1

282 45 18
                                    

Park Hoseok adalah satu dari sejuta umat manusia yang berjalan terburu dikejar waktu di jam-jam sibuk. Langkahnya tegap seirama dengan kaki-kaki yang menyeberang mengejar bus kota. Hoseok lekas masuk sambil menyunggingkan senyum pada driver bus langganannya, seperti yang sudah-sudah itu akan dibalas dengan senyum hangat dari lelaki tua yang mungkin seusia ayahnya.

"Adikmu tidak ikut?"

Hoseok menggaruk tengkuknya yang tak gatal, menjelaskan sebab apa adiknya tidak ikut. Lalu ia berlalu mencari tempat duduk ternyaman, mengedarkan pandangan pada jalanan yang makin penuh sesak. Matanya tertuju pada seorang anak laki-laki di halte yang berpakaian seragam sekolah menengah atas, lengkap dengan Hoodie dan sepatu kets yang membuatnya mengingat seseorang.

"Andai kau masih disini, namjoon" gumamnya dalam batin.

Notifikasi di ponselnya mengalihkan pandangannya, membuatnya terfokus pada ponsel pintarnya.

Jungkookie paboo

"Papa memanggil kita kerumah untuk makan malam. Aku harus jawab apa?"

Hoseok menghela nafas, ini pesan dari Jungkook adik bungsunya. Ia memainkan kedua ibu jarinya sebelum membalas pesan Jungkook, berusaha mencari penyelesaian paling masuk akal menurutnya.

"Pergilah jika kau ingin, aku masih sibuk"

Send

Hoseok tak pernah meminta Jungkook mengikutinya, hoseok juga tidak pernah menghalangi Jungkook bertemu ayahnya. Tetapi ia sendiri merasa tak siap, tak siap untuk kembali ke pelukan hangat keluarga Park. Selalu, selalu ada saja alasan yang hoseok karang untuk menjauhi keluarganya. Ia tahu ia egois tetapi ia hanya takut terluka saat melihat atau bahkan menatap manik redup milik ayah. Sebab ayah adiknya pergi, sebab ayah nya ia kehilangan adik kecilnya.

Ia ingat bagaimana pertengkaran besarnya dengan ayah kala itu, yang memutuskan untuk mengkremasi namjoon tanpa persetujuan dan sepengatahuan semua orang. Ia lah orang pertama yang marah, nyaris memukul ayahnya jika saja seokjin tak datang dan menghajarnya balik. Mengingat itu air matanya jadi berkumpul di pelupuk mata, sial ia selalu mengingat hal buruk itu. Kaki nya beranjak saat menyadari bahwa ia sudah sampai di tujuan, turun agak tergesa sambil melihat jam digitalnya, ia terlambat. Sudah begitu, tubuhnya tak sengaja terjatuh saat seseorang menabraknya plus menyiramnya dengan sebuah kopi.

"Sial!"

Baru saja hoseok ingin memaki orang yang sudah menghancurkan moodnya, namun langkah nya gagal dan dia memilih pergi sambil menggenggam tangan nya keras.

"Jika saja aku tidak ingat kalau kau sangat menyayanginya, aku yakin dia sudah mati di tanganku sejak hari pertama kau pergi namjoon"

Gumam hoseok sambil meninggalkan lelaki berparas pucat di hadapannya ya menatapnya sendu.






























TBC......

Haiiiiiiiiiiiiii

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 07, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Trust MeWhere stories live. Discover now