Tujuh (A)

13.3K 2.4K 271
                                    

Sebenernya masih ada lanjutannya, tapi pengin bikin pinisirin jadi dikit dulu ya, aku potong soalnya🙈

Lanjutannya besok!
Atau kalau rame, nanti beberapa jam lagi aku upload deeeh!






Ya ampun, coba dong kasih tahu pengalaman yang kayak aku gini, pertama kali jalan eh malah langsung diketemuin sama mboknya.

Kalau udah kayak begini nih aku jadi sadar kalau ternyata pengalamanku berhubungan itu minim banget. Bayangin aja deh, usiaku udah mau dua puluh delapan tahun tapi aku kayak bocah kemarin sore aja, harusnya ya biasa aja gitu dong, kayak aku ini makhluk anti sosial aja, wong aku juga udah pernah ketemu buanyak manusia yang macam-macam jenisnya.

Tapi entahlah ... kata 'ibuku' itu kayak punya sihir tersendiri.

"Kok aku nggak bawa apa-apa, Pak?"

"Udah bawa badan gitu, mau bawa apa lagi?"

Aku berdecak kesal dalam hati. Ini yang katanya cinti? Siying? Ngelamar mau jadiin aku istrinya? Ini? Begini nih kelakuannya? Sama wanita idaman kok ya begini amat, mbok ya yang halus, lembut, gitu loh.

"Ya nggak gitu dong, Pak. Sungkan dong, mana dateng-dateng minta makan."

"Mau bawa apa emangnya? Di rumah apa-apa ada, malah nggak kemakan nanti."

Iya ... iya, juragan of the year. Tahu kok semuuuuanya ada, semuuuuuuuanya. Bahkan kayaknya dapurnya selebar lantai satu minimarketku.

"Tetep aja, nggak enak dong. Kayak nggak tahu aja gimana kulturnya," jujur aja aku ngomong gini. Kayaknya aku nggak mau lagi jaim jaim di depan Pak Ali, mau kutunjukin apa adanya aja sifat asliku gimana, mumpung belum kan. Kalau nggak jadi ya udah enggak, kalau iya, ya ayo—loh? Eh?

Maksudnya tuh, ayo kenalan lebih jauh. Gitu.

"Ya dienak-enakin aja."

Sialan ini om-om!

"Nggak usah dibikin ribet, kalau pengin beli ya tinggal bilang. Mau berhenti di mana?"

"Nggak usah."

"Ya udah."

Y.

Y.

Y.

Kan, kubilang juga apa. Kalau soal hubungan non formal menjurus ke pdkt sama lawan jenis aku masih kagok banget dan lupa umur, persis bocah baru gede. Eh, tapi sebenarnya tergantung lawannya juga, sih. Kemarin aku sama Reza biasa aja tuh, cuma sekarang ini aku masih kebawa hawa kaget kali ya, makanya jantungku geter-geter, sok malu-malu kucing.

Aku mencari posisi nyaman, mataku kembali fokus pada pemandangan kanan kiri dan alisku mengernyit ketika baru sadar kalau Pak Ali enggak membawaku ke jalan menuju rumahnya.

Dia nggak bohongin aku, kan?

Apa jangan-jangan mau diajak check in, nih?

"Kok kayak bukan mau ke rumah?"

"Mampir dulu, sebentar aja."

Aku nggak tahu ke mana kami bakal mampir karena dia nggak bilang dan aku juga malu buat tanya. Jadi ya diam aja, nurut.

"Bentar aja kok."

"Ya lama juga nggak apa, sih. Terserah."

"Tadi katanya nggak bisa lama-lama?"

Y-ya ... iya. Aku cengar-cengir malu.

"Kasihan sama Fera, Pak. Dia sendirian."

"Anak mana itu pegawaimu?"

Ji, Ro, Lu, Linu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang