Bagaimana rasanya memiliki Boss yang baperan, banyak mau, dan juga pendendam?
Fransisca Bithari, Sekretaris Pribadi Presiden Direktur Danuarta Dikta Sadewa.
"Kamu kan saya suruh kerjakan ini? Kenapa malah kerjain yang ini, Ica?". Dikta
"Maaf Pak? Bi...
Kekacauan yang di buat oleh Dikta di acara penting kedua orang tua nya semalam--- ternyata sampai di telinga Sisca. Gadis itu memilin jemari dengan perasaan yang resah dan gelisah.
"Kenapa Dikta bisa senekat itu?" Gumamnya sambil mondar-mandir dengan cemas
"-----dan dia-----udah tau semuanya?"
Ting nong
Ting nong
Tiba-tiba suara bel unit apartementnya berbunyi.
"Siapa ya?" Tanyanya bingung. Seingatnya hari ini dia tidak ada janji dengan siapapun dan berniat untuk bermalas-malasan saja mumpung weekend?
Ceklek
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Hai?"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Lah, ngapain Bapak di sini?" Kaget Sisca ketika tau siapa tamu yang tiba-tiba datang ke unitnya.
Dengan tergesa Sisca merapikan rambutnya yang tergerai sedikit berantakan. Dikta yang melihat itu perlahan menarik sudut bibirnya ke atas.
"Boleh saya masuk?" Ucap Dikta basa-basi
Nyatanya lelaki itu kini sudah menyelonong masuk membuat Sisca mendengus sebal."Gak usah sok izin kalau endingnya nyelonong juga."
Dikta terkekeh mendengar gerutuan gadis itu,"Arsen apa kabar, Ca?"
Deg.
Tiba-tiba tubuh Sisa membeku. Kekehan ringan terlihat jelas di wajah Dikta sekarang. Lelaki itu mendekat ke arah Sisca yang kini tengah berdiri membelakanginya.
"Aku gak tau kenapa kamu bisa jalanin hubungan sama dia dan berakhir ninggalin aku---"
Ucapan Dikta terhenti."Aku gak pernah ninggalin kamu." Sanggah Sisca cepat, gadis itu tidak pernah meninggalkan atau pergi dari Dikta.
Itu kenyataannya.
Hening
Keduanya terdiam dengan perasaan masing-masing. Sisca sekuat tenaga menahan tangis, meski kini kedua matanya sudah berkaca-kaca.