Membuka Rahasia

176 19 0
                                    

"Lo yakin kalo sekarang ada jadwal pramuka?"

Alih-alih langsung menjawab dengan anggukan, Fero malah mengarahkan layar ponselnya tepat ke depan wajah Indra.

"Iya. Nih, kalo gak percaya." Terangnya seraya menunjukkan isi percakapan di grup eskul pramukanya.

Terlihat Indra membaca isi pesan itu sekilas, lalu mengangguk lesu.

"Ya udah, lah. Gue tunggu aja. Tanggung juga kalo nih motor gue bawa pulang." Ujar Indra seraya mematikan mesin motor milik Fero.

Kini cowok berjaket hitam itu turun dari motor, lalu memberikan kunci itu kepada pemiliknya.

"Gue tunggu di pertokoan samping sekolah." Pesan Indra singkat, lalu kembali mendekati motor Fero. Cowok itu bercermin di salah satu spion motor, seraya merapikan rambut pendeknya menggunakan jari.

"Mau ngapain?" tanya Fero dengan nada curiga. Ia tak sadar jika dahinya berkerut samar ketika melihat sepupunya menyunggingkan senyum saat mematut wajahnya di kaca spion.

"Beli seblak biar nggak ngantuk. Curiga mulu ya lo!" jawab Indra sewot. Senyum di wajah cowok itu langsung memudar, berganti dengan ekspresi kesal yang entah mengapa malah terlihat menggemaskan di mata Fero.

Bukannya kaget atau tersinggung, ia malah tertawa ketika Indra menampilkan ekspresi kesalnya seperti saat ini. Hal itu tentu saja membuat Indra harus memejamkan mata sejenak, sedang berusaha untuk meredam emosinya sendiri.

Fero yang mengamati hal itu hanya tersenyum tipis, lalu menepuk bahu Indra pelan hingga sepupunya kembali membuka mata.

"Gue pergi dulu." Pamitnya kemudian.

Setelah mendapat anggukan, ia berjalan menjauhi tempat parkir sekolah menuju ruang eskul yang dekat dengan aula utama.

Masih ada beberapa rombongan siswi yang berpapasan dengannya ketika melewati lorong penghubung, ia juga melihat ada tiga siswa yang berlari ke arah toilet sambil membawa baju ganti. Dari warnanya, tampak bahwa mereka akan mengikuti eskul bela diri.

Ketika tiba di pertigaan yang akan membawanya ke gedung eskul, pandangannya menangkap sosok Surya yang datang dari arah lorong kelas sepuluh. Fero menghentikan langkahnya sejenak, lalu kembali berjalan ketika teman sekelasnya itu sudah berada di sebelahnya.

"Pramuka ada jadwal juga hari ini?"

Ia langsung mengangguk, "Dadakan banget kalo kasih info. Untung aja gue masih di parkiran." Ceritanya dengan nada lelah.

Langkah Fero mendadak berhenti ketika berada di dekat ruang eskul musik. Cowok berwajah bule itu melongok dari kaca jendela, mencari seseorang.

"Gue juga baru tau kalo eskul musik hari ini ada jadwal." Komentar Surya yang ternyata juga ikut menyaksikan.

Di sana, tampak ada sekitar sepuluh siswa dan siswi yang sedang berdiskusi. Fero dapat melihat sosok Luna di salah satu kursi, tengah berbicara serius dengan teman satu eskulnya.

"Kalo yang ini, mereka lagi bahas lomba musikalisasi puisi buat minggu depan." Jelas Fero sambil menolehkan kepala ke arah Surya.

Mereka kembali berjalan, dan terlihat cowok di sampingnya itu mengangguk paham, lalu menghadap penuh kepadanya dengan wajah serius.

"Gue ikut dukung Luna, sama yang lainnya."

Perkataan Surya membuat matanya membulat sesaat. Itu adalah berita yang cukup mengejutkan karena Surya, si bintang kelas yang sangat jarang sekali mengikuti kegiatan di luar jam sekolah, tiba-tiba memberikan kabar bahwa ia akan ikut mendukung Luna di balai kota.

EphimeralWhere stories live. Discover now