1. Arab dan Harap maklum

167 35 12
                                    

"Ki, kamu ajalah yang pura-pura jadi pasangan saya. Sore ini ada acara keluarga di rumah Buya."

"Hah? Masa saya, Pak? Saya, kan, laki-laki," sanggah Reski cepat.

Hasbi mengangkat kepalanya dari meja kasir yang dingin. "Lah iya! Kalau saya bawa kamu yang ada saya langsung dibungkus pakai kain kafan sama Buya."

"Terus gimana, dong, Ki?" Hasbi menggerang frustasi. Wajahnya mirip pakaian kusut, rambutnya ikut bergelut meski begitu Hasbi tetap imut, menurutnya sendiri. Untungnya lelaki itu masih sadar diri untuk menggenakan pakaian yang rapi di depan para pegawainya.

Hasbi Maulana Yasim atau yang biasa dipanggil Hasbi. Lelaki keturunan Arab Sunda yang selama ini gencar mendeklarasikan diri sebagai barudak Sunda sejati. Tak banyak yang tahu bahwa dalam tubuh laki-laki gemini itu mengalir darah arab. Fakta itu tak pernah mengganggu Hasbi. Toh, itu hanya suku.

"Memangnya kenapa, sih, Pak? Harus banget bawa pasangan?"

Masalahnya adalah diusia dua puluh lima tahun, Hasbi sudah ditodong untuk menikah. Hasbi, sih, nggak masalah. Hasbi tentu percaya diri jika diminta menikah, ia sudah stabilkan segalanya. Urusan mental Hasbi siap sedia. Urusan finansial, tinggal pilih bank yang mana. Nah, urusan calon Hasbi masih belum lihat hilalnya.

Tolong jangan sebut Hasbi pejantan gagal move on lagi, karena ia sudah sering mendengarnya. Hasbi bukan gagal move on, kok. Memang belum ada yang seperti dia aja. Jiaakh.

"Kamu nggak ngerti, Ki. Kalau saya pergi sendirian, yang ada besok saya disuruh ketemu cewek Arab lagi," kata Hasbi.

Jangan sampai ada sesi perjodohan yang kesebelas. Hasbi bisa benar-benar kabur dari bumi. Entahlah, Hasbi tidak pernah merasa cocok dengan wanita-wanita arab yang dikenalkan oleh Buya-- kakeknya. Mungkin selera Hasbi sedikit berbeda. Hasbi lebih menyukai gadis dengan aura pribumi yang kental. Kulit sawo matang, sorot mata yang tajam dan teduh sekaligus, bibir tipis yang dihiasi pewarna bibir, rambut hitam yang panjang menjuntai. Intinya yang mirip Shafa gitu.

Eh? Malah balik ke mantan lagi. Skip.

Andai saja Abahnya tidak pernah membeberkan kisah cinta tragisnya, mungkin saat ini Hasbi tidak akan terlibat perjodohan antar Arab yang pelopori oleh kakek tercinta.

"Pak, ada yang nelfon, tuh."

Pucuk dicinta boleh nggak jangan datang aja. Baru saja Hasbi membatin tentang Abahnya, sebuah kontak yang dinamai 'Perusak garis keturunan' sudah hadir dilayar ponselnya. Abah menelfon.

"Coba kamu yang angkat, Ki. Biar ngerti anehnya keluarga si paling arab ini gimana," kata Hasbi lalu menyerahkan ponselnya yang masih berdering ke hadapan sang manajer.

Reski meragu sebentar, lalu mengambil alih benda kotak yang masih mengeluarkan bunyi itu dari tangan pemilik restoran tempatnya bekerja. Reski melirik bosnya sebentar, menatap ragu seakan meminta sebuah keyakinan dari sorot matanya.

Begitu bulatan hijau disentuh, sebuah suara laki-laki berumur keluar dari sana. "Hallo, barudak lautan api. Apa kabarmu? Tak pernah kudengar cerita tentangmu. Abah dan Ibu sudah di rumah, nich."

Reski membelalak seketika. Mulutnya mengnganga lalu ketika Hasbi menampilkan wajah tak peduli, Reski kembali menelan ludahnya susah payah untuk segera menjawab sapaan ayah dari atasannya.

"Mohon maaf, Pak. Pak Hasbi sedang ke toilet," jawab Reski.

"HAHAHA." Suara tertawa yang menggema berhasil memekakkan telinga. "Ini, teh, kamu pengen saya percaya, ya? Hasbi mana mungkin ninggalin handphone-nya."

"Hah? Maksudnya, Pak?"

"Kamu tau nggak kenapa momogi itu adanya di Indonesia?" tanya laki-laki di sebrang sana. Reski bingung sendiri, entah dari mana kuis dadakan ini berasal.

ARABYU! |Lee Haechan|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang