Jawaban

151 11 0
                                    

Bintang langsung berlari begitu ia selesai mengangkat telepon. Dari lapangan basket ia berbelok ke arah gedung utama, melewati lorong sepi yang langsung terhubung dengan aula sekolah. Ia menoleh ke kanan kiri, tidak sabar karena belum menemukan sosok yang sedang dicari.

Kembali ia menajamkan pandangannya, seraya memelankan langkah. Ia akhirnya berhasil menemukan Sella yang masih terduduk di lantai, sedikit tersamarkan karena terhalang dengan pilar besar.

Cowok itu meletakkan ranselnya di lantai, lalu berjongkok di hadapan Sella. Sella yang menyadari keberadaannya sedikit memundurkan kepala. Gadis itu tampak kaget, tidak menyangka bahwa ia yang akan datang padahal Luna yang ia telepon.

"Eskulnya Luna belum selesai," jelas Bintang cepat.

Tadi memang Luna yang menyuruhnya kemari, karena gadis itu masih belum bisa meninggalkan ruang eskul.

Kini Bintang melihat kaki kanan Sella yang masih dipegangi oleh gadis itu. Sepatunya sudah di lepas, memperlihatkan kaos kaki berwarna putih yang menutupi telapak dan pergelangan kaki.

Dengan hati-hati, ia memegang pergelangan kaki Sella yang langsung mendapatkan reaksi mengaduh kesakitan dari pemiliknya.

Pandangannya kini fokus pada kaki Sella. Ia pernah belajar memijat kaki yang keseleo dari pembantunya, dan itu berhasil. Kini ia berniat untuk menerapkannya kepada kaki gadis yang ia cintai.

"Bintang! Sakit Ya Tuhan!" seru Sella begitu Bintang menekan pergelangan kakinya. Gadis berponi itu bahkan berusaha menarik kakinya yang sedang dipegang Bintang.

Cowok itu berganti posisi menjadi duduk, satu tangga di bawah Sella.

"Tahan dulu, bentar lagi sembuh." Ucap Bintang menyemangati.

Sella akhirnya menurut, memilih diam dan mengamati apa yang dilakukan Bintang kepada pergelangan kakinya. Gadis itu hanya memandangi Bintang yang sedang menunduk, fokus memijat kakinya. Kini dengan tekanan yang lebih pelan agar ia tidak merasa kesakitan.

"Gimana, udah mendingan, kan?"

Sella sampai salah tingkah saat Bintang tiba-tiba melemparkan pertanyaan sambil mengangkat kepalanya, membuat keduanya bertatapan sejenak. Gadis itu mengangguk cepat, berharap Bintang tidak curiga.

"Nggak sesakit tadi,"

Bintang mengangguk, merasa lega karena usahanya berhasil. Cowok itu cekatan meraih ranselnya, lalu berdiri, dan mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Sella.

Sella menerima uluran tangan itu, berdiri pelan-pelan. Ia melangkahkan kakinya menuruni satu anak tangga. Sebenarnya rasa sakit itu masih ada, meskipun tidak sebanyak tadi.

Bintang yang berada di sebelahnya mengamati, melihat langkah kaki Sella yang aneh.

"Sella," panggil Bintang sambil menahan Sella yang hendak kembali melangkah.

"Gue gendong aja, gimana? Sekalian pulang bareng. Kaki lo kayanya harus diistirahatin dulu." Jelasnya lembut namun tegas. Ia menunggu jawaban dari Sella yang tengah memandangi kakinya khawatir, lalu beralih menatapnya ragu.

"Nanti banyak yang liat," ujar gadis itu sambil celingak-celinguk melihat sekeliling.

"Satu dua orang aja mungkin, lagian sekolah udah sepi. Tuh mobil gue juga deket kok." Tunjuk Bintang ke arah mobilnya yang ada di tempat parkir, tak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini.

EphimeralWhere stories live. Discover now