Kamu: hai, aku datang, tolong bukakan pintu
Aku: lain kali saja, ya, rumahku masih berantakan, banyak pecahan kaca di sini, aku tidak ingin kamu terluka
Kamu: kamu sudah mengatakan itu dua bulan lalu
Aku: iya, maaf, aku belum bisa menyelesaikan masalahku. Aku harus membereskan banyak hal di sini
Kamu: aku bisa membantumu, kamu harus keluar dari sana sebentar, pecahan kaca itu juga akan melukaimu
Aku: aku sudah terbiasa di sini, aku akan baik-baik saja
Kamu: ayo keluar sebentar, mari menonton wayang di balai desa bersamaku
Aku: sampai kapan kamu berdiri di depan pintu?
Kamu: sampai kamu keluar menemuiku, atau setidaknya bukakan pintu agar aku tahu bahwa kamu baik-baik saja.
Aku: aku tidak tahu apapun soal wayang, apakah tidak apa-apa?
Kamu: aku pun sama, tapi kita bisa tetap pergi dan membeli permen kapas kesukaanmu
Aku: tunggu sebentar, aku akan siap-siap
Kamu: jangan lama-lama, nanti semakin sesak di sana
KAMU SEDANG MEMBACA
Ceritaku
PoetrySeseorang yang kukagumi dalam suatu kesempatan bertanya, siapa nama kami, ia memberanikan kami untuk menyuarakan cerita kami, mewakili diri sendiri. Ini adalah salah satu jawaban untuknya. Meski kecil dan tak seberapa, ini cukup untuk mewakili suara...