bergegas menyiapkan air hangat untuk suaminya membersihkan diri. Lebih baik dia menyerah bukan--daripada harus mempertaruhkan posisinya di rumah ini.

"Padahal aku sangat mencintaimu Carletta. Kenapa kamu tega membohongiku?" Danuarta meluruh di balik pintu.

Mengingat berkas yang Dewa berikan pagi tadi, membuat darahnya berdesir sakit.

Inikah yang dinamakan karma?

"Maafkan aku, Gauri. Maaf karna dulu aku menduakanmu dan mengkhianati cinta kita. Aku menyesal, Gauri. Tolong maafkan aku"

Sesak.

Rasanya begitu sesak.

Dulu dia rela meninggalkan istri pertamanya demi Carletta. Bahkan sampai istri pertamanya itu meninggalpun, Danuarta tidak sempat mengucapkan maafnya secara langsung.

Cinta Lama Belum Kelar ( CLBK ) OSH-IYADonde viven las historias. Descúbrelo ahora